Derap kaki kuda berpacu sangat kencang menyusuri jalan berliku menuju kerajaan Bilu, dua remaja menunggang kuda dengan kecepatan tinggi, mereka sempat berpapasan dengan para penunggang kuda lainnya. Namun ada pula pejalan kaki yang menarik gerobak dagangan mereka. Tidak terlalu sulit bagi kedua remaja itu untuk memasuki kawasan perbatasan, ternyata penjaga pintu perbatasan masih orang yang sama."Ramai sekali bang, ada perayaan ya ?" tanya Dewi sambil memberikan sekantong uang kepada penjaganya."Hari ini acara pernikahan Putera Mahkota.""Benarkah ? Putera Mahkota menikah dengan siapa ?""Sini non, tapi ini rahasia ya ?" Penjaga perbatasan membisikkan sesuatu ke telinga Dewi.Nathan melihat Dewi dan penjaga yang saling berbisik, dia pura-pura tak melihat dan lebih memilih memperbaiki letak barang dagangannya.Dewi menghampirinya, "Ayo kita pergi."Nathan dan Dewi memikul barang dagangannya di pundak dan segera menuju ke pasar."Apa yang dikatakan penjaga itu padamu ?""Sonu akan me
Pesta malam ini seakan di dukung oleh cuaca yang bersahabat, purnama nampak bersinar terang memancarkan cahayanya di tengah-tengah gemerlapnya cahaya pesta pernikahan Putera Mahkota kerajaan Bilu. Iringan tarian dan musik tradisional menambah semaraknya perhelatan kerajaan pada malam ini. Raja-raja dari berbagai penjuru menghadiri pesta perkawinan ini kecuali Raja Goro.Nathan tak bisa membayangkan jika Nela berada di sini entah yang dia lihat kunang-kunang atau penghuni hutan. Nathan memperhatikan mempelai wanita dari kejauhan. Sepertinya mempelai wanita bisa melihat bangsa peri ini karena terlihat dia tersenyum pada semua undangan. Nathan berusaha untuk bergerak di kerumunan mendekati pengantin yang tersenyum bahagia. Semakin di perhatikan Nathan seakan mengenal wanita itu. Dia mencoba mengingat dimana dia pernah bertemu dengannya.Nathan berjalan semakin ke depan, Dewi menariknya."Apa yang kau lakukan ? Batas kita hanya sampai di sini."Sonu Batista sempat melihat mereka berdua,
Ayam jantan berkokok bersahutan, Nathan terbangun dan melakukan rutinitasnya seperti biasa. Mandi dan sholat subuh. Sampai sekarang Nathan tak berani menanyakan apa agama yang di anut di kerajaan ini. Bukan urusannya untuk menanyakan hal itu. Dia pernah belajar jika mahluk kasat mata itu juga punya agama sama dengan manusia. Tapi Nathan tak terlalu mempersoalkan itu. Setelah menunaikan sholat subuh, Nathan membangunkan Dewi. Pagi ini mereka akan kembali menggelar sisa dagangannya di pasar.'Sebentar, aku mandi dulu.""Buruan, rezeki itu biasanya datang di waktu subuh.""Iya aku tak akan lama."Nathan menunggu Dewi keluar dari kamarnya, dia memesan dua cangkir teh dan roti. Roti di dunia ini ukurannya besar-besar, makan satu saja bisa membuatnya kenyang.Tengah menunggu Dewi keluar dari kamarnya, Nathan melihat tiga orang pegawal istana datang memesan sarapan di kedai yang bersebelahan dengan penginapan. Nathan segera memasang pendengarannya."Aku tak mengerti dengan Putera Mahkota, k
Sepasang remaja ini kembali menggelar dagangannya di pasar, mereka di kejutkan oleh rombongan pengawal yang berjejer memberi jalan pada tuan puteri Melati. Pagi ini Melati ingin melihat-lihat suasana pasar, Batista mengizinkannya. Batista sama sekali tidak khawatir Melati akan melarikan diri, karena dia tak tahu jalan pulang.Semua pedagang berdiri dan mengangguk hormat pada Melati yang pagi ini nampak.cantik dengan balutan busana yang panjang sampai menyentuh tanah. Dayang-dayang ikut di belakangnya. Melati melihat Nathan lalu menghampirinya."Apakah kita pernah bertemu sebelumnya ?" tanya Melati pelan sambil menunduk memperhatikan rempah-rempah yang di jual Nathan. Dia takut pengawal mendengarnya.Walau baru beberapa hari tinggal di kerajaan ini, namun Melati sudah mulai memahami aturan-aturannya. Dia sekarang adalah isteri Putera Mahkota yang sebentar lagi akan bisa menggantikan posisi Raja. Sebagai calon permaisuri dia harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan istana dan perg
Nela tak bisa melukiskan kebahagiaannya tatkala melihat kedatangan Nathan."Kakak, aku harap kakak tidak pergi lagi."Nela memeluk Nathan dengan erat, dia bahkan mengabaikan Linda yang baru saja keluar dari dapur."Apa kabar Linda," sapa Nathan. Dia kini melepaskan pelukan Nela dan menjabat tangan Linda dengan erat."Kami baik-baik saja kak," jawab Linda sambil tersenyum.Dia mengakui kakak Nela ini terlihat sangat tampan. Dia bahkan tersipu malu tatkala Nathan menatapnya.Nita masuk ke ruangan dan menjabat erat tangan Nathan. "Senang rasanya melihatmu kembali, jadi bibi sudah harus pulang menemani paman Giri di rumah. Kasihan dia di tinggal sendirian.""Sekali-sekali di tinggal kenapa sih bi," ucap Nathan.Lalu mereka berempat kini duduk di sofa ruang tengah. Setelah berbasa-basi sebentar Nita lalu pamit masuk ke dalam kamar membenahi pakaiannya. Tak lama dia keluar sambil menjinjing tasnya."Bibi beneran mau pergi ? Aku pikir tadi bercanda," ucap Nela."Kakakmu sudah datang dek, bi
Untuk menghindari hal yang tidak di inginkan, Nathan menyuruh Nela dan Linda tidur di kamar belakang. Dia sendiri tidur di kamar Nela."Kenapa kakak menyuruh kami berdua tidur di kamar belakang ?" protes Nela."Malam ini saja, saat ini ikuti saja perintahku, cepatlah tidur, besok kalian ke sekolah."Walau tak mengerti, keduanya akhirnya mengalah.Nathan dan Dewi menyusun rencana, mereka sepakat Nathan tidur di kamar Nela dan Dewi tidur di kursi sofa. Mereka berdua tidur lebih awal agar bisa bangun di seperempat malam. Namun ternyata mereka bangun lebih awal dari yang di perkirakan. Waktu sudah menunjukkan pulul 01.00 dini hari, suasana sangat lengang, tak terdengar bunyi kendaraan atau suara orang di sekeliling kompleks, yang terdengar hanyalah lolongan anjing.Nathan tak keluar dari kamar dan hanya mengirimkan telepati pada Dewi."Apakah kau sudah bangun ?""Suara lolongan anjing mengagetkanku.""Apakah sudah ada tanda-tanda jika mereka datang ?""Aku akan mengeceknya langsung di lua
Sejak kejadian itu Ningsih tak berani lagi berbuat macam-macam pada Nela, tetapi dia tetap masih menyimpan dendam yang sewaktu-waktu muncul kapan saja. Dewi telah kembali ke dunianya, kini Nathan sibuk mengurus harta peninggalan ayahnya. Dia kini melanjutkan bisnis beras yang di geluti ayahnya dulu. Nathan bahkan tak pernah berpikir untuk kembali lagi ke dunia para peri itu. Hanya saja keadaan ini di manfaatkan Batista. Dia sama sekali tak pernah melupakan Nela. Keinginan besarnya untuk menculik Nela tetaplah menjadi prioritasnya.Di kerajaan Bilu, dia dan Melati hidup bahagia namun mereka masih tak dikaruniai anak. Bahkan Melati sudah di beri berbagai macam ramuan kesuburan tapi tak juga kunjung punya momongan."Jika isterimu belum memberimu keturunan, segera cari selir, baginda Raja mulai sakit-sakitan, kita tak tahu kapan beliau mangkat," usul nenek Colona."Aku menugaskan nenek ke dunia manusia untuk menculik gadis itu.""Apa ? Kau masih belum melupakannya ?" nenek Colona geleng-g
Kesibukan akan banyaknya hasil panen membuat Nathan tak begitu memperhatikan keseharian Nela. Yang dia tahu sekarang adiknya itu sedang sibuk mempersiapkan semua berkasnya untuk masuk ke perguruan tinggi. Setiap hektar sawahnya menghasilkan 18 sampai 20 ton padi. Hal ini yang membuat Nathan harus terus mengawasi proses panen padi sampai ke pengeringan dan penggilingan. "Nela dimana ?" tanya Badar tatkala bertemu Nathan di penggilingan. "Dia sedang mengurus berkasnya untuk masuk ke perguruan tinggi,' jawab Nathan. "Mengapa tidak mengabari paman, biar paman suruh Rafik menemaninya." "Dia bersama temannya Linda, jika mereka mengalami kesulitan dalam mendaftar ke perguruan tinggi, barulah aku minta anak paman membantunya." "Baiklah kalau begitu, lalu bagaimana dengan berasmu, apa kau akan memasarkannya seperti ayahmu dulu ?" "Kita lihat bagaimana nanti ke depannya paman, aku mencoba membuka ponsel ayah ternyata ada beberapa pesan tapi sudah lama. Aku akan mencoba menghubungi mereka