Ketika mereka telah sampai di restoran bintang 5 yang sudah dipesan oleh Daffa sebelumnya, Kamila nampak terperangah.Apalagi saat Daffa membawanya ke tempat VIP yang cukup mewah di restoran tersebut. "Mas, ini beneran Kamu yang pesan? Mengapa harus se-perfect ini?" Kamila sampai lupa mengedipkan kelopak matanya. "Sengaja. Aku ingin hari ini spesial untuk kita berdua. Duduklah," titah Daffa dengan lembut pada Kamila.Daffa memperlakukan Kamila begitu romantis. Kamila semakin tersanjung. Berasa jadi wanita paling beruntung di dunia. Di atas meja di depan mereka sudah tersaji makanan yang sangat indah dalam pandangan yang tentunya juga nikmat di lidah. "Kita makan ya," kata Daffa mengajak Kamila untuk memulai menyantap makanan.Suapan pertama bahkan, terlihat Daffa menjinakkan makanan lalu disodorkan pada Kamila, hendak menyuapinya. "Biarkan aku makan sendiri saja, Mas." Kamila tersipu malu, bukan menolak."Aku sedang ingin menyuapi kamu. Bukankah ini yang pertama kalinya aku menyu
Kamila dan Daffa segera membawa Ratih ke mobil. Kamila meminta waktu pada Daffa untuk berbicara dengan Ratih terlebih dahulu. Daffa tidak menolak, lagi pula itu adalah hak Kamila.Kamila dan Daffa membawa Ratih ke sebuah tempat makan tapi bukan restoran mewah yang sudah dipesan oleh Daffa sebelumnya.Ratih masih meneteskan air mata sendu, bahkan ketika telah sampai di tempat makan yang dipilih oleh Daffa. "Kita makan dulu ya, Ma. Mama mau pesan apa?" Kami nak bertanya dengan sangat lembut pada Ratih. Tapi Ratih malah mengkilingkan kepalanya. "Tidak usah," tolaknya dengan raut wajah sangat malu. Tentu dia malu karena berhasil diperboki oleh Kamila saat tengah mengemis tadi. "Tidak apa-apa, Kamila. Biar aku yang pesankan saja makanannya ya. Aku bisa ambil makanan untuk Mama saja, atau kamu mau sekalian pesan?" Daffa bertanya terlebih dahulu pada Kamila."Untuk Mama saja dulu, Mas. Aku masih kenyang," jawab Kamila. Daffa pun mengangguk.Kamila kembali mengarahkan pandangannya pada Rat
Selin kini sudah tiada, Daffa segera mengubur semua kenangan tentang sang mantan kekasih. Dia sudah memiliki lembaran baru bersama Kamila. Dia juga akan segera menjadi seorang ayah yang sebenarnya. Bayi dalam kandungan Kamila itu anaknya, dan harus diperjuangkan olehnya. Dia tidak mau berpikir yang aneh-aneh lagi, tidak mau bertingkah laku yang tidak baik lagi, Daffa hanya ingin memperbaiki dirinya agar menjadi sosok Ayah yang lebih baik untuk anaknya nanti.Pelaku pemukulan pun sudah ditetapkan sebagai tersangka. Pelakunya yakni mantan suami Selin—Riki Subakti. Bukan hanya itu, Riki Subakti juga menjadi tersangka bersama ayahnya dengan kasus yang sama yakni kekerasan dan pengancaman. "Aku menyesal telah melakukan kekerasan kepada Selin. Dia bunuh diri, dia sudah tiada dan aku tidak bisa lagi mengejar cintanya. Ini semua gara-gara aku. Aku yang terlalu egois dan mau menang sendiri. Padahal aku mencintai Selin. Tapi kenapa Selin selalu saja tidak mau menuruti permintaanku. Sungguh aku
"Innalillahiwainnailaihirojiun," ucap Kamila terkejut. Di waktu yang bersamaan Daffa keluar dari kamarnya menghampiri Kamila dan Dinda di ruang dapur. Kamila belum sempat mempersiapkan sarapan untuk suaminya. Berita mengagetkan itu sedikit menjeda aktivitasnya. "Ada apa ini? Kok terlihat kaget seperti itu?" Daffa bertanya pada Dinda dan juga Kamila."Mbak Selly meninggal bunuh diri apa minum racun." Dinda langsung menjawab dengan tangan sedikit bergetar. "Jangan ngaco, Dinda. Ini masih pagi, Udah bicara ngawur saja," elak Daffa sedikit tidak percaya."Aku serius, Mas. Mbak Selin baru saja meninggal akibat meminum racun. Katanya Mbak Selin kembali mencoba bunuh diri." Dinda menegaskan. Daffa tercengang. Dia tidak menyangka kalau Selin akan kembali melakukan kesalahan yang sama. Tapi setidaknya, Daffa sudah pernah berusaha mencegah Selin untuk bunuh diri. Meskipun pada akhirnya, saya tetap meninggal dengan cara yang sama.Harap Daffa, semoga Tuhan memaafkan semua kesalahan Selin, s
Dalam rekaman CCTV di ruangan kamar Daffa dan Kamila, semalam yang membuang guling pembatas adalah Kamila.Tanpa sadar, Kamila terlihat mendorong guling dengan sebelah kakinya. Dia juga terlihat memeluk Daffa dengan sendirinya. Pelukannya bahkan disambut hangat oleh Daffa. Keduanya sama-sama tidak sadar, sama-sama terhanyut dalam mimpi indah. Keduanya juga tidur cukup lalap karena nggak sempat kelelahan usai dari rumah sakit. Tiba-tiba saja Kamila tersipu malu setelah melihat fakta yang sebenarnya. Pipinya terlihat memerah, menahan rasa malu pada Daffa."Nah loh! Siapa itu yang melempar guling pembatasnya? Yang meluk duluan juga kamu. Pasti kamu udah nggak kuat ya pengen peluk aku." Daffa dengan bebasnya menggoda Kamila. "Apaan sih! Itu pasti kamu duluan yang mulai, Mas." Kamila tidak terima. "Loh, bukannya rekaman cctv-nya sudah jelas. Orang Kamu sendiri yang meluk Aku duluan. Aku ini normal, Kamila. Kalau kamu peluk aku, ya mana bisa aku nolak," goda Daffa lagi.Kamila semakin te
Saat ini mereka sudah sampai di kediaman Daffa Azriel.Raut wajah Kamila berubah drastis. Padahal awalnya dia sudah mulai hangat pada Daffa. Selama perjalanan bahkan Kamila selalu saja diam, tanpa mencampuri percakapan antara Daffa dan Dinda.Pun saat mereka sudah berada di dalam ruangan kamar yang sama. Daffa melihat Kamila terus saja cemberut, bahkan ketika hendak mau tidur. "Oh iya, aku lupa belum memberikan obat kamu, Masm Minum obat dulu ya." Kamila kembali bangkit dari tempat tidurnya, saat ketika telah sadar akan sesuatu. Tapi Daffa melihat Kamila seperti kesal. Sepertinya dia akan bertanya setelah Kamila kembali usai mengambil obat.Hingga tidak lama, Kamila kembali ke kamar dengan segelas air putih dan juga segenggam obat di tangannya."Minum obat dulu ya, Mas," ucap Kamila tanpa sedikitpun senyum terukir di bibirnya. Setelah menelan obat yang Kamila berikan, Daffa pun tidak bisa menunda pertanyaannya terlalu lama. "Kamila, kamu kenapa? Kok jadi berubah setelah pulang dar