Kalian tidak bosan-bosannya berurusan dengan ruangan BK?! Sepagi ini bertengkar?! Ibu benar-benar tidak habis pikir." Bu Sukma melipat kedua tangannya di depan dada. Mata elangnya memandang tajam kepada empat murid bermasalah di depannya yang duduk tepekur dengan wajah menunduk dalam. Wajahnya senantiasa galak. Seolah ingin menelan hidup-hidup bocah-bocah yang selalu bermasalah."Ezar, Rio, Seto, sok jagoan bener kalian tiap hari mem-bully Galaksi!"Tiga bocah yang kena sembur itu memasang wajah seolah menyesal. Tapi, jangankan menyesal. Tidak ada kata menyesal dalam kamus tiga geng kampret itu. Yang ada mereka justru merencanakan dendam yang lebih kepada Galaksi."Bu, jangan hanya nyalahin kami dong. Orang Galaksi juga salah. Lihat tuh tangan Ezar sampai luka begitu." Rio memulai dramanya, memojokkan Galaksi sebagai pelaku. Padahal mereka lah tadi yang memulai perkara. Sungguh sikap yang sangat memuakkan.Ezar dan Seto mengangguk kompak, mereka mendukung drama yang diuat Rio. Bahkan u
Bu Sukma menggeleng. Ia menurunkan kedua tangannya yang terlipat di depan dada."Bukan Galaksi. Aku bukan anggota mafia brengsek seperti Mata Iblis itu.""Hn, kau pikir aku akan percaya begitu saja?" Tanya Galaksi dengan ekspresi merendahkan kemampuan ekting Bu Sukma yang dinilainya buruk.Bu Sukma baru akan membuka mulut untuk menjelaskan identitas aslinya pada Galaksi ketika ia mendengar suara jerit gaduh di luar. Suara bentakan kasar dan benda-benda yang jatuh ke lantai juga tak kalah keras.Penasaran dengan hal yang terjadi di luar guru berambut keriting itu buru-buru mendekati horden, menyibakkan sedikit untuk mendapatkan celah agar bisa mengintip keluar.Di luar keadaan tampak kacau. Loker-loker yang berjejer rapi di depan kelas sudah di acak-acak. Isinya dikeluarkan secara paksa. Bahkan loker itu sendiri ada yang sudah terjungkal di lantai.Bu Sukma berbalik dengan cepat. Wajahnya berubah panik. Ia menyambar jaket kulit hitam yang tersampir di lengan kursi miliknya, melemparkan
Gawat!"Seru Galaksi panik ketika melihat di depannya muncul tiga orang anggota Mata Iblis. Kemudian di belakangnya mengejar tak kurang dari tujuh orang. Dua orang lainnya muncul dari pintu kanan dan satu lainnya muncul dari lorong sebelah kiri. Galaksi terkepung di tengah."Mau kabur kemana lo?" Para anggota mafia Mata Iblis itu merangsek maju mereka mengambil pistol dan pisau yang terselip di pinggangnya. Siap menyerang Galaksi.Galaksi berhenti. Ia memejamkan matanya."Walaupun aku bisa bela diri tapi menghadapi semua musuh bersenjata ini rasanya peluang kalahku lebih besar daripada peluang menangku. Ditambah lagi aku belum bisa mengaktifkan infinity weapon system. Bagaimana ini?" Grep!Seseorang meraih leher Galaski. Mencekiknya. Galaksi yang kaget langsung meronta."Aakhhhhh!!!" Leher Galaksi tercekik. Ia tak bisa berteriak. Kondisi ini membuat ia tak berdaya untuk melawan. Gawat! Riwayat Galaksi akan segera tamat.Disaat keadaan semakin memburuk tiba-tiba semua orang bisa meliha
Galaksi melangkahkan kakinya pulang ke kediaman Uncle Sam dengan keadaan letih. Ia memang melarikan diri dari sekolah setelah membunuh anggota Mata Iblis. Susah payah bersembunyi agar tidak tertangkap.Sesampainya di dalam rumah ia melihat seseorang tengah bertamu. Galaksi berhenti di depan pintu."Nah, itu dia anaknya. Bocah nggak berguna yang hidupnya cuma nyusahin gue!" Tunjuk Uncle Sam dengan wajah bengisnya. Ia masih marah lantaran ditipu Galaksi yang pura-pura mati dan malah menakut-nakutinya hingga ia terkencing di celana.Sampai kapan pun jika teringat kejadian itu Uncle Sam ingin rasanya menggorok leher Galaksi.Orang yang berperawakan tinggi dan berwajah tanpa ekspresi itu menatap Galaksi dengan intens, seolah sedang menyelidiki sesuatu dari Galaksi. Beruntung saat ini tubuh Galaksi terlihat normal. Warna matanya juga kembali normal. Tidak ada tanda-tanda aneh seperti saat ia di sekolah tadi."Kelihatannya biasa saja" Orang itu tampak meragukan Galaksi."Ck, apa lo masih bisa
Bu Sukma meloncat ke atas motor sport berwarna hitam metalik yang terparkir di depan rumah Uncle Sam. Tangannya cepat mengenakan helm full face."Naik cepat!" Perintah Bu Sukma.Galaksi ragu."Yang benar saja naik motor? Bu Sukma bisa mengendarainya untuk melarikan diri?""Cepat! Jangan bengong. Resna bisa pulih dan mengejar lagi!"Galaksi tersadar. Bisa mengendarai motor atau tidak terserah. Pokoknya yang penting melarikan diri dulu. Galaksi tak bisa berlama-lama disini.Galaksi naik.Bbrrummm... Brrruummmm... Bbrrruummmm!!!Bu Sukma menggeber motor sport-nya. Tak berapa lama kemudian ia menekam koplingnya. Mengoper gigi ke depan sekali, dilanjutkan ke belakang beberapa kali. Ketika kopling perlahan dilepaskan dan gas mulai ditarik, kendaraan itu langsung melesat dengan kecepatan tinggi meninggalkan kediaman Paman Ron."Woe Galaksi bocah kurang ajar! Balik nggak lo!!!"BBBBRRRUUUMMMMM!!!Motor sudah jauh saat Uncle Sam mengejar dengan badan bongsornya."Melarikan diri ya?" Resna menye
Motor Bu Rukma terus berjalan pelan melewati jalanan sepi menuju pinggiran kota. Rumah Bu Rukma memang terletak jauh dari pusat kota. Itu sih sangat jauh sekali dari wilayah pedesaan Galaksi tinggal. Kurang lebih hampir dua puluh lima kilometer jaraknya. Galaksi tidak menyangka bahwa guru berambut ikal itu menempuh perjalanan begitu jauh setiap harinya pulang-pergi untuk mengajar.Ckit!Motor sepenuhnya berhenti. Galaksi turun lebih dahulu daripada Bu Sukma."Padahal aku belum mempercayaimu. Sialnya aku justru mengikutimu sejauh ini," oceh Galaksi sembari mengitarkan pandangan kesekitaran rumah Bu Sukma.View di sekitar rumah Bu Sukma memang cukup menawan. Rumahnya dibangun di atas dataran tinggi. Di bawahnya terdapat lembah hijau yang langsung menyatu dengan danau. Sisi kirinya terdapat hamparan barisan bukit-bukit tinggi. Udara di sini sangat sejuk dan jauh dari hiruk pikuk manusia.Bu Rukma melepaskan helm dari kepalanya."Ck, kau ternyata anaknya tidak mudah percaya ya Gala."Galak
"Banyak omong!"DDOORRR!!!TTTTRRAAAANNNGGGG!!!Peluru yang Galaksi tembakkan ditangkis oleh Belinda. Peluru berbelok arah menyerempet kepala Aurota. Itu hampir saja membuat kepalanya meledak. ."Woe kalian bener-bener kek bocah ya..."BBBRRRAAAKKK!!!Galaksi menendang meja di depannya. Meja melayang cepat ke arah Belinda.CCCRRAAASSSSHHHHH!!!GGGGRUUMMPPYYAAANNNGGG!!!Meja yang terkena tebasan Renata terbelah menjadi dua bagian. Puingnya teronggok menyedihkan di lantai.Bbuuugghhhh!!! Bbbuugghhh!!!Galaksi dan Belinda terlibat baku hantam serius. Mereka saling melepaskan pukulan keras, saling menghindar dan berkelit lincah, dan saling tangkis serangan. Bisa dikatakan jika kekuatan mereka berimbang. Sesekali senjata mereka juga beradu kuat, menimbulkan suara benturan logam yang keras."Hyyattt!!!"Duuaakkkk!!!Belinda berhasil menendang dada Galaksi, membuat bocah itu terpelanting tinggi.BBBRAAAKKK!!!Tubuh Galaksi menghantam lantai papan hingga ambrol melesak ke bawah."SIAALLLL!!!"
"Gala..." Pupil mata Bu Sukma seketika melebar. Ia seperti melihat suatu bahaya."AWAS!!!"Bu Sukma mendorong tubuh Galaksi hingga terjungkal ke belakang.DDDOOOOORRRRRRRR!!!Galaksi masih memejamkan matanya. Ia tidak tahu mengapa Bu Sukma tiba-tiba saja mendorongnya.Tes... Tes...Galaksi merasakan tetesan cairan anyir di wajahnya. Ia mengelap wajahnya dan mendapati noda merah di telapak tangannya. Lalu ketika ia mendongak ia melihat dada Bu Sukma sudah berlubang."HAH?!" Galaksi terkejut bukan kepalang."La-ri Galak... si. Selamatkan dirimu..."BRRRUUUGGGHHHH!!!Tubuh Bu Sukma ambruk ke tanah dalam posisi tengkurap di samping Galaksi."Apa semua ini?" Galaksi masih syok dengan hal yang baru saja dialaminya. Ia tak menyangka Bu Sukma mengorbankan dirinya demi melindungi Galaksi.Antariksa menurunkan shotgun ditangannya. Wanita itu menyandang senjatanya di bahunya. Ia berjalan mendekati Galaksi dengan tatapan mata yang dingin.Grep!Antariksa menjambak rambut Galaksi memaksa bocah itu