"Mariana Zoya, aku jatuhkan talak atas kamu, detik ini juga dihadapan keluargamu. Mulai saat ini, kau bukan lagi istriku!" Kata-kata itu keluar dari mulut Andika dengan lantang. Rasa marah dan sakit hati karena dikhianati, bercampur jadi satu.
"Mas ...." Kedua mata Mariana membulat. Merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini.
Andika, pria yang menikahinya kurang dari satu jam yang lalu itu menjatuhkan talak di depan seluruh keluarga besar dan tamu undangan yang saat ini sedang berkumpul menghadiri pernikahan mereka.
Kedua orang tua Mariana dan kedua orang tua Andika merasa terkejut mendengar ucapan pria itu. Baru saja mereka melakukan akad nikah, tiba-tiba Andika langsung menceraikan perempuan yang bahkan belum satu jam sah menjadi istrinya.
Bukan hanya mereka. Para tamu undangan pun merasa terkejut. Mereka merasa penasaran dengan apa yang terjadi. Alunan musik yang tadinya memekakkan telinga seketika terhenti. Semua orang yang merasa terkejut mendengar teriakan Andika. Sang mempelai pengantin pria yang baru beberapa menit yang lalu mengucapkan ijab kabul.
Sementara itu, Zian tersenyum tipis. Merasa telah berhasil menggagalkan pernikahan Mariana, perempuan yang sangat dicintainya. Akibat perbuatannya, pernikahan Mariana dengan Andika kandas dalam waktu kurang dari satu jam. Pria itu memang sengaja datang ke pernikahan Mariana karena dia merasa tidak rela kekasihnya menikah dengan orang lain.
"Apa-apaan kamu Andika? Apa yang kamu katakan?" Pak Ruslan, ayah Andika berteriak marah. Merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh putranya.
"Pa, perempuan ini telah mengkhianatiku. Aku baru saja menyaksikan perempuan itu bercumbu dengan pria lain!"
"Apa?"
Semua orang yang mendengar ucapan Andika berteriak kaget. Mereka tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Andika. Namun, saat melihat lelaki yang berada di dekat Mariana, mereka semua langsung mengerti apa maksud dari perkataan Andika.
Apalagi, saat mereka melihat baju pengantin Mariana yang terlihat terbuka saat Andika menyeret perempuan itu dan juga pria disampingnya ke depan mereka.
"Apa benar apa yang dikatakan oleh Andika, Mariana?" Pak Ruslan menatap Mariana yang terlihat gugup sambil membenarkan bajunya yang terbuka.
Reslething bajunya terbuka, hingga menampilkan punggung mulusnya. Zian yang menyadari itu langsung berinisiatif membantu perempuan itu. Sudut bibirnya tertarik saat melihat tanda bekas cumbuannya di bahu Mariana. Kalau saja Andika tidak datang memergokinya, mungkin saat ini Mariana sudah berada dalam kungkungannya. Menikmati malam pertama yang seharusnya menjadi milik Andika.
"Jawab, Mariana!" Suara Pak Ruslan meninggi. Apalagi saat ia melihat perlakuan Zian yang membantu membenarkan baju pengantin Mariana.
Sementara Andika mengepalkan tangannya. Darahnya mendidih seketika. Pria itu benar-benar tidak menyangka kalau perempuan yang selama ini dicintainya juga sangat ia jaga kehormatannya ternyata melakukan perbuatan memalukan seperti itu.
Andika berusaha menahan emosinya. Jantungnya serasa diremas-remas, sementara hatinya serasa ditusuk ribuan jarum. Di belakang mereka, seluruh tamu undangan sudah mulai berbisik-bisik.
"Apa benar apa yang dikatakan Andika, Mariana? Jawab!" Suara Pak Ruslan kembali naik saat melihat perempuan cantik yang baberapa menit yang lalu baru saja menjadi mantan menantunya.
"A-a-aku-"
"Jawab, Mariana!"
"Aku dan Mariana saling mencintai. Aku tidak rela jika Mariana menikah dengan dia!" Zian angkat bicara, membuat Mariana terkejut.
Sementara Pak Ruslan menatap Mariana tak percaya saat mendengar ucapan pria di samping Mariana. Tanpa diduga, Andika langsung maju dan menarik kerah baju Zian. Andika dengan penuh emosi memukul wajah pria itu.
"Brengsek! Bajingan!"
Andika memukul wajah tampan Zian. Pria itu tersungkur. Sudut bibirnya berdarah akibat pukulan Andika.
"Hentikan, Mas, hentikan!" Mariana berteriak saat Andika kembali meraih kerah baju Zian kemudian memukulinya. Pria yang dicintainya itu tak bisa melawan karena Andika terus memukulinya.
Mariana terus berteriak. Begitupun semua tamu undangan yang sedari tadi memperhatikan mereka. Namun, tidak ada seorang pun yang berani melerai Andika. Mereka menganggap, apa yang dilakukan Andika adalah bentuk kemarahan lelaki itu atas pengkhianatan Mariana.
Sedangkan kedua orang tua Mariana beserta seluruh keluarganya menatap marah pada Zian dan Mariana. Mereka pun tidak mencoba menghentikan Andika yang masih memukuli Zian. Bahkan teriakan Mariana yang menyuruh Andika untuk berhenti malah justru membuat Andika semakin bersemangat meluapkan amarahnya pada Zian.
Keluarga Mariana memang sudah mengetahui hubungan Mariana dan Zian, tetapi mereka tidak bisa membatalkan pernikahan Andika dan Mariana begitu saja karena kedua keluarga telah sepakat untuk menggelar pernikahan mereka berdua.
Kesalahan memang terletak pada Mariana yang tidak bisa setia menjaga cintanya pada Andika. Perempuan itu menjalin hubungan dengan Zian di saat dirinya sudah bertunangan dengan Andika.
Keluarga Mariana menginginkan pernikahan itu tetap digelar demi menjaga nama baik keluarganya. Keluarga mereka tidak ingin menanggung malu. Akan tetapi, kelakuan mereka berdua malah semakin mencoreng nama baik keluarga Mariana.
"Hentikan, Andika!" Teriakan Santi, ibu dari Andika menghentikan pria itu.
Nafas Andika terengah, sementara Zian tergeletak dengan darah yang mengalir di sudut bibirnya. Wajah tampannya meringis kesakitan akibat pukulan Andika. Mariana berteriak sambil menangis mendekati pria itu. Perempuan itu meraih tubuh Zian, kemudian memeluknya. Tubuh Zian melemah, pria itu tidak sadarkan diri di pelukan Mariana.
"Zian!"
"Zian!"
Mariana menepuk wajah pria yang sangat dicintainya itu. Namun, pria itu tidak bergerak, membuat Mariana seketika merasa panik.
"Dasar perempuan tidak malu! Di hari pernikahanmu kau justru berselingkuh dengan pria lain?" Santi menatap Mariana dengan penuh amarah. Dia tidak memedulikan wajah panik Mariana yang ketakutan karena melihat kekasihnya tidak sadarkan diri.
"Perempuan murahan!"
Tangan perempuan baya itu melayang ke wajah mulus Mariana. Wanita cantik itu tersungkur karena tidak siap dengan apa yang dilakukan oleh Santi. Mariana sungguh terkejut, tidak menyangka kalau perempuan yang beberapa saat lalu menjadi ibu mertuanya itu tiba-tiba menampar wajahnya.
Pelukannya pada Zian terlepas. Perempuan cantik itu memegangi pipinya. Kedua orang tua Marni sangat terkejut melihat Santi menampar putri mereka. Mereka berdua bergegas mendekati Mariana. Sementara itu, beberapa orang laki-laki yang ada di tempat itu mendekati Zian. Mereka mengangkat tubuh Zian yang masih tidak sadarkan diri.
"Kalian semua benar-benar keterlaluan!" Santi yang masih dikuasai emosi kembali berteriak.
Dia sungguh tidak terima dengan apa yang sudah dilakukan oleh Mariana. Perempuan itu bukan hanya sudah menyakiti Andika, tetapi dia juga sudah mencoreng nama baik keluarganya. Santi melirik ke arah keluarga besarnya yang masih duduk di kursi tamu. Wajah-wajah mereka terlihat marah dengan apa yang terjadi.
"Kalau kamu memang mencintai laki-laki lain, seharusnya kamu mengatakannya dari awal. Kalau kamu jujur, kami juga tidak akan memaksamu untuk tetap menikah dengan Andika!" Santi menatap wajah Mariana dengan penuh kebencian.
"Kamu bukan hanya menyakiti hati Andika, tetapi kamu juga sudah menyakiti hati kami! Kamu dan keluargamu sudah mempermalukan kami semua, Mariana!" Santi mengepalkan tangannya. Rasanya, ia ingin kembali mendaratkan tangannya pada wajah lugu Mariana.
Wajah lugu, tetapi kelakuan tidak tahu malu. Dia benar-benar tidak menyangka, gadis kampung yang terlihat lugu itu ternyata menyimpan banyak rahasia. Bisa-bisanya dia berselingkuh di saat dirinya sudah bertunangan dengan Andika.
"Kalau dari awal kalian jujur pada kami, pernikahan ini pasti tidak akan pernah terjadi!" Pak Ruslan yang sedari tadi terdiam, kembali angkat bicara.
Sementara itu, kedua orang tua Mariana terdiam sambil memeluk sang putri yang terlihat menangis akibat tamparan Santi.
Sebenarnya dari awal semua anggota keluarga besar Mariana sudah menyuruh putrinya dan Zian untuk bersabar. Mereka meminta Zian untuk bersabar menunggu setelah Mariana menikah dengan Andika.
Setelah Mariana menikah, mereka akan mencari cara agar Mariana bercerai dari Andika. Setelah bercerai dengan Andika, baru Zian menikah dengan Mariana. Sungguh sebuah rencana yang sangat bagus awalnya, tetapi, Zian dan Mariana merusaknya begitu saja.
Kini, Mariana Zoya resmi menjadi janda. Perempuan itu berubah status menjadi janda dalam waktu kurang dari satu jam setelah pernikahannya.
Mariana menjadi janda sebelum sang suami menyentuhnya. Janda tapi masih perawan.
Zian meninggalkan Mariana yang masih menangis. Bukan hanya Mariana yang menangis, Devan pun ikut menangis karena kaget saat mendengar suara bunyi yang cukup keras. Zian membanting ponsel Mariana, hingga ponsel itu jatuh berkeping-keping, sesaat setelah dia memaki Reno yang ternyata kembali menelepon.Pria itu sudah menunggu Mariana di tempat yang sudah mereka sepakati bersama. Zian sangat marah, laki-laki itu pergi dari rumah tanpa mengatakan sepatah kata pun. Zian pergi untuk menenangkan diri. Awalnya, ia ingin sekali pergi menemui Reno dan menghajar pria itu habis-habisan karena sudah berani menggoda istrinya. Namun, setelah dipikir-pikir, percuma saja ia menghabiskan tenaga untuk menghajar Reno. Toh! Bukan hanya pria itu saja yang salah. Mariana pun salah. Seandainya perempuan itu bisa menjaga diri sebagai seorang wanita yang sudah mempunyai suami, Zian yakin, Reno pun tidak akan memaksa Mariana untuk berhubungan dengan dia.Namun, karena Mariana mudah tergoda dan langsung jatuh k
"Mas, maafkan aku. Aku bisa jelasin semuanya." Mariana menangis melihat kemarahan Zian.Dalam hati, perempuan itu merutuki diri sendiri yang tidak hati-hati saat menyimpan ponsel pemberian Reno itu. Kekasih gelapnya itu memang sengaja membelikan ponsel untuknya agar mereka gampang jika ingin saling menghubungi.Reno sering mengingatkan Mariana agar dia berhati-hati menyimpan ponsel itu agar tidak sampai ketahuan oleh Zian. Namun, gara-gara keteledorannya, pria itu kini menemukan ponselnya dan mengetahui rahasia yang selama bertahun-tahun ini di sembunyikan olehnya juga Reno."Aku benar-benar tidak menyangka kalau kamu tega melakukan ini padaku, Mar. Aku pikir, kamu sudah berubah setelah menikah denganku, tapi ternyata ...." Zian menatap Mariana dengan kedua mata berkaca-kaca. Jantungnya serasa diremas-remas."Mas Zian-""Aku benar-benar kecewa sama kamu, Mar." Zian memegangi dadanya yang terasa sesak. "Maafkan aku, Mas, aku khilaf! Aku janji, aku tidak akan berhubungan dengan dia l
Zian menatap wajah cantik Mariana dengan rasa sakit di hatinya.Pria itu sadar, istrinya itu memang masih terlihat cantik. Mariana juga pandai merawat tubuhnya, hingga meskipun dia sudah mempunyai anak dua, bentuk tubuhnya juga wajahnya tidak kalah dengan gadis muda yang belum menikah.Zian juga seringkali cemburu jika melihat teman-teman prianya seringkali menatap istrinya penuh minat. Namun, Mariana selalu bisa membujuknya dengan mengatakan kalau dia hanya mencintainya dan tidak akan pernah mengkhianatinya.Namun, sekarang Mariana justru mengingkari janjinya. Mengingkari janji untuk setia sampai kapanpun terhadapnya."Kenapa, Mariana? Memangnya apa kesalahanku sampai kau tega berbuat seperti ini padaku?""Ma-Mas ...." Mariana menatap Zian dengan kedua mata berkaca-kaca. Ia sungguh tidak mengira kalau Zian akan mengetahui perselingkuhannya dengan Reno."Kenapa, Mar? Kenapa harus dia? Apa kau tidak sadar kalau Reno itu adalah suami dari sahabatmu sendiri?""Aku tidak menyangka kalau k
"Anak kita?" gumam Zian lirih. Pria itu masih belum sadar sepenuhnya. Buru-buru Zian membaringkan tubuh mungil Devan yang tertidur ke atas ranjang. Kemudian, dengan serius Zian mendengarkan suara Reno di ujung telepon."Halo, Sayang, Kenapa kamu diam saja? Aku tunggu kamu di tempat biasa, jangan lupa bawa anak kita. Aku jemput kamu di tengah jalan, ya, biar Zian nggak curiga. Suami kamu lagi di rumah kan?" Tangan Zian yang memegang ponsel bergetar mendengar suara laki-laki di seberang sana."Aku kangen sama kamu, Mar, sampai ketemu di penginapan ya?" Zian hampir saja menjatuhkan ponselnya. Kata-kata yang diucapkan oleh pria itu bak palu yang menghantam dadanya.Rasa sakit mengalir ke ruang hatinya. Zian benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut pria itu. Pria yang selama ini sudah ia anggap sebagai sahabat baiknya.'Reno ....'Zian memegangi dadanya, yang terasa sesak.'Tidak mungkin ... aku pasti salah dengar. Tidak mungkin Mariana dan Reno ....'"Sayang ... ada
Reno baru saja turun dari mobilnya. Pria itu berhenti sejenak saat seorang perempuan cantik dengan perut buncit lewat di depannya.Wajahnya menyunggingkan senyuman tatkala melihat perempuan itu tersenyum malu-malu melihatnya.Rasanya, Reno ingin sekali langsung mendekap perempuan itu saking gemasnya.Semenjak hamil, wajah Mariana terlihat bertambah memikat. Entah mengapa, perempuan itu terlihat lebih cantik dari biasanya.Reno mengambil ponsel dari saku bajunya.'Sayang, kamu mau kemana cantik banget?'Mariana melihat ke arah ponselnya yang ia pegang sedari tadi. Bibirnya tersenyum saat melihat siapa yang menghubungkannya.'Aku ingin ketemu kamu. Makanya sengaja lewat depan rumah kamu.''Sepertinya dia ingin ibunya melihat kamu." Mariana mengusap perutnya yang sudah terlihat membuncit di usia kehamilannya yang ke enam bulan.Semenjak dia tahu kalau Reno saat itu mengidam, Mariana semakin yakin kalau ana
'Aku hamil.'Sebuah chat dari perempuan yang dicintainya membuat kening Reno berkerut.'Apa kau sedang membuat aku cemburu dengan mengatakan kehamilanmu?'Reno membalas pesan itu dengan perasaan kesal.'Bukan begitu. Aku hanya penasaran, kenapa setelah sekian lama aku tiba-tiba hamil?''Apa maksudmu?'Reno kembali membalas pesan Mariana.'Sudah bertahun-tahun aku tidak hamil. Tapi setelah beberapa kali berhubungan dengan kamu, aku tiba-tiba hamil.''Jadi maksud kamu, kamu curiga kalau anak itu adalah anak kita? Darah dagingku?''Entahlah! Kau seorang dokter, harusnya kau lebih tahu bukan?''Baiklah! Kita akan tes DNA saat anak itu lahir.''Seandainya benar itu adalah anakku, aku pasti sangat bahagia sekali.'Tulis Reno lagi.'Aku juga sangat bahagia, seandainya itu benar anak kita.''Aku bahagia karena aku mempunyai anak dari orang yang aku cintai.'