แชร์

Bab 6 ー Main Sendiri

ผู้เขียน: Onigiri
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-03 10:20:21

“Ahh!”

Meyra mendesah pelan. Dia menggeliat resah di atas kasur.

Tatapannya masih tertuju pada video panas di layar laptop. Sambil mengikuti gerakan si pemeran wanita.

Sesekali, Meyra memandangi foto pernikahannya dengan Evan di dinding sebagai objek fantasi liarnya. Gairah yang tertahan selama ini akhirnya lepas kendali.

Meyra mengambil mainan sex yang sudah dia ambil. Dan tidak lama kembali mendesah. Kali ini, lebih kencang.

“Hemm, Evan ....”

Meyra menaikkan tempo mainan itu sambil menyebutkan nama suaminya. Dia berkhayal Evan ada di sampingnya.

Meyra lupa menutup rapat pintu kamarnya. Dia tidak menyadari, sepasang mata memperhatikan kegiatannya dari celah pintu yang sedikit terbuka

Glen Anderson, Ayah mertuanya.

Glen baru saja tiba setelah lembur kerja. Tapi dia malah mendengar suara desahan dari kamar menantunya.

Tidak menduga, ternyata Meyra sedang memuaskan diri menggunakan mainan sex.

Glen tak habis pikir. ‘Dasar, Evan! Kok bisa dia biarin Istrinya main sendirian begini?’

Glen masih diam berdiri di sana. Matanya tak sanggup berpaling dari bayangan tubuh Menantunya yang bergerak-gerak keenakan.

‘Nggak kusangka, Meyra yang kelihatan polos ternyata liar juga.’

Lama kelamaan, Glen menelan ludah dengan susah payah. Debaran jantungnya semakin kencang.

Sebuah sensasi panas mulai menjalar dari bagian bawah perutnya.

Dan ketika Glen menunduk, muncul sesuatu yang menonjol di antara selangkangannya. Hasratnya yang sudah bertahun-tahun terpendam, tiba-tiba bangkit karena melihat aksi Meyra.

Glen memaki diri sendiri, ‘Ah, Sial!’

Akhirnya, Glen melangkah pergi kembali ke kamar untuk menenangkan juniornya.

Keesokan harinya.

Meyra terbangun dengan tubuh telanjangnya. Sedikit bingung kenapa dirinya tak berpakaian.

Seketika ingatan aksinya semalam terlintas di kepalanya.

'Astaga, Meyra. Kok malah ketularan si Lisa, sih,' jeritnya dalam hati.

Meyra menutup wajah dengan kedua tangan. Benar-benar malu dengan apa yang sudah dia lakukan.

'Tapi, ternyata seenak itu ya. Pantes aja banyak yang suka beli mainan itu.'

Namun sekejap Meyra menggeleng. Mencoba menghilangkan pikiran kotornya.

Meyra kemudian memeriksa ponsel. Namun, tetap tidak ada kabar dari Suaminya.

Meyra memutuskan untuk menghubungi Evan lebih dulu.

Tidak lama, akhirnya pria itu menjawab.

"Halo!"

Suara Evan terdengar serak dan ketus.

"Kamu kapan nyampe? Udah sarapan belum?" tanyanya dengan lembut.

Namun balasan dari Evan sama sekali tak sesuai ekspektasinya.

"Astaga. Kamu nelpon cuma buat nanya itu? Kalau aku laper ya makan. Kaya ABG aja nanya kayak gitu! Aku baru nyampe. Ngantuk banget tau!"

Perkataan penuh nada kesal itu membuat Meyra terdiam. Dadanya terasa berdenyut. Bibirnya melengkung ke bawah. Menahan gemetar.

"A-aku cuma khawatir ada sesuatu di perjalanan. Soalnya kamu nggak ada kabar," katanya mencoba menjelaskan.

"Ck. Nggak usah lebay, Meyra! Aku bukan anak kecil," balas Evan.

Lalu memutus sambungan secara sepihak.

Meyra menghela nafas pelan sambil menatap layar ponselnya. Dia terlihat kecewa.

‘Mungkin Mas Evan masih cape, Biar dia istirahat aja,’ gumamnya pada diri sendiri. Meyra masih berpikir positif.

Lebih baik memulai hari seperti biasa.

Setelah membersihkan diri, Meyra berjalan keluar menuju ruang makan.

Di sana, sudah ada pelayan yang sedang memasak. Dan Glen yang sibuk membaca koran.

“Selamat pagi, Pah,” sapa Meyra dengan sopan.

“Pagi, Meyra. Ke mana Evan? Mobilnya nggak ada di garasi," tanya Glen.

Terlihat tenang seperti biasa. Seolah berpura-pura tak tahu apa pun yang dilakukan Meyra semalam.

"Mas Evan dinas ke luar kota. Oh iya, makasih makanan semalem, Pah."

Glen tersenyum tipis.

"Sama-sama. Baguslah kalauー"

Belum selesai berbicara, suara bel di depan rumah tiba-tiba menyela.

Ting! Tong!

Meyra hendak pergi. Tapi Glen berdiri lebih dulu.

"Biar Papa yang liat. Kamu masak aja."

Kemudian melangkah ke pintu depan.

Meyra mengangguk saja. Tapi ponsel di sakunya berdering.

Lagi-lagi Lisa yang menelepon.

Meyra menghela nafas lelah. Tapi tetap menerimanya.

"Kenapa? Masih jangan ngomong yang aneh-aneh ya," tanyanya langsung tanpa basa-basi.

"Ih bukan itu. Aku barusan liat pesan dari kurir kalau paket dildo aku udah nyampe, dan agak telat. Tapi ternyata alamatnya ke rumah kamu. Aku salah setting."

Mendengar hal itu. Meyra seketika melotot kaget.

"Yang bener kamu?!"

Belum sempat mendengar jawaban Lisa, suara Glen datang menghampiri.

"Ini ada paket kamu, Meyra," ujarnya. Dengan santai menyodorkan paket itu.

'Apa itu paketnya?!' pikir Meyra sedikit panik.

"Tumben dateng paket pagi-pagi. Emang kamu beli apa?"

Evan memperhatikan nama barang di kertas resi itu.

Meyra langsung menggeleng.

'Gawat kalau Papa liat.'

Meyra langsung mengambil paket itu dengan cepat. Dia tersenyum tipis menutupi kegugupannya.

“Makasih banyak, Pah. Maaf ngerepotin,” ujarnya singkat.

Dengan cepat, Meyra kembali pergi ke kamarnya.

Glen terdiam sejenak menatap tingkah Meyra yang sedikit mencurigakan. Menyadari sesuatu, bibirnya menahan senyuman.

‘Dia kelihatan panik. Jadi penasaran apa yang dia beli. Apa mungkin mainan sex lagi?’ pikirnya menebak-nebak.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Terjerat Cinta Ayah Mertua   Bab 7 ー Hubungan Tabu

    “Papa tadi liat nggak, ya?” gumam Meyra gelisah.Dalam kamarnya, Meyra menatap paket itu. Seketika Meyra tersenyum ketika membaca label di atasnya.“Untung aja nama barangnya disensor.”Meyra segera menyembunyikan paket itu di laci meja kerjanya. Kemudian melangkah keluar kamar. Dan mencoba bersikap senormal mungkin.Meyra melewati sarapan seperti biasa. Tanpa menyadari tatapan Glen yang sedikit berbeda. Tak berkata apa pun meski dalam kepalanya penuh dengan pertanyaan.Mereka melanjutkan kegiatannya masing-masing.Sebagai penulis, jam kerja Meyra cukup fleksibel. Walau terkadang dia lelah saat dikejar deadline.Baru saja hendak duduk di kursi kerja, tiba-tiba ponselnya di atas meja berdering.Nama Siska terpampang di layar. Dia adalah Editornya di salah satu platform novel online.“Halo, Kak Siska?” sapanya.“Mey, naskah kamu yang baru, aku tolak ya,” ucap Siska langsung tanpa basa-basi.Meyra mengernyit. “Loh? Kenapa, Kak?”“Hm, masih banyak kekurangannya. Entah kenapa, tulisan kamu

  • Terjerat Cinta Ayah Mertua   Bab 6 ー Main Sendiri

    “Ahh!”Meyra mendesah pelan. Dia menggeliat resah di atas kasur.Tatapannya masih tertuju pada video panas di layar laptop. Sambil mengikuti gerakan si pemeran wanita.Sesekali, Meyra memandangi foto pernikahannya dengan Evan di dinding sebagai objek fantasi liarnya. Gairah yang tertahan selama ini akhirnya lepas kendali.Meyra mengambil mainan sex yang sudah dia ambil. Dan tidak lama kembali mendesah. Kali ini, lebih kencang.“Hemm, Evan ....”Meyra menaikkan tempo mainan itu sambil menyebutkan nama suaminya. Dia berkhayal Evan ada di sampingnya.Meyra lupa menutup rapat pintu kamarnya. Dia tidak menyadari, sepasang mata memperhatikan kegiatannya dari celah pintu yang sedikit terbukaGlen Anderson, Ayah mertuanya.Glen baru saja tiba setelah lembur kerja. Tapi dia malah mendengar suara desahan dari kamar menantunya.Tidak menduga, ternyata Meyra sedang memuaskan diri menggunakan mainan sex.Glen tak habis pikir. ‘Dasar, Evan! Kok bisa dia biarin Istrinya main sendirian begini?’Glen

  • Terjerat Cinta Ayah Mertua   Bab 5 ー Coba-coba

    "Tapi ada buku aku yang laris kok, Mas. Sampai dicetak beberapa kali."Meyra mencoba menahan nada suaranya tetap tenang. Ia tak ingin membuat keributan karena hal ini."Nggak bakal dijadiin film juga. Rugi gelar Sarjana ekonomi kamu kalau ujung-ujungnya nganggur di rumah," balas Evan dingin.Meyra menunduk menggigit bawah bibirnya. Menahan rasa sesak di dada.Sejak awal Evan tak terlalu suka ataupun mendukung profesi Meyra. Padahal itu adalah hobinya. Dan banyak perjuangan yang dia lakukan."Iya Mas. Maaf. Mungkin bakat aku di situ," ucap Meyra seadanya.Evan memutar bola matanya malas."Terserah," katanya tak peduli.Meyra menarik nafas. Memaksakan senyuman. Dia selesai melipat pakaian terkahir dan memasukkannya ke dalam tas.Kemudian berjalan menghampiri Suaminya."Ini bajunya, Mas. Nggak makan malam dulu?"Meyra mencoba tak memikirkan perkataan Evan. Hal itu sudah biasa. Walau tetap terasa menyakitkan.“Nggak usah,” jawabnya singkat.Evan hendak melangkah pergi.Namun tangan Meyra

  • Terjerat Cinta Ayah Mertua   Bab 4 ー Menganggap Remeh

    "Ya udah. Ayo aku temenin."Suara Evan terdengar datar.Tapi cukup untuk membuat wajah Meyra berubah. Ekspresi datarnya kembali tersenyum cerah."Beneran? Kamu mau ikut? Emang nggak ganggu kerjaan kamu?" tanyanya dengan mata berbinar.Evan menghela napas panjang. Memalingkan wajahnya sejenak."Nggak kalau cuma sebentar."Lalu menoleh pada Sekretarisnya dan memerintah. "Kamu ke kantor duluan, Clara."Clara mengangguk pelan.“Iya, Pak,” jawabnya.Kemudian berbalik dan pergi tanpa banyak bicara.Melihat hal itu, entah kenapa Meyra senang Clara pergi. Dan Evan berpihak padanya.Meyra mulai sedikit percaya dengan perkataan Evan tadi mungkin benar. Mereka kemari hanya masalah pekerjaan,"Tapi aku mau ambil buket dulu di taksi ya, Mas," ujar Meyra.Evan mengayunkan sedikit dagunya."Ya udah sana."Dengan langkah ringan, Meyra bergegas pergi.Sementara Evan masih berdiri di tempatnya. Ketika Meyra menjauh, ekspresinya berubah datar.‘Ck. Merepotkan,’ gerutunya dalam hati.Mendengus samar penu

  • Terjerat Cinta Ayah Mertua   Bab 3 ー Curiga

    "Lis, kenapa beli itu siang-siang gini, sih? Kenapa nggak beli online aja," bisik Meyra setengah menahan malu.Kepalanya menunduk. Sedikit menutupi wajah dengan rambut panjangnya.Lisa hanya menoleh santai."Ya kalau malem, mall tutup. Aku udah beli online, tapi lama nyampe."Lalu melangkah santai menyusuri deretan rak yang dipenuhi berbagai benda berwarna mencolok. Meyra hanya menggelengkan kepala.Perusahaan keluarga Anderson sedikit unik. Bisnis mereka bergerak di bidang fesyen khusus dewasa, dan memproduksi mainan sex. Toko Arson di mall ini adalah salah satu cabangnya.“Mey, lihat deh. Ini lumayan bagus,” panggil Lisa.Sambil mengangkat sebuah mainan sex berwarna hitam dengan ukuran yang cukup besar.“Kamu mau nggak? Katanya ini paling laku.”Meyra langsung melotot.“Nggak, ah! Kamu aja,” tolaknya.Lisa terkekeh kecil.“Duh, bener juga. Kamu kan udah punya suami.”Meyra pura-pura tak mendengar. Sambil memalingkan wajah.Namun, kata-kata Lisa sedikit menusuk hatinya. Meski memilik

  • Terjerat Cinta Ayah Mertua   Bab 2 ー Mainan Dewasa

    Meyra sibuk memasak. Dibantu seorang pelayan yang terkadang datang untuk melakukan pekerjaan rumah.Di rumah keluarga Anderson yang sebesar itu, Meyra kesulitan melakukan semuanya sendiri. Walau pelayan itu hanya datang saat pagi sampai siang saja."Di sofa, itu buket punya siapa, Meyra?" celetuk seorang pria dari belakang.Meyra menoleh. Ternyata itu Ayah Mertuanya.Glen duduk di kursi ruang makan yang bersebelahan dengan area dapur."Oh, iya. Itu buket yang aku pesen kemaren. Buat ke makam, sekarang hari peringatan kematian Ayah," jawabnya.Alis Glen sedikit terangkat. Bibirnya menampilkan senyuman tipis."Gitu ya. Maaf Papa lupa. Dan kayakanya nggak bisa ikut," sesalnya.Mey membalas senyuman. Lalu berjalan ke ruang makan sambil mmbawa nampan berisi makanan."Nggak apa-apa, kok. Papa pasti sibuk. Aku cuma lagi kangen Ayah aja," katanya pelan sambil menaruh makanan di hadapan Glen.Meyra lalu duduk di kursi seberang. Mulai menyuap sarapannya sedikit menunduk.Glen memperhatikannya s

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status