Share

Bab. 38. Amelia Di Teror.

       Ada suara ketukan pintu dari luar, Amelia melangkah menuju pintu. Di bukanya pintu ada amplop warna coklat tergeletak di bawah pintu. Kening Amelia terhenyit.

Siapa yang meletakan di sini? Apa ini punya Mas Ryan? Gumam Amelia dalam hati. Ia segera mengambil hp dan menghubungi suaminya. 

"Mas Ryan, ada amlop coklat di depan pintu. Apa ini berkas kantor?" 

"Sebentar, aku periksa berkas,"  ucap Ryan sambil tangan kirinya meneliti berkas di meja kantornya. 

"Nggak ko , udah ya sayang, sebentar lagi mau meeting dulu sama klien." ucap Ryan kemudian menutup teleponya. Sekertaris udah menunggu untuk meeting dengan klien dari Vietnam. 

"Hemmm, lagi sibuk ya," gumam Amelia kemudian meletakan hpnya di sofa tempat dirinya duduk. Ia memegangi amlop coklat di tanganya. Tak ada pengirimnya. Tapi Alamatnya tertuju padanya. 

Amelia memegangi dadanya, rasanya naik turun. Masih berpikir buka apa nggak? Menunggu dulu suami pulang dulu lah, aku takut.' Gumam Amelia. 

Amelia melanjutkan pekerjaan rumah, setelah selesai duduk kembali ke ruang tengah. Di pandanginya amlop warna coklat di atas meja. Rasa penasaranya mengelitik hatinya. Di goyangkan amlop itu, Ringan. Tak tahan dengan rasa penasaran akhirnya ia membuka amlop.  

    Bungkusan amlop lagi, dengan hati- hati Amelia membuka amlop itu. Terkejutnya hati Amelia, saat melihatnya. Foto Tania dan Ryan.  Acara pertemuan keluarga.  Juga dari keluarga masing- masing. Amelia memegangi dadanya sesak. Ingin menelpon Ryan tapi takut mengangunya.  Air mata tak sengaja keluar pelupuk mata indahnya. 

Apakah Ryan diam- diam menerima Tania di belakangku? Apa dia sudah tak sabar menunggu anak dariku? Amelia menangis membasahi bantal sofanya. Ia memijit keningnya sendiri. Merasa pusing. foto- foto itu di masukan lagi ke amlol.   Dia melangkah ke kamar mandi, segera mengambil wudhu. Saat ini ia hanya ingin berserah pada Tuhan.

Ketika manusia di uji, kita harus mengangap Tuhan sayang pada kita. Karena dengan ujian menjadikan bisa menjadikan lebih kuat dan dewasa. Amelia tak lupa berdoa, meminta di jauhkan dari segala ganguan yang menganggu pernikahanya.  Suara bel berbunyi. Amelia melepas mukenanya Gantungkan di sudut kamar.  Menghapus air matanya yang masih tersisa di ujung matanya. Berkaca sebentar memastikan tak kelihatan habis menangis. 

Suara bel berbunyi lagi. Amelia segera berlari kecil menunju pintu. Di bukanya pintu, Amelia mencium punggung tangan Suaminya. Ryan kemudian membalasnya mengecup kening Amelia. Perlakuan manis seperti ini setiap hari, apa ini cuma kamuflase untuk menutupi kebohonganya?' Pikir Amelia dalam benaknya. 

"Sayang, kamu kenapa? Seperti habis menangis? Tanya Ryan menangkup wajah Amelia. Ryan tau istrinya habis menangis walau Amelia berusaha menghapus jejak tangisnya. 

"Masuk dulu Mas Ryan, tak baik ngomong di depan pintu," ucap Amelia datar. Seakan perlakuan manis Ryan tadi menguap terbawa angin. 

Ryan menelan ludah, baru kali ini istrinya bersikap datar. Apa Ibu datang mengangu lagi? Batin Ryan gusar. 

Amelia membuatkan kopi untuk suaminya. Ryan dari kamar setelah berganti pakaian. Sebenarnya ia lapar  tapi,  mata  sembab istrinya membuatnya tak nafsu makan. 

Ryan duduk di kursi meja makan, ia memegangi jemari istrinya. 

"Sayang, ada apa, kenapa kau menangis? Apa mas ada salah?" 

"Minum dulu kopinya, Mas," ucap Amelia. Amelia juga mengambilkan makan serta lauk untuk suaminya. Tapi Ryan menolaknya. 

Ryan kemudian bangkit dan memeluk Amelia. Merasa sakit ketika seseorang di cintainya mengeluarkan air mata. 

Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status