Beranda / Rumah Tangga / Terjerat Cinta Janda Satu Anak / Bab 2. Semua Gara-gara Mama

Share

Bab 2. Semua Gara-gara Mama

Penulis: Bunda Umu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-24 21:29:19

Royan terbengong sebentar mendapat pernyatan demikian dari Masita, tetapi saat wanita itu telah berlalu pergi, dia pun tersadar dan segera berbalik melompat naik ke motornya kemudian mengejar ojek yang membawa Masita.

Motornya pun dipacu bagai kilat saat melihat dari kejauhan, ojek tersebut telah berbelok saat keluar dari lorong. Wajahnya meringis, jantungnya berdetak keras menandingi kecepatan laju motornya.

Ternyata ojek tersebut tidak pergi terlalu jauh dan segera berbelok masuk sebuah lorong lalu berhenti di depan rumah yang cukup besar. Royan segera menyusulnya. Setelah ojek tersebut menerima uang dan pergi, dia pun menghampiri Masita.

"Ma, tunggu!" Royan mencegat lengan Masita yang hendak masuk ke halaman rumah.

Wanita itu pun menoleh. "Lepasin!" sentaknya sambil menepis tangan Royan.

"Jangan pernah datang lagi menemuiku, sana pergi! Pulang ke rumahmu sendiri, pergi!!" teriaknya geram dengan air mata berlinang.

"Oke, fine. Aku akan pergi, tapi tolong jelasin apa semua ini? Kenapa tiba-tiba menyerangku dengan kebencian, apa salahku, Ma?" ucap Royan dengan wajah panik.

Wanita itu menarik napas panjang, karena terasa sesak. Dia masih terdiam karena tidak mampu berucap. Dadanya bagai terhimpit batu.

"Ma, ayo bicara, jangan cuma diam, ada apa, Sayang?" Royan kembali berusaha memegang lengan kekasihnya tersebut.

Namun, Masita lagi-lagi menepisnya.

"Stop, cukup, cukuuuup. Jangan pernah panggil aku 'Ma atau Sayang' lagi, cukuuuup!" teriak Masita sambil menggeleng dan menutup telinga.

Royan makin panik, wajahnya meringis. "Tapi kenapa, ada apa? Apa yang terjadi?"

Masita menyeka air mata dan terisak, lalu menatap Royan dengan tajam.

"Kamu ... anak kepala batu, dari dulu aku sudah ngasih tahu, agar kamu tidak tinggal di rumahku, tapi kamu selalu ngotot, kamu gak mau nyerah, sekarang ..." Masita berhenti untuk mengambil napas karena tenggorokannya terasa tersumbat.

"Mama kamu datang dan ... memaki-maki aku, ngatain aku ..."

Wanita itu kembali menarik napas berat.

"Pergiii! aku gak sudi melihat wajahmu lagi, pergiii!" Masita terus berteriak sambil mendorong dada bidang pemuda itu lalu berbalik dan segera masuk ke halaman rumah.

Royan terhenyak sesaat kemudian tersadar akan duduk persoalannya.

"Mama!" bisiknya geram.

Seketika lututnya terasa lemas, dadanya bergemuruh, matanya terasa panas. Rahangnya pun mengeras dengan tangan terkepal kuat. Pemuda itu hanya bisa menatap kepergian wanita yang dikasihinya masuk ke halaman rumah dan menutup pintu pagar dengan kuat.

Royan berbalik badan lalu naik ke motornya dan segera memutar balik menuju jalan raya,melaju bagai kilat, menyalip setiap kendaraan yang dilaluinya dengan satu tujuan, menemuinya mamanya.

Sesampainya di kantor sang mama, pemuda itu pun bergehas masuk dan terus naik masuk ke ruangan mamanya tanpa peduli dengan teriakan asistennya.

Semua yang ada di dalam ruangan itu kaget dan langsung menoleh ke arahnya.

"Royan, apa-apaan ini?" tegur mamanya dengan wajah kaget.

"Ma, aku mau bicara, penting!" ucap Royan penuh tekanan dan berwajah garang.

"Nanti, mama lagi rapat. Sana keluar!" usir mamanya dengan mata melotot seakan menusuk.

"Gak bisa, aku mau bicara sekarang!"

Mata mamanya semakin melotot tajam. "Royan!" Teriaknya membahana mengagetkan semua orang.

"Mama!" Royan balik meneriakinya.

"Maaf, Bu. Sebaiknya rapat kita tunda dulu, kami permisi." Salah satu peserta rapat berpamitan lalu berdiri disusul oleh dua orang peserta lainnya.

Bu Rohana hanya tersenyum kecut sambil mengangguk mengiyakan tanpa bisa berkata-kata lagi. Wajahnya terasa panas menahan malu.

Begitu mereka keluar, Bu Rohana segera berdiri dan langsung mengangkat tangannya ke udara kemudian ...

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Royan, tetapi pemuda itu hanya bergeming.

"Berani sekali kamu masuk mengacaukan rapat Mama!" bentaknya dengan suara yang lantang membahana.

"Sama, aku datang ke sini, juga mau bilang 'beraninya Mama datang ke rumah pacarku dan memgamuk di sana!" Royan tak mau kalah lantang.

"Ooh ... jadi janda gatel itu sudah ngadu ke kamu, ya? bagus ... bagus." Wanita itu bertepuk tangan sambil tersenyum mengejek dan terlihat sangat kesal.

"Ternyata rayuan janda itu sangat ampuh ya, sampai-sampai kamu sudah berani menantang Mama, sekarang." lanjutnya sambil menatap anaknya dengan sinis.

"Cukup Ma! dia gak pernah merayu aku, akulah yang merayunya, aku yang merengek minta tinggal di rumahnya, dan aku yang ngotot gak mau pulang ke rumah, dan apa Mama tahu kenapa aku lebih betah tinggal di sana? Itu semua karena rumah terasa seperti penjara bagiku, dan di sana, aku bisa menemukan kehangatan yang selama ini Mama gak bisa berikan padaku. Itu semua karena Mama!!"

"Jangan durhaka kamu, Yan! mana mungkin orang asing bisa lebih baik dari pada orang tua sendiri? Apa kamu sudah gila?" bantah Bu Rohana semakin geram.

"Ya ... tentu, pasti. Apa Mama lupa atau Mama memang tidak pernah sadar kalau selama ini Mama lebih mementingkan kerjaan dari pada anak sendiri? Apa perlu aku ingatkan kembali, Ma?"

"Royan, cukup! Kamu tidak akan mengerti sampai kamu menjadi orang tua, jadi kamu jangan menuduh Mama seenaknya." Lagi-lagi Bu Rohana menarik urat leher.

"Lagian mama sudah berbaik hati menawarkan uang padanya, tapi nyatanya, dia malah ngelunjak." lanjut Bu Rohana.

Royan tersenyum sambil mendengus. "Ooh begitu? Baik ... sekarang aku tanya sama Mama, berapa aku harus bayar, agar Mama bisa mengembalikan masa kecilku yang menyedihkan dan penuh rasa iri melihat anak orang yang dijemput oleh orang tuanya sedang aku dijemput pembantu, berapa harus aku bayar agar Mama bisa mengembalikan rasa maluku setiap kali penerimaan raport, aku didampingi pembantu, kembalikan juga nama baikku karena harus menjadi preman di sekolah sebab iri melihat kebahagiaan teman-temanku, kembalikaaaan!!" teriak Royan memekakkan telinga.

Ucapan Royan tersebut membuat mamanya terhenyak dan terdiam. Dia seakan baru teringat akan masa kecil anaknya.

Melihat mamanya terhenyak, Royan kembali melanjutkan.

"Aku gak betah di rumah karena aku merasa sesak, rumah yang luas itu rasanya seperti gua yang pengap, dingin dan gelap. Apa pernah Mama memberikan kehangatan dan kasih sayang padaku, selain uang, uang dan uang?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 17. Galau

    "Kayaknya ada yang gemetaran nih?" celetuk Indira sambil bersedekap dan tersenyum meremehkan.Sontak semua mata tertuju padanya tak terkecuali Royan."Apa maksud kamu, In?" seru Royan kurang senang."Kenapa nanya ke aku, tanya tuh istri kamu!" serunya pula.Royan pun menatap Masita yang tampak sedih. Melihat gelagat istrinya tersebut, dia sudah bisa memahami siapa pria tersebut."Mantan Mama?" bisiknya pelan.Masita hanya mengangguk menanggapinya kemudian membungkuk mengambil capitnya yang jatuh."Gak usah diladeni ya, Pa!" pintanya lalu melanjutkan melayani pembeli.Melihat dirinya diacuhkan, Yoga segera memanggil Kania yang tengah bermain di pangkuan teman Royan."Kania, sini sama Papa!" panggilnya membuat Kania langsung menoleh menatapnya demikian pula dengan teman-teman Royan.Kania tampak kaget dan shok melihatnya, sehingga gadis kecil itu bergeming. Yoga pun berinisiatif untuk mendekat padanya.Royan yang melihatnya hendak pula mendekati anak sambungnya untuk menghalangi. Namun,

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Ba 16. Royan Berkisah

    Tidak ada yang memperhatikan kepergian Indira dari tempatnya. Mereka asik menikmati gorengan dan juga minuman yang disuguhkan khusus buat mereka.Sementara Masita kembali sibuk meladeni pembeli yang datang, Royan terlihat asik menemani teman-temannya bercengkerama."Yan, ini gimana sih ceritanya, kok bisa kecantol sama janda?" tanya salah seorang temannya.Beberapa temannya ikut mengangguk menanggapi pertanyaan yang seolah mewakili rasa penasaran mereka.Royan tampak tersenyum grogi mendapat pertanyaan seperti itu."Ekhm ..." Royan mendehem untuk melepaskan rasa groginya."Itu ... panjang sih ceritanya," ucap Royan agak ragu."Iya cerita dong, biar kita gak penasaran lagi," saran mereka lagi.Royan pun mulai menceritakan kisahnya.Saat itu, tepatnya sebulan yang lalu. Royan segera menemui mamanya yang baru kembali dari kantornya."Ma, ini ada surat panggilan dari kampus," ucap Royan sembari meletakkan amplop di meja ruang tengah rumahnya.Bu Rohana seketika berhenti dan mendekat di me

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 15. Kehadiran Teman-teman Royan

    Selesai mandi, Royan segera berganti lalu ke dapur. Tidak lupa membawa Kania bersamanya. Masita sendiri sibuk menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya meskipun jam makan malam masih jauh, tetapi karena hendak berjualan dan akan pulang sekitar jam sepuluh malam, maka Masita selalu menyiapkan makan malam sebelum berangkat. Agar setelah kembali nanti, tinggal makan.Royan mendudukkan Kania di kursi, kemudian dia ikut duduk pula dan langsung menyeruput kopi yang tadi disiapkan istrinya lengkap dengan kue yang terhidang di meja.Masita mendekat lalu ikut duduk pula di samping Kania yang sedang menikmati kue, menyeka mulut putrinya yang belepotan. Tiba-tiba Royan menyodorkan amplop padanya."Ini apa?" tanya Masita heran."Buka aja dulu," jawab Royan sambil tersenyum.Masita pun perlahan merobek amplop tersebut dengan wajah penasaran, sambil sebentar-sebentar melirik suaminya yang masih juga tersenyum.Masita pun terbeliak dan menganga melihat isi amplop tersebut."Waah duit banyak ama

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 14. Kania Mengadu

    "Jangan sentuh anakku!" teriak Masita dengan lantang. Dia kembali menarik Kania ke dalam pelukannya. Hal itu membuat Kania semakin ketakutan."Pergi dari sini, sebelum aku telepon omku!" lanjut Masita berapi-api."Heh, Sita. Kamu jangan begitu dong, bagaimana pun juga dia itu ayahnya Kania, lagian kamu kan sudah punya suami, mana pengangguran lagi, Kania mau dikasi makan apa coba? Mending kasi ayahnya biar hidupnya bisa lebih baik!" timpal salah seorang tetangga Masita yang sejak awal selalu paling depan beraksi setiap ada masalah yang terjadi pada Masita."Heh, Bu. Jangan sok ikut campur urusan orang, aku mau makan apa itu urusan kami, bukan urusan Ibu ya," sergah Masita membela diri."Dan kamu, pergi dari sini, pergi!!" teriak Masita untuk yang kesekian kalinya pada Yoga, mantan suaminya."Oke, kali ini aku biarkan, tapi lain kali aku akan ke sini lagi menjenguk Kania. Jangan pernah larang aku ketemu anakku." ucap Yoga mencoba mengalah."Kenapa baru sekarang, hahh? Kemana aja kamu s

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 13. Kehadiran Mantan

    Seperti biasanya Masita selalu ke pasar untuk membeli bahan untuk jualannya. Tidak lupa, Kania juga dibawa karena tidak mungkin meninggalkan anaknya sendirian di rumah.Sekembali dari pasar, Masita merasa heran dengan kehadiran sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan depan rumahnya. Sambil terus mengawasi mobil tersebut, Masita membayar sewa ojek lalu mengangkat barang-barangnya. Sementara Kania dibiarkan berjalan di depan. Perhatiannya baru dialihkan saat hendak masuk pekarangan."Sita, tunggu!" Teriak seorang pria yang baru turun dari mobil yang terparkir tadi.Masita sontak menoleh ke asal suara,dan begitu tahu siapa orang tersebut, dia pun berdiri mematung seakan menahan napas. Keningnya mengerut menatap lurus orang itu dengan raut tidak senang.Pria tersebut melangkah masuk pekarangan dengan santai. Dan begitu mendekat, dia pun segera berjongkok di depan Kania. "Halo , Sayang. Papa kangen sama Kania," ucapnya sambil memegang bahunya kemudian mencium dan memeluknya. Kania hanya

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 12. Sarapan

    Keesokan paginya, seperti biasanya Masita bangun lebih awal untuk membuat sarapan, kemudian membangunkan Royan. Sambil duduk menempel di punggung suaminya, Masita mencium lembut pipinya. "Yan, ayo bangun udah pagi! hari ini ada kuliah 'kan?" panggilnya sembari berbisik lembut.Namun, Royan tidak bergerak juga. Sekali lagi Masita memanggilnya lembut. "Yan, Royan, ayo bangun!" desaknya sambil meletakkan dagunya di lengan suaminya tersebut, sementara telunjuknya terus menoyor-noyor pipi sang suami.Seketika Royan membuka mata dengan wajah masam sambil mendengus keras, membuat Masita langsung menegakkan kepala. Keningnya mengerut heran menatap suaminya yang terlihat kurang senang. Perlahan Royan membalikkan badan menjadi telentang lalu menatap istrinya. "Kamu kenapa, kok kayak gak senang gitu sih?" tanya Masita sedikit tersinggung. Sekali lagi Royan menarik napas panjang sambil memutar bola mata. "Kenapa masih Yan, Yan, Yan?" Mendengar protes suaminya, Masita langsung menyadari kesa

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 11. Kania Terbangun

    "Mama!" Terdengar panggilan Kania.Kemesraan yang sedang panas-panasnya di dalam kamar mandi seketika buyar. Masita langsung mendongakkan kepala begitu pula Royan segera menyudahi permainan. "Aakh, Kania bangun," lenguh Masita mencoba mendorong dada bidang suaminya yang sepertinya enggan untuk berhenti. "Mama, Mama di mana?" Lagi-lagi terdengar teriakan Kania. Membuat Royan mau tak mau harus melepaskan Masita dari rengkuhannya sambil menggaruk kuping yang tak gatal. Masita hanya tersenyum geli melihat wajah masam suaminya tersebut. Dia pun segera memakai pakaian kemudian keluar dari kamar mandi. "Ya, mama di sini, Sayang!" seru Masita sambil menemui Kania yang sudah berdiri di ruang tengah sambil mengucek mata. "Ada apa, Sayang, tumben bangun malam-malam?" tanya Masita pada Kania sambil berjongkok di depannya. "Mau minum," ucap Kania lemas karena masih mengantuk. Masita langsung menepuk jidat. Dia baru sadar kalau Royan yang menidurkan Kania, sehingga lupa menyiapkan minum di

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 10. Kebelet Nikah

    Tersirat penyesalan di wajah Masita, tetapi Royan justru tersenyum nakal menatap wanita di depannya. Dalam benaknya, adegan panas terlarang begitu segar terpampang di ingatannya.Kala itu, sekitar seminggu sebelumnya saat Masita baru kembali dari berjualan, setelah menidurkan Kania, dia pun membersihkan diri di kamar mandi. Royan yang juga baru pulang dari tongkrongannya merasa gerah karena telah menengguk sedikit minuman beralkohol. Ketika pemuda itu hendak masuk ke kamar mandi, Masita juga keluar dengan tubuh polos berbalut handuk sedada. Royan yang sedang gerah tak mampu menahan diri untuk tidak menyerbu wanita yang telah beberapa kali dicoba untuk dirayu, tetapi tetap ditolak. Namun, kali ini Royan seakan hilang kendali. Tanpa pikir panjang dia mendekati Masita dan langsung menarik pinggang dan tengkuk wanita itu lalu dengan cepat melabuhkan bibirnya dengan lembut. Semua berlaku begitu cepat sehingga Masita terlambat mengelak. Alhasil, dia hanya berusaha berontak dan mendorong

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 9. Royan Datang

    Indira tersenyum sinis menanggapi teriakan Masita seolah menantangnya."Ini nih, orang kalo ketahuan sedang bohong pasti panik kayak gini, heh Janda gatel, mending kamu jujur deh, Royan kamu umpetin di mana?""Kalian mau pergi atau aku teriakin kalian rampok?!" Sekali lagi masita memberi peringatan."Wah-wah, punya nyali juga ternyata, apa kamu gak tahu siapa kami, hah?" Sergah mamanya Indira dengan angkuh."Aku tahu siapa Tante, dan sekarang aku baru sadar ternyata keluarga Tante seperti ini sifatnya," sela Royan tiba-tiba membuat semua yang ada di dalam rumah langsung menoleh ke pintu, di mana Royan muncul."Royan?!" Seru Indira dan Masita hampir bersamaan."Nah 'kan bener, Ma, kalo janda ini umpetin Royan? Ibu-ibu lihat 'kan, Royan beneran ada di sini?" ucap Indira antusias sembari menatap semua orang dengan wajah penuh kemenangan."Jangan sembarangan ya, In kalo ngomong, aku baru aja datang, mana bisa diumpetin? ini juga Ibu-ibu, ngapain di rumah orang pagi-pagi, kayak gak ada kerj

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status