Home / Rumah Tangga / Terjerat Cinta Janda Satu Anak / Bab 3. Aku Akan Bertanggung Jawab

Share

Bab 3. Aku Akan Bertanggung Jawab

Author: Bunda Umu
last update Last Updated: 2023-11-24 21:30:42

"Royan, cukup!" Mata Bu Rohana terbelalak lebar seolah hendak keluar dari kelopaknya. Dadanya kembang kempis menahan marah.

"Jangan pernah kamu memojokkan Mama, semua ini kulakukan demi masa depan kamu juga, apa kamu pikir kamu bisa menikmati semua kemewahan ini tanpa uang? apa kamu pikir kamu bisa bersenang-senang dengan teman-teman kamu tanpa uang dari Mama? apa kamu bisa?" lanjutnya sambil berusaha menekan nada bicara.

"Tentu saja bisa. Akan aku buktikan sama Mama kalau aku akan baik-baik aja, meski tanpa kemewahan dari Mama," ucap Royan penuh percaya diri.

Mamanya tersenyum miring menatap anaknya seolah sangsi dengan ucapannya. "Yakin?"

Royan balas tersenyum enteng. "Sa-ngat yakin, Ma. Aku sangat yakin kalau Masita akan menerimaku apa adanya meski tanpa harta sama sekali, dan satu lagi, aku akan menikahi Masita dengan atau tanpa restu dari Mama!"

Mendengar pengakuan anaknya, Bu Rohana semakin geram. Tantangannya ternyata diterima dan berbalik menyerang diriya.

"Jangan asal bicara kamu, Yan. Apa kamu pikir Mama akan menerima janda itu jadi menantuku, hahh? Gak akan pernah, nggak!" sentak Bu Rohana dengan suara melengking.

"Terserah, itu urusan Mama."

"Kuliah aja kamu gak becus, malah mau menikah? Apa kamu sudah gak waras?"

Royan tertawa sejenak mendengar pertanyaan mamanya.

"Tepat sekali, Ma. aku sudah gak waras. Bagiamana aku bisa waras saat wanita yang aku sayang diusir dari rumahnya sendiri, dan sekarang Masita dicap wanita gak bener. semua itu karena ulah Mama, karena itu aku harus bertanggung jawab," ucap Royan tanpa keraguan sedikit pun.

"Kalau sampai kamu berani menginjakkan kaki di rumah janda itu lagi, apalagi sampai menikahinya, semua fasilitas yang selama ini Mama kasih, jangan harap bisa kamu dapatkan lagi, mengerti?" ancam Bu Rohana dengan gigi gemeretak menahan geram.

"Oke, Fine. aku akan pergi, jangan khawatir, aku gak akan membawa apapun kok, ya. selamat tinggal, Ma. silakan menikmati uang Mama sendiri. selamat siang!"

Royan melenggang pergi meninggalkan Bu Rohana yang geram dengan enteng. Wajahnya berbinar ceria dengan senyum terukir indah di bibirnya.

Seperti janjinya, Royan pulang ke rumahnya mengembalikan motor lalu pergi ke tempat Masita dengan menumpangi ojek. Hanya surat-surat penting yang dibawanya.

Sesampainya di rumah yang tadi dituju Masita, Royan segera masuk ke dalam.

Masita yang tengah berkeluh kesah dengan seorang wanita setengah baya, langsung terkejut dan berdiri menyonsongnya dengan tatapan geram.

"Kamu ngapain ke sini lagi? aku sudah bilang jangan temui aku lagi!" bentak Masita dengan mata melotot tajam.

Royan bukannya gentar dengan bentakan Masita, malah mendekat dan langsung memeluknya dengan erat. Masita pun berusaha melepaskan diri.

"Royan, lepasin! apa-apaan sih kamu? Lepasin!" pekik Masita sambil meronta-meronta

Namun, Royan semakin mempererat pelukannya.

"Royaan, lepass!"

"Gak akan, sampai kamu berhenti marah," bisik Royan lembut.

Masita semakin kesal tetapi terpaksa pura-pura mengalah karena dia tahu jika Royan berkehendak, pasti akan melakukan apa yang dia katakan.

"Oke, aku diam."

"Gak marah lagi?" tanya Royan sangsi.

"Hmm ..." gumam Masita sambil mengangguk pelan.

Royan pun perlahan melonggarkan pelukan lalu melepasnya. Masita segera mundur agak menjauh untuk menghindari kemungkinan direngkuh lagi.

Wanita itu lalu menatap pria di depannya dengan kesal tapi berusaha untuk tenang. "Apa yang kamu mau sekarang? apa kamu belum puas membuat aku diamuk sama mama kamu?"

Royan menggeleng pelan, sambil memasang wajah menyedihkan. "Gak, aku jamin mama gak akan berulah lagi, karena ..." Royan berhenti sejenak seraya terus manatap Masita dengan lekat.

"Karena apa?" tukas Masita penasaran.

"karena ... karena ... aku juga sudah diusir dari rumah, bahkan tanpa apa-apa," ucap Royan hati-hati.

Mendengar hal tersebut, kening Masita mengerut dan matanya memicing menatap Royan seolah tidak percaya.

"Apa maksud kamu, Yan?"

Royan hanya mengangguk pasti untuk meyakinkan wanita di depannya itu.

"Terus ...?" tanya Masita masih tidak yakin.

"Yaa ... aku berharap sih kamu masih mau menerima aku dengan keadaan gembel begini, karena kalo gak, aku terpaksa tidur di jalanan," ucap Royan dengan wajah memelas.

Masita terlihat menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan kuat seolah berusaha membuang rasa kesalnya.

Tiba-tiba terdengar bunyi klakson dari luar yang melengking berkali-kali, membuat Royan dan Masita menoleh ke arah pintu. dengan cepat Royan kembali menatap Masita.

"Itu pasti kang Ojek yang aku tumpangi tadi, aku belum bayar soalnya," ungkap Royan sambil nyengir kuda.

"Apa? kamu tuh ya, bener-bener biang kerok tahu, kenapa malah gak bayar?!" Sentak Masita dengan gusar.

"Aku gak punya apa-apa sekarang, termasuk uang," jelas Royan sambil tersenyum malu lalu meenggaruk tengkuk yang tidak gatal.

Masita mendengus keras sambil berjongkok mengambil tasnya di sofa lalu mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan menyodorkannya dengan kasar ke Royan.

"Nih, sana bayar!"

Royan pun menyambar uang itu dan segera berbalik lalu bergegas keluar menemui kang Ojek.

Masita yang masih kesal langsung menghempaskan tubuhnya di sofa kemudian menoleh menatap wanita paruh baya yang sejak tadi bersamanya.

"Tuh, tante lihat kan, bagaimana perangainya, dia itu keras kepala banget, ngeyelan juga. gimana aku bisa menolak coba, kalo semakin ditolak semakin menjadi-jadi," keluh Masita dengan wajah meringis seolah ingin menangis.

Wanita paruh baya yang merupakan istri dari adik ayah Masita itu, hanya bisa menggeleng dan menghela napas berat.

"Jadi selanjutnya bagaimana? apa perlu aku telepon om kamu supaya pulang dan memberinya pelajaran?" tawarnya pada Masita.

Masita sontak menggeleng dengan wajah cemas. "Jangan, jangan Tante, e-ee ... aku ... maksudku, dia ... emm ..."

Masita gelagapan dan tidak tahu harus berkata apa.

Melihat gelagatnya, wanita paruh baya itu lantas tersenyum. "kamu sayang sama dia, Nak?" tanyanya dengan tenang.

Masita tidak menjawab, hanya terdiam dan tertunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang terasa hangat karena bersemu merah.

"Apa kamu akan membiarkannya untuk tinggal di sini juga? lalu bagaimana dengan tanggapan orang-orang?" tanya wanita itu lagi, membuat Masita semakin tertunduk.

Hati Masita seolah terkoyak. di satu sisi dia sayang pada Royan, tapi di sisi lain dia juga takut dan malu pada penilaian orang-orang. tak terasa air matanya pun meleleh.

"Meskipun rumah ini rumah kos, tetapi cerita pasti akan segera menyebar, tentu saja akan semakin ramai jika mereka sampai tahu, kalian serumah lagi di sini," lanjutnya lagi.

Air mata Masita semakin deras meleleh, membuat bahunya berguncang karena isak tangis yang ditahan. dadanya benar-benar sesak sehingga untuk bernapas saja sangat sulit.

"Jangan khawatir Tante, aku akan menikahi Masita, aku akan bertanggung jawab," ucap Royan tiba-tiba membuat kedua wanita yang duduk di sofa langsung mendongak kaget dengan mulut menganga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 17. Galau

    "Kayaknya ada yang gemetaran nih?" celetuk Indira sambil bersedekap dan tersenyum meremehkan.Sontak semua mata tertuju padanya tak terkecuali Royan."Apa maksud kamu, In?" seru Royan kurang senang."Kenapa nanya ke aku, tanya tuh istri kamu!" serunya pula.Royan pun menatap Masita yang tampak sedih. Melihat gelagat istrinya tersebut, dia sudah bisa memahami siapa pria tersebut."Mantan Mama?" bisiknya pelan.Masita hanya mengangguk menanggapinya kemudian membungkuk mengambil capitnya yang jatuh."Gak usah diladeni ya, Pa!" pintanya lalu melanjutkan melayani pembeli.Melihat dirinya diacuhkan, Yoga segera memanggil Kania yang tengah bermain di pangkuan teman Royan."Kania, sini sama Papa!" panggilnya membuat Kania langsung menoleh menatapnya demikian pula dengan teman-teman Royan.Kania tampak kaget dan shok melihatnya, sehingga gadis kecil itu bergeming. Yoga pun berinisiatif untuk mendekat padanya.Royan yang melihatnya hendak pula mendekati anak sambungnya untuk menghalangi. Namun,

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Ba 16. Royan Berkisah

    Tidak ada yang memperhatikan kepergian Indira dari tempatnya. Mereka asik menikmati gorengan dan juga minuman yang disuguhkan khusus buat mereka.Sementara Masita kembali sibuk meladeni pembeli yang datang, Royan terlihat asik menemani teman-temannya bercengkerama."Yan, ini gimana sih ceritanya, kok bisa kecantol sama janda?" tanya salah seorang temannya.Beberapa temannya ikut mengangguk menanggapi pertanyaan yang seolah mewakili rasa penasaran mereka.Royan tampak tersenyum grogi mendapat pertanyaan seperti itu."Ekhm ..." Royan mendehem untuk melepaskan rasa groginya."Itu ... panjang sih ceritanya," ucap Royan agak ragu."Iya cerita dong, biar kita gak penasaran lagi," saran mereka lagi.Royan pun mulai menceritakan kisahnya.Saat itu, tepatnya sebulan yang lalu. Royan segera menemui mamanya yang baru kembali dari kantornya."Ma, ini ada surat panggilan dari kampus," ucap Royan sembari meletakkan amplop di meja ruang tengah rumahnya.Bu Rohana seketika berhenti dan mendekat di me

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 15. Kehadiran Teman-teman Royan

    Selesai mandi, Royan segera berganti lalu ke dapur. Tidak lupa membawa Kania bersamanya. Masita sendiri sibuk menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya meskipun jam makan malam masih jauh, tetapi karena hendak berjualan dan akan pulang sekitar jam sepuluh malam, maka Masita selalu menyiapkan makan malam sebelum berangkat. Agar setelah kembali nanti, tinggal makan.Royan mendudukkan Kania di kursi, kemudian dia ikut duduk pula dan langsung menyeruput kopi yang tadi disiapkan istrinya lengkap dengan kue yang terhidang di meja.Masita mendekat lalu ikut duduk pula di samping Kania yang sedang menikmati kue, menyeka mulut putrinya yang belepotan. Tiba-tiba Royan menyodorkan amplop padanya."Ini apa?" tanya Masita heran."Buka aja dulu," jawab Royan sambil tersenyum.Masita pun perlahan merobek amplop tersebut dengan wajah penasaran, sambil sebentar-sebentar melirik suaminya yang masih juga tersenyum.Masita pun terbeliak dan menganga melihat isi amplop tersebut."Waah duit banyak ama

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 14. Kania Mengadu

    "Jangan sentuh anakku!" teriak Masita dengan lantang. Dia kembali menarik Kania ke dalam pelukannya. Hal itu membuat Kania semakin ketakutan."Pergi dari sini, sebelum aku telepon omku!" lanjut Masita berapi-api."Heh, Sita. Kamu jangan begitu dong, bagaimana pun juga dia itu ayahnya Kania, lagian kamu kan sudah punya suami, mana pengangguran lagi, Kania mau dikasi makan apa coba? Mending kasi ayahnya biar hidupnya bisa lebih baik!" timpal salah seorang tetangga Masita yang sejak awal selalu paling depan beraksi setiap ada masalah yang terjadi pada Masita."Heh, Bu. Jangan sok ikut campur urusan orang, aku mau makan apa itu urusan kami, bukan urusan Ibu ya," sergah Masita membela diri."Dan kamu, pergi dari sini, pergi!!" teriak Masita untuk yang kesekian kalinya pada Yoga, mantan suaminya."Oke, kali ini aku biarkan, tapi lain kali aku akan ke sini lagi menjenguk Kania. Jangan pernah larang aku ketemu anakku." ucap Yoga mencoba mengalah."Kenapa baru sekarang, hahh? Kemana aja kamu s

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 13. Kehadiran Mantan

    Seperti biasanya Masita selalu ke pasar untuk membeli bahan untuk jualannya. Tidak lupa, Kania juga dibawa karena tidak mungkin meninggalkan anaknya sendirian di rumah.Sekembali dari pasar, Masita merasa heran dengan kehadiran sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan depan rumahnya. Sambil terus mengawasi mobil tersebut, Masita membayar sewa ojek lalu mengangkat barang-barangnya. Sementara Kania dibiarkan berjalan di depan. Perhatiannya baru dialihkan saat hendak masuk pekarangan."Sita, tunggu!" Teriak seorang pria yang baru turun dari mobil yang terparkir tadi.Masita sontak menoleh ke asal suara,dan begitu tahu siapa orang tersebut, dia pun berdiri mematung seakan menahan napas. Keningnya mengerut menatap lurus orang itu dengan raut tidak senang.Pria tersebut melangkah masuk pekarangan dengan santai. Dan begitu mendekat, dia pun segera berjongkok di depan Kania. "Halo , Sayang. Papa kangen sama Kania," ucapnya sambil memegang bahunya kemudian mencium dan memeluknya. Kania hanya

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 12. Sarapan

    Keesokan paginya, seperti biasanya Masita bangun lebih awal untuk membuat sarapan, kemudian membangunkan Royan. Sambil duduk menempel di punggung suaminya, Masita mencium lembut pipinya. "Yan, ayo bangun udah pagi! hari ini ada kuliah 'kan?" panggilnya sembari berbisik lembut.Namun, Royan tidak bergerak juga. Sekali lagi Masita memanggilnya lembut. "Yan, Royan, ayo bangun!" desaknya sambil meletakkan dagunya di lengan suaminya tersebut, sementara telunjuknya terus menoyor-noyor pipi sang suami.Seketika Royan membuka mata dengan wajah masam sambil mendengus keras, membuat Masita langsung menegakkan kepala. Keningnya mengerut heran menatap suaminya yang terlihat kurang senang. Perlahan Royan membalikkan badan menjadi telentang lalu menatap istrinya. "Kamu kenapa, kok kayak gak senang gitu sih?" tanya Masita sedikit tersinggung. Sekali lagi Royan menarik napas panjang sambil memutar bola mata. "Kenapa masih Yan, Yan, Yan?" Mendengar protes suaminya, Masita langsung menyadari kesa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status