Beranda / Romansa / Terjerat Cinta Kakak Angkat / 5. Bagaimana Nasib Anakku

Share

5. Bagaimana Nasib Anakku

Penulis: Ika Dw
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-21 15:17:41

Mendapatkan banyak perhatian dari tamu undangan, membuat Hartanto agak risih. Tidak ingin semua orang mempertanyakan tentang Naina. Ia pun meminta Naina, untuk masuk ke dalam rumah.

"Naina ... Lebih baik kamu istirahat di dalam, ya? Mama sama Papa akan menemui tamu-tamu dulu. Kasihan juga anakmu kecapean," tutur Hartanto pekan.

Naina mengangguk, ia juga sudah lelah terlalu lama di perjalanan. "Baik, pa. Kalau begitu aku tunggu di dalam."

Naina bergegas masuk ke dalam rumah. Ia langsung menuju kamarnya. Ia berharap, tidak bertemu dengan Brillian. Ia juga berencana untuk cepat pergi dari rumah orang tuanya. Setelah melepas kerinduan pada orang tuanya.

"Maafkan mommy ya, nak. Mommy sudah membawamu ke sini. Sebenarnya mommy tidak ingin kamu bertemu dengan Ayah kandungmu. Tapi mommy juga tidak ingin menjadi kacang lupa kulitnya. Mommy dibesarkan di rumah ini. Mommy diberikan banyak kasihsayang oleh mereka.'

'Tapi mommy janji. Setelah ini ... Kita pergi dari sini. Dan kita cari kehidupan kita sendiri."

Naina meletakkan anaknya di ranjang, dan mengambil boneka miliknya yang dulu disimpan dalam lemari.

"Killa! Ini boneka mommy, sayang. Kamu mainan boneka ini aja, ya? Nanti kalau kita udah punya rumah sendiri, mommy janji, bakalan beliin banyak mainan untukmu."

Syakilla, gadis kecil yang pendiam dan penurut, tidak membuat Naina kewalahan mengurusnya.

Dia tidak begitu aktif seperti anak kecil yang lain. Dia juga sulit diajak berbaur dengan orang lain.

***

Setelah acara tunangan selesai. Tamu-tamu berpamitan. Seketika rumah itu kembali sepi.

Hartanto maupun Heni tidak memberi tahu Brillian tentang kedatangan Naina. Jika Brillian  tahu Naina datang, sudah pasti ia akan berulah dan menggagalkan acara pertunangannya dengan Tarisa.

Heni mengambil makanan di nampan dan membawanya ke kamar Naina. Ia berfikir, Naina tidak mungkin makan. Pasti dia mengurung diri di dalam kamar.

"Naina ... Ini Mama. Bisakah kau membuka pintunya, sayang."

Heni mengetuk pintunya. Ia sudah tidak sabar ingin menemui Naina. Ia ingin tahu banyak cerita anak perempuannya yang sudah empat tahun meninggalkan rumahnya.

"Iya Ma. Tunggulah sebentar."

Mendengar Mamanya memanggil, Naina langsung bergegas untuk membukakan pintu kamarnya, dan memang benar, Mamanya datang dengan membawakan makanan.

"Mama bawa apaan, ma?" tanya Naina menatap pada nampan yang berisi makanan.

"Mama bawa makanan untukmu, dan juga cucu Mama," jawab Heni masuk ke dalam kamar dan meletakkan nampan berisi makanan ke atas meja.

Setelah itu, Heni menuju ranjang dan bergabung bersama dengan cucunya yang tengah bermain boneka.

"Cucu Oma. Kenapa kamu nggak pernah pulang nak. Kenapa kamu lahir tanpa ditemani Oma?" Tarisa menatap gemas cucunya. Ia mencemol pipi chubby-nya.

Syakila, gadis kecil itu langsung menangis ketika dipegang oleh Heni. Dia masih belum pernah mengenali Heni. Dia takut, Heni berbuat jahat padanya.

Naina langsung mengunci pintunya dan bergegas ke ranjang, untuk menggendong anaknya yang menangis ketakutan.

"Sayang! Ini Oma. Oma kamu. Oma nggak jahat. Kamu nggak usah takut, ya?" Naina langsung  menggendongnya, menenangkan anaknya yang menangis menyembunyikan wajahnya di ceruk leher.

"Sayang! Ini Oma, nak. Kenapa kamu takut sama Oma." Heni menatap sedih cucunya yang tidak  mau digendong olehnya.

Killa memang seperti ini, ma. Dia tidak suka berbaur dengan orang lain. Aku tidak pernah mengajaknya keluar. Dia tidak suka dengan keramaian," celetuk Naina bercerita.

"Oh! Ya ampun ... Jadi dia penakut, Na? Tapi ngomong-ngomong ... Siapa namanya? Mama sampai nggak tau sama cucu sendiri."

Lebih menyedihkan lagi, saat Naina melahirkan, ia tidak ada bersamanya. Pasti Naina berjuang sendirian tanpa ada keluarga yang menemaninya.

"Namanya Syakilla, ma. Panggilannya Killa. Umurnya sudah tiga tahun lebih dua bulan. Sebentar lagi udah mulai masuk sekolah paud," jawab Naina.

Heni terdiam. 'Empat tahun Naina meninggalkan rumah. Anaknya kini sudah berumur tiga tahun lebih. Dan Naina bilang tidak memiliki suami. Itu berarti'

Heni kembali mengingat kejadian di mana Naina pergi dari rumah, dan pengakuan Brillian setelah melecehkan Naina.

"Na! Mama ingin bertanya padamu. Tadi kamu bilang ... Kamu nggak punya suami. Maksudnya apa, ya? Kalau nggak punya suami. Kenapa kamu punya anak?"

Naina terdiam. Jawaban apa yang harus ia berikan pada Mamanya. Sedangkan ia memang benar tidak pernah memiliki suami.

"Na! Kenapa kamu diam? Ayo jawab Mama!"

Naina menggigit bibirnya dengan perasaan cemas. Tapi ia harus tetap menjawabnya.

"Em ... Sebenarnya aku sudah menikah, ma. Tapi gagal. Kami berpisah," jawab Naina berbohong.  Sebenarnya ia tidak tega membohongi orang yang sangat menyayanginya. Tapi dia juga tidak ingin menceritakan kebenarannya, jika Brillian lah, Ayah kandung dari anaknya.

"Kamu sudah bercerai dari suamimu? Terus selama ini kamu tinggal di mana? Kenapa saat kamu menikah, kamu tidak mengabari kami. Apakah kamu sudah tidak peduli lagi sama kami? Kami punya salah apa sama kamu, nak! Sampai kamu tega meninggalkan Mama sama Papa di sini."

Naina langsung menangis. "Maafkan Aku, ma. Aku terpaksa meninggalkan kalian semua. Aku tidak ingin membuat kalian kecewa. Aku sudah ..."

"Mama sudah tahu semuanya. Kamu sudah dilecehkan oleh kakakmu sendiri, kan!"

Deg. Naina menatap nanar wajah mamanya. Ia tidak menyangka, ternyata orang tuanya tahu kebenarannya. Pasti Brillian telah mengatakannya."Maksud Mama ... Mama sudah tahu kalau aku ..."

Heni mengangguk, menatapnya sembari menangis. "Iya. Brilian sudah mengatakan semuanya. Brilian sudah merusak harga dirimu. Dan kamu diam saja. Kamu bukannya bercerita sama kami, tapi kamu malah kabur dari rumah."

"Kenapa kamu harus kabur! Kenapa kamu nggak mau cerita sama kami."

Naina menggeleng dengan tangisnya terisak. Tidak ingin ia mengecewakan orang tuanya. Ia memilih kabur, agar aib keluarganya tidak tercemar.

"Maafkan aku yang tidak pernah bercerita pada Mama. Aku tidak sanggup untuk menceritakannya. Aku takut kalian kecewa. Aku sudah membuat aib keluarga. Aku tidak pantas untuk tetap tinggal di sini."

"Dan aib keluarga itu disebabkan oleh anak kandung Mama sendiri. Jika boleh memilih ... Mama lebih baik mengusir Brilian, daripada kamu yang pergi dari sini. Brilian lah yang sudah mengacaukan semuanya. Bukannya melindungimu, dia malah menghancurkan hidupku. Mama benar-benar sangat kecewa padanya. Makanya Papa memutuskan untuk menjodohkan dia dengan perempuan lain."

Deg. "Apa! Brillian dijodohkan. Berarti pesta di depan tadi ..."

Sebenarnya ia tidak peduli, walaupun Brillian menikah dengan siapapun. Tapi yang ia pikirkan kini, bagaimana nasib anaknya. Syakilla tumbuh besar tanpa status. Ia tidak memiliki Ayah sebagai pelengkap identitasnya.

Mendapati Naina yang terbengong, Heni pun menegurnya. "Kamu kenapa diam, Na! Ada sesuatu yang kau pikirkan?"

"Ah ...! Tidak! Tidak ada kok ma," jawab Naina gugup.

Naina mengalihkan pandangannya dengan mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes.

"Jangan bohong, Na! Mama tahu kamu tengah memikirkan sesuatu. Katakan saja pada Mama. Apa yang tengah kau pikirkan. Atau ... Kau tengah memikirkan Brillian?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    128. Akhir yang Bahagia

    Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    127. Kau Kebanggaan Daddy

    "Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    126. Jangan Remehkan Aku

    "Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    125. Apa Benar, Kakekku yang tidak Menginginkanku?

    "Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    124. Dia itu Anakku

    "Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    123. Anakku Bukan Setan!

    "Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status