"Aku ini adikmu. Bukan istrimu. Berhenti untuk mengaturku." Naina Adelia, hidupnya berubah drastis ketika kakak laki-lakinya datang dan berkumpul kembali bersamanya. Lebih dari sepuluh tahun mereka berpisah. Brillian tinggal bersama neneknya di Eropa. Sedangkan Naina, tinggal di Jakarta bersama kedua orang tuanya. Semenjak Brillian datang, ia selalu dikekang dan harus menurut padanya. Bahkan Brillian membatasi pertemanan Naina. Naina sampai geram. Di depan orang tuanya, Brillian selalu bersikap baik. Tapi jika hanya berdua saja, ia menunjukkan sifat aslinya. Apa yang membuat Brillian bersikap over protektif terhadap Naina? Apa hubungan mereka yang sesungguhnya?
View More❤️❤️ Toss Away ❤️❤️
A young woman and a little boy were seen walking along a bushy path on bare foot. It was dark and the moon was high, shining it's rays on them.
"Mama, when are we going to reach the big house you said we are going to? Will there be enough food and water to steal from the house? I haven't eaten since morning," the young boy with her said and fumbled with his worn out short that has so many holes in it and brought out a small cut dirty cloth, "Look Mama, this is where I will put some of the food we are going to steal in the house, it will last us some days," he added happily.
"Where we are going, son, there will be plenty of food for you to eat," the young lady said to her son. She was wearing a handmade gown with corsets sew together, her gown was filled with dirt, new and old ones. It has passed the road of stitches so many times.
They continued walking in silence until they came to a big house, the biggest house the little boy had ever seen in all his life. It was as if the building was almost touching the sky. It was guarded by several guards in uniform and blocked by a little brick fence wall with a large big door at the middle.
Walking closer, the little boy realized the walls were higher than he thought.
His mother's rough coughing brought his attention to her, he watched her bring out her old dirty clothes, which served as handkerchief and placed it on her mouth. "Are you okay mama?"
Spitting into it, she nodded her head and wiped her lips quickly and carefully so that her son wouldn't see the blood and began to panic.
"We are almost here, Storm, you know how I taught you how to walk silently, we are doing that now." She told him as they stopped some distance away from the guards. She turned and entered the bush, holding her son by one of his little hands and they began to walk quietly. Pushing some heap of dry leafs that was in front of them, out of her way. In front of them was a small tunnel and she entered it with her son. Walking silently in the dark tunnel until they came out in the middle of the compound, a garden, it was hard to spot the tunnel from it, very hard. Storm wondered how his mother gets to know about the tunnel which leads inside the beautiful building.
The dirty unkempt woman screamed out a name, which attracted the gaze of the guards inside and they raised their spear and swords, ready to attack when the door to the beautiful building opened and a man wearing an expensive robe on his naked chest and black shorts came out with his personal ten Ninja's.
The guards all dropped their weapons and bowed before the older man.
He recognized the dark skinned woman who had dared to call him by his given name.
"What is it, Phoenix?"
The woman smirked, and Storm stared at his mother, he didn't even know his mother had a name, a beautiful name. "So you still remember my name, Ariadne?"
"What do you want?" The important man asked.
The woman then pushed Storm towards him.
"I am tired of taking care of your son, you can have him all to yourself now," she said as Storm moved back to stand beside his mother.
The important man was quiet as he regarded Phoenix, "You've changed a lot, what happened to you?"
"You happened to me, Ariadne,"
"Do you need money? You've never come to ask me for anything before, I have searched everywhere for you Phoen-"
"Save me all this sermon Ariadne, I will take the money." Phoenix interrupted him.
"How much do you need?"
"100 coins, not silver, golden coins."
With his orders, a guard gave the money to Phoenix in a small bag who counted it. She turned to go and Storm followed her, his mother was a wonderful actress. The important middle aged man didn't kill them, instead, he gave them some money after his mother had pretend to leave him here.
"Where are you going?" She asked her young son, "You are staying here, that man," she added, pointing at Ariadne, "Is your biological father, you will be living with him from now henceforth."
"I don't want to live with him Mama, I want to stay with you," Storm said and to his utter surprise his mother slapped him hard.
"Are you deaf? You will stay with him." she told him in anger.
"I want to stay with you Mama, I promise I won't steal or trouble you again, please Mama, let me go with you."
"This is where you belong now, not on the streets." Saying that, she pushed him so hard that he landed on the ground. "If you know what's good for you, hold him or else I will kill him myself." she threatened Ariadne and turned once again to go.
Ariadne nodded his head once and two guards held until Storm who started struggling to free himself.
"Please Mama, I won't disobey you again, I promise, let me go with you." Storm pleaded, but his plea fell on deaf ears.
With his eyes filled with tears, he watched his mother go, walking past that beautiful giant door, not stopping once to look at him.
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments