Share

Terjerat Cinta Pria Kaya Raya
Terjerat Cinta Pria Kaya Raya
Penulis: krystal

Duka

"Papa sama mama pulang hari ini kok sayang. Sampai di Jakarta sekitar jam 10 besok pagi mungkin. Kamu jemput papa sama mama ke bandara ya" 

Aruna masih ingat jelas perkataan papanya saat menghubunginya memberitahukan kepulangan mereka. Selama dua minggu terakhir, papa dan mama Aruna memang tidak ada di rumah. Keduanya harus berangkat ke New York untuk mengurus bisnis mereka di sana.

Sebenarnya papanya sudah akan berangkat sendiri, tapi mama Aruna tidak setuju. Mama Aruna bersikeras untuk ikut berangkat ke New York.

Namun, ternyata itu menjadi waktu terakhir bagi Aruna untuk mendengarkan suara papanya.

Belum tiba jam 10 pagi sesuai dengan perkiraan papanya jam kedatangan kedua orang tuanya di Jakarta, Aruna kini sudah berada di bandara Soekarna Hatta. Bukan untuk menjemput orang tuanya atau untuk menunggu kedatangan orang tuanya, melainkan untuk memastikan apakah kedua orang tuanya benar berada di pesawat dengan tujuan sama yang mengalami kecelakaan.

Tadi Aruna melihat berita kecelakaan pesawat dari New York tujuan bandara Soekarno Hatta. Berita itu dia saksikan di televisi saat sedang malas-malasan di rumahnya. Saat melihat berita tersebut, Aruna merasa kehilangan nyawanya. Aruna masih terus menyangkal bahwa pesawat tersebut bukan pesawat yang ditumpangi kedua orang tuanya. 

Aruna saat ini berada di bandara Soekarno Hatta bersama sahabat satu-satunya, Chiara. Chiara langsung menemui Aruna setelah melihat berita kecelakaan pesawat. Kemarin Aruna sudah cerita pada Chiara bahwa orang tuanya akan pulang dari New York. 

"Na, kamu tenang ya jangan melamun gitu. Kalau kamu mau  nangis, nangis aja jangan ditahan-tahan sendiri. Kalau gini terus kamu bisa sakit" Chiara berusaha menenangkan Aruna yang sedari tadi hanya melamun. Chiara khawatir Aruna bisa mengalami gangguan psikologis karena mendapatkan kejadian duka ini.

"Ra, aku yakin orang tua aku bukan korban di pesawat itu" akhirnya air mata Aruna tak lagi bisa dibendungnya. Aruna menangis kencang sembari memeluk Chiara.

"Runa, kamu harus kuat tadi pihak bandaranya udah konfirmasi tante dan om termasuk korban dari pesawat itu. Gak ada korban selamat Na"

Melihat sahabatnya menangis kencang, Chiara juga ikut menangis. Chiara dapat memahami perasaan Aruna, karena hanya kedua orang tuanya yang selama ini Aruna miliki dan Aruna sangat dekat dengan kedua orang tuanya.

"Seandainya mereka berdua gak berangkat ke sana pasti aku masih punya orang tua lengkap Ra. Atau seandainya aku gak ngotot telfon mereka minta mereka pulang, mereka gak bakal pulang hari ini. Mereka gak bakal ada di pesawat itu Ra" Aruna menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa kedua orang tuanya. 

"Kamu jangan salahin diri kamu atau siapapun, Na. Gak ada yang salah di sini. Semua ini udah takdir, udah diatur sama yang di atas" Chiara terus berusaha menenangkan perasaan Aruna. Setelah itu tak terdengar balasan apapun dari Aruna. Yang terdengar hanya suara tangisan Aruna.

"Na, kita pulang aja dulu mau? Kamu butuh istirahat. Tadi aku udah ngomong sama petugasnya. Kata mereka, nanti kita bakal dihubungin sama mereka setelah jenazah korban tiba di Jakarta. Kita harus bawa data-data orang tua kamu dan beberapa barang yang terakhir dipakai orang tua kamu. Supaya mereka bisa cocokin data orang tua kamu sama hasil pemeriksaan dokter forensiknya" Chiara mencoba membujuk Aruna untuk kembali sebentar ke rumahnya untuk istirahat dan menyiapkan semua data orang tuanya.

"Aku harus nunggu di sini Ra. Orang tua aku pasti selamat mereka pasti pulang. Papa  udah janji sama aku mereka bakal balik ke Jakarta ini" suara Aruna nyaris hilang karena tangisannya.

"Atau gini aja kamu punya keluarga yang lain gak di sini supaya aku yang hubungin mereka minta tolong ambilin semua keperluan data orang tua kamu. Nanti kamu nunggu di sini biar aku sama mereka yang urus yang lainnya" Chiara mencoba memberikan usulan lainnya. Chiara menyeka air mata Aruna yang semakin turun deras. 

Aruna hanya menjawab pertanyaan Chiara dengan gelengan. 

"Kita balik aja. Nanti setelah mereka hubungin kita datang lagi atau langsung ke rumah sakit. Kamu udah kasih nomor kita buat dihubungin petugasnya nanti kan?" jawab  lanjut tanya Aruna akhirnya yang dibalas Chiara dengan anggukan. Benar yang dikatakan Chiara, dia harus menyiapkan segala keperluannya sendiri. Aruna tidak memiliki keluarga yang dapat dimintai tolong.

Sebenarnya Aruna masih memiliki keluarga, paman, bibi, sepupu dan beberapa saudara jauh. Namun, tadi Aruna sudah menghubungi mereka semua dan hasilnya benar-benar mengecewakan. Tidak ada yang peduli, yang mereka pedulikan hanya pembagian warisan orang tuanya.

Akhirnya Aruna dan Chiara kembali ke rumah Aruna. Keduanya menyiapkan seluruh data yang diperlukan nantinya. Mantan asisten rumah tangga keluarga Aruna yang mendengar kabar bahwa mantan majikannya mengalami kecelakaan langsung datang ke rumah tersebut. 

Selama Aruna beristirahat, Chiara mengobrol bersama mantan asisten rumah tangga keluarga Aruna yaitu mbak Ita. Mbak Ita juga telah menghubungi supir keluarga Aruna, Pak Iman yang sedang diliburkan oleh Papa Aruna karena orang tua Aruna yang sedang bekerja di luar negeri.

Setelah mendapatkan pemberitahuan dari pihak berwajib, Aruna dan Chiara langsung berangkat untuk mengumpulkan data dan beberapa barang yang dibutuhkan untuk keperluan pencocokan hasil pemeriksaan postmortem. 

Setelah melewati beberapa tahap pemeriksaan dan penyesuaian data, ternyata orang tua Aruna memang menjadi korban kecelakaan pesawat tersebut dan keduanya meninggal. Aruna yang masih tidak dapat menerima keadaan menangis kencang di pelukan Chiara. Rasa kesepian Aruna semakin besar. 

Setelah jenazah kedua orang tua Aruna dibawa ke kediaman Aruna dan orang tuanya selama ini. Mbak Ita dan Pak Iman yang membantu menyiapkan seluruh keperluan di rumah. Mbak Ita, Pak Iman dan Chiara yang menemani Aruna hingga proses pemakaman orang tuanya.  Aruna bersyukur masih memiliki ketiga orang ini untuk menemani dan menyemangatinya menghadapi dan melewati semua masalah yang sedang dihadapinya.

Setelah kedua orang tuanya dimakamkan, Aruna masih ditemani oleh Chiara, mbak Ita dan Pak Iman di rumahnya. Mereka bertiga sengaja menemani Aruna untuk beberapa waktu karena mereka khawatir Aruna bisa mengalami kejadian yang tidak diinginkan jika mereka meninggalkan dia sendiri. 

Kondisi Aruna semakin hari semakin membaik. Aruna masih sangat kehilangan orang tuanya. Namun, Aruna sadar dia harus bangkit dari rasa sedihnya. Jika Aruna masih terpuruk dengan rasa sedihnya, tidak akan ada yang bisa berubah. Orang tuanya tetap tidak akan bisa kembali hidup. Selain itu, Aruna harus bangkit untuk dirinya sendiri.

Kini tidak ada lagi yang bisa Aruna andalkan. Aruna harus bangkit untuk mengatur rencana kehidupannya sendiri ke depannya. Karena jika Aruna tidak mengurus dirinya sendiri, hidup Aruna bisa semakin hancur. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status