Share

BAB 3 - Penawaran

Penulis: Serenaluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-24 00:18:11

Tiga hari setelah pertemuan, Vernando datang ke mansion keluarga Ariadna atas undangan makan malam. Raut mukanya tetap tanpa ekspresi walaupun dia merasa sedikit tertegun melihat Ariadna sudah berdiri di depan teras, tersenyum manis, seperti menyambut tamu kehormatan—setelah pertemuan pertama mereka yang bisa dibilang dingin kemarin.

“Selamat malam, Pak Vernando,” sapanya lembut. Senyum di bibirnya begitu halus, terkendali dan terlatih untuk acara diplomatik.

“Saya meminta ayah dan ibu menunggu di taman belakang, selagi koki kami masih sibuk dengan salmon dan panggangan. Ada yang ingin saya bicarakan lebih dahulu, mari kita ke ruang baca” lanjutnya, sopan tapi sigap.

Vernando hanya mengangguk kecil. Diikutinya langkah gadis ramping itu, menuntunnya ke dalam.

Begitu mereka duduk di ruang baca, Ariadna menyodorkan map kuning ke arahnya. Isinya tak lebih dari sepuluh lembar, tapi beratnya terasa seperti kontrak dengan iblis.

“Apa ini?” tanya Vernando singkat.

“Proposal,” jawab Ariadna pelan. “Tentang... pernikahan kita. Saya tahu Anda tidak suka basa-basi, jadi saya langsung saja.”

Vernando membuka map itu dan mulai membaca. Ia cepat, tapi matanya tak melewatkan satu baris pun. Ketika sampai di bagian tengah, ia berhenti.

“Paragraf dua. Tidak boleh tidur di ranjang yang sama?”

Ariadna menunduk sedikit. “Saya hanya ingin... menjaga jarak. Agar tidak saling menyakiti. Pernikahan ini... tidak berdasarkan cinta. Saya tak ingin menciptakan harapan yang tidak pernah ada.”

Vernando mengangkat satu alis, tapi tak berkata apa-apa. Ia melanjutkan membaca.

“Dan paragraf lima,” katanya kemudian, “Dilarang mencampuri urusan pribadi kecuali untuk kepentingan citra publik.”

Ariadna mengangguk pelan. “Saya tidak berniat mengganggu hidup Anda. Begitupun sebaliknya. Bukankah pernikahan ini sebenarnya menambah masalah anda? Saya juga punya masalah sendiri karena hal ini. Jadi mari kita buat kesepakatan waktu. Satu tahun. Setelah itu, kita bisa berpisah secara baik-baik. Saya kembali ke studi saya, Anda pun bisa hidup tanpa ikatan.”

Vernando menutup map itu perlahan. Diam sejenak.

“Masalahmu... pacarmu di Australia?” tanyanya tenang. “Sean?”

Ariadna membeku. Matanya membesar. “Anda... tahu?”

“Apa itu masih perlu ditanyakan?” sahut Vernando, matanya tidak lepas dari wajah Ariadna. “Justru aneh kalau aku tidak mengetahui informasi “sekelihatan” itu. Walaupun latar belakangmu sebagai putri pejabat sudah bagus, aku tidak mau ambil resiko dengan kelakuan calon istriku di masyarakat”

Ariadna masih terdiam. Ia tidak menyangka Sean, yang ia kira sudah ia tinggalkan di belakang, akan disebut langsung begitu saja. Sebetulnya sih hubungan mereka yang memang sudah kering bukan masalah sama sekali dalam pernikahan ini.

Vernando berdiri. Tapi alih-alih pergi, ia mendekat dan menatap Ariadna dari jarak lebih dekat.

“Aku tahu pacarmu, teman-temanmu, bahkan dosen pembimbing tugas akhirmu,” katanya dengan suara mengintimidasi. “Dan bukan hanya itu. Aku tahu karaktermu. Kamu keras kepala, blak-blakan, jujur bahkan walau menyakitkan. Kamu lebih cocok menampar orang kdaripada tersenyum palsu seperti yang kamu tunjukkan di depan teras tadi.”

Ariadna ingin menjawab tapi otaknya tidak tersambung dengan lidahnya.

“Satu hal yang kubenci,” lanjut Vernando pelan namun tajam, “adalah kepura-puraan yang terlalu kentara. Kamu memang putri ayahmu, tapi kamu tidak harus menirunya. Aku tahu betul cara ayahmu bersilat lidah dan memoles omong kosong. Aku ingin kamu lebih berterus terang dan memakai wajah aslimu di depanku, Ariadna.”

Ariadna menarik napas dalam-dalam. “Apa boleh buat. Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Saya sedang menghadapi seorang_eh__mafia?. Saya tidak ingin leher saya hilang hanya karena sepatah kata salah.”

Vernando mendengus. “Ini bukan tahun 80-an, Sekarang kami tidak memenggal kepala sembarangan. Kotor, dan tidak efisien.”

Ariadna mengerjap. Itu sungguhan atau bercanda? 

Vernando membalikkan badan. Tapi belum keluar ruangan, ia berhenti dan menoleh lagi.

“Dan untuk jawaban atas proposal itu.. tidak. Aku tidak menikah untuk perceraian. Aku tidak hidup dalam kontrak.”

“Tapi ini dipaksakan” bantah Ariadna menaikkan sedikit suaranya.

“Aku dipaksa oleh situasi, bukan oleh kamu,” potongnya tajam, kembali berjalan mendekati Ariadna. “Tapi begitu aku mengambil keputusan, aku pastikan itu keputusan yang tidak akan menodai reputasiku.” 

Dia menatap lurus ke mata Ariadna. “Bayangkan headline dua tahun lagi: Putri politikus dan pengusaha hiburan cerai setelah menikah karena skandal. Menjijikkan." Ariadna tercekat mendengar Vernando memberi penekanan yang tajam pada kata terakhirnya.  

Vernando membungkuk, menjajarkan tingginya dengan Ariadna. kepala mereka hampir bersentuhan. "Selama hidupku, karirku, aku tidak pernah menodainya dengan membuat keputusan yang salah, dan memang tidak akan pernah. Kalau aku harus naik ke panggung ini, aku akan main sampai tirai terakhir turun. Bersamamu.”   

 Ariadna menahan nafas. 

 “Dan kalau saya menolak?” 

Vernando mengangkat bahu. “Maka kamu, ayahmu, dan keluargamu akan tenggelam sendirian.” 

“Aku tidak rugi apapun. Yah, mungkin hanya harus merelakan proyek Kalijaring,” lanjutnya “Aku punya jaringan, punya proteksi. Aku bisa pindah ke Singapura, Bangkok, bahkan Meksiko dan hidup sepuluh kali lebih nyaman. Tapi ayahmu? Dia akan ditelanjangi habis-habisan di media. Kasus suap itu bukan lelucon. Dan tidak ada yang akan menyelamatkannya kalau aku memutuskan untuk tidak ikut campur.” 

Sunyi. 

Ruang baca yang memang biasanya sepi saat itu seperti membeku. Jarum jam terdengar sangat keras di antara mereka. Ariadna ingin menjawab, ingin marah. Tapi yang keluar dari mulutnya hanya satu kata: “Bangsat.” 

Vernando tidak bereaksi. Dia malah maju sedikit dan berkata pelan tepat di telinganya, “Itu baru ucapan yang sesuai dengan Ariadna yang kudengar. Anak buahku tidak salah memberi informasi”  

Dan kemudian ia berbalik pergi. Meninggalkan Ariadna sendiri, berdiri menatap kepergiannya dari pintu sampai hilang di lorong menuju taman belakang. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   Bab 19 - Rindu

    Ariadna menatap Vernando dengan pandangan tercengang. Tidak menyangka kata-kata semanis “rindu” bisa keluar juga dari bibir itu.“......Mungkin dia rindu” kata-kata itu menggema di kepalanya yang membuarnya menunduk sedikit, menyembunyikan ekspresi yang bahkan ia sendiri belum sempat pahami. Vernando mencondongkan badan lebih dekat, menatap Ariadna “Kenapa? Apa kau terganggu?” Ariadna tak menjawab. “Atau cemburu?”Ariadna berkedip, tapi dia masih diam.Vernando menyeringai tipis, memundurkan tubuhnya, bersandar ke sofa. “Jawaban diam yang cukup nyaring.”Ariadna menahan napas sejenak, lalu berkata ringan, “Cemburu adalah reaksi atas ancaman. Dan aku tidak menganggap perempuan yang berteriak dan mencakar sebagai ancaman.”Vernando tertawa kecil. “Jawaban diplomatis. Apa semua putri pejabat punya les pribadi bermain kata seperti ini?”“Aku juga heran, apa semua mafia juga bisa mengatakan istilah perasaan semacam “rindu” sepertimu?” “Mungkin agak berbeda artinya dengan kalian tapi kam

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   Bab 18 - Penjelasan

    Vernando duduk diam di kursi belakang mobil, wajahnya tenang, tapi jari-jarinya mengetuk lututnya dengan ritme cepat—tanda bahwa pikirannya jauh dari damai."Lebih cepat," ucapnya pelan pada sopir, tanpa menoleh.Beberapa menit lalu, saat masih di kantor, ia menerima pesan itu. Cukup satu baris, tapi dampaknya langsung terasa.“Maaf, Pak. Nona Lysandra datang. Beliau memaksa masuk. Kami tak kuasa menghentikan.”Vernando langsung berdiri dari kursinya saat itu juga, menyuruh staf menyiapkan mobil tanpa basa-basi.Sekarang, di dalam mobil yang melaju menembus jalanan kota, ia memejamkan mata.Lysandra memang selalu seperti itu—impulsif, tak kenal waktu, dan suka membuat kekacauan yang harus dia sendiri yang bereskan.Beberapa menit kemudian, mobil berhenti tepat di depan mansion Maheswara. Vernando turun tanpa banyak bicara, langkahnya panjang dan mantap saat memasuki rumah. Ia membuka pintu utama—dan langsung disambut pemandangan yang membuatnya terkejut..Beberapa kursi ruang tamu ter

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   Bab 17 - Kedatangan

    Jemarinya turun perlahan, menyusuri garis rahang gadis itu, turun ke dagu… dan akhirnya berhenti di bibirnya. Ia menekan pelan, membuka bibir lemb,ut gadis itu, kemudian menunduk.Bibir Vernando menyentuh bibir Ariadna, pertama pelan, kemudian melumatnya dengan cara yang membuat tubuh Ariadna mendadak panas, penuh kuasa. Tangan Vernando turun, menyentuh lehernya, lalu turun lagi—menemukan dadanya. Diremasnya dada gadis itu yang sudah mengeras karena hasrat. Dengan sekali gerakan, satu kancing baju Ariadna terlepas.Disusul yang kedua, hingga setengahnya terbuka, memperlihatkan kulit putih halus dibaliknya.Ariadna bergidik ketika udara dingin kamar menyentuh kulitnya, namun Vernando tidak memberi waktu untuk berpikir. Ia mendorong tubuh Ariadna perlahan ke belakang, membuat gadis itu rebah di atas kasur, lalu menindihnya. Tubuhnya hangat, aroma khas tembakau mahal dan tubuh pria dewasa menguar dekat sekali di antara mereka. Jemari Vernando menjalar dari dada menelusuri pinggangnya, l

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   Bab 16 - Pembalasan

    Tiga hari sejak penculikan Ariadna, Vernando duduk di ruang kerjanya—dengan balutan jas hitam, wajah dingin, dan sebatang rokok yang bahkan takut terbakar terlalu cepat. Saingan bisnisnya banyak, tapi tidak sulit untuk langsung mengetahui kelompok yang berani menyentuh Ariadna kemarin. Apalagi selevel preman kelas bawah. Baik yang menembak dirinya dan yang menculik Ariadna adalah suruhan Owell, pengusaha beberapa tempat hiburan permainan yang sebenarnya adalah tempat judi dan transaksi obat terlarang. Kebetulan, dia memang ingin melenyapkan usaha itu sejak didengarnya Owell mulai melakukan jual beli wanita yang digelapkan dari luar negeri. “Sebastian.” panggil Vernando, pelan tapi dalam. “Perintah, Pak. ” jawab Sebastian sigap. Vernando bangkit, berdiri membelakanginya, menghadap jendela besar kantornya yang ada di lantai 20 itu. “Serang.Terbuka.” Sebastian mengangkat kepala. Tidak perlu bertanya untuk tau perintah itu ditargetkan untuk siapa. "Baik, Pak. Serang versi frontal

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   Bab 15 - Pembalasan

    Ariadna baru saja berhasil mengambil langkah seribu setelah sejenak tidak bisa bergerak saking terkejutnya ketika tiba-tiba dia menabrak sesorang.Vernando?Sosok itu mendorongnya kasar.“Aww!” Ariadna terjatuh ke belakang, pantatnya menghantam tanah.“Ha! Ketemu juga kau!” seru pria yang ditabraknya, tertawa puas. Salah satu penculik. Ariadna menatap wajahnya yang kotor dan berkeringat. Sial. Bukan orang yang diharapkan.Namun teringat sesuatu yang membuatnya berteriak tadi, Ariadna segera bangkit, hendak berlari ketika lengannya dicengkeram keras oleh pria itu. “Mau kemana, tuan putri?” desisnya Ariadna meronta. Pria itu tinggi besar, tenaganya tak sebanding. . “ADA ULAR! DI BELAKANGKU ADA ULAR! BESAR! BESAR BANGET!”Agak kewalahan menghadapi Ariadna yang membabi buta karena panik, si penculik mengernyit, “Hei! Hei! Diam! Apa-apaan sih ni cewek…”Suaranya berhenti.Mata pria itu melebar seperti mau copot.Ia mematung.Ariadna ikut menoleh perlahan ke belakang. Di balik rumput ilal

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   Bab 14 - Penyergapan

    Ariadna menarik napas panjang dan menguatkan kakinya di atas lantai berdebu. Ia mengambil sebatang kayu dari sudut rak, lalu berjalan mendekati pintu besar gudang tua itu. Ditempelkannya batang kayu ke sela kecil di antara pintu tua itu mencoba mengikis celah sedikit demi sedikit untuk menciptakan celah—cukup agar bisa mengintip.Sepi.Tak tampak penjaga di depan pintu. Mungkin mereka terlalu percaya diri, menganggap Ariadna tidak akan mungkin kabur, karena dia sendiri yang tadi menyarankan dibawa ke pertemuan. Lucu sekali. Mereka menyekap Ariadna Maheswara dan berharap dia diam? Memangnya ini program karantina idol?Ia berputar, menyusuri dinding gudang. Matanya menangkap jendela kecil di pojok atas, diapit dinding kayu lapuk dan tumpukan rak usang. Jendela ventilasi bertingkap. Cukup besar untuk badannya.Ariadna menatap jendela itu. Jaraknya kira-kira dua meter dari lantai. Dia mengecek rak-rak kayu yang tersisa, menarik salah satunya mendekati tembok, dan mulai memanjat.Tangan k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status