แชร์

Bertemu Lagi

ผู้เขียน: Mommykai22
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-20 10:11:05

Enam tahun kemudian.

Hari ini mungkin adalah hari terbaik bagi Patra karena akhirnya ia mulai bekerja juga. Dari puluhan lamaran kerja yang ia sebar, ada 18 perusahaan yang memanggilnya interview, tapi semuanya gagal dan Patra ditolak. 

Perusahaan ini adalah perusahaan ke-19 tempat ia diinterview dan akhirnya ia diterima. 

Patra pun berdiri memandang gedung bertingkat di hadapannya itu dengan takjub. Akhirnya, impiannya untuk bekerja di perusahaan besar pun terwujud. 

Beberapa tahun terakhir adalah tahun-tahun yang sangat berat bagi Patra. Berjuang menyembuhkan diri dari depresi, lalu mengejar beasiswa dan menyelesaikan kuliahnya sebagai lulusan terbaik, tapi hanya bekerja sebagai pegawai toko dengan gaji di bawah UMR, beban kerja berat, dan tanggung jawab yang tidak kunjung berkurang. 

Namun, semua itu belum seberapa dibandingkan luka enam tahun lalu, kenangan yang selalu menghantuinya.

Nero Hadiwijaya.

Hanya dengan mengingat namanya, tubuh Patra menegang. Rasa trauma itu seolah mampu menghisap seluruh tenaganya, dan membuat pikiran serta tubuhnya lumpuh seketika.

Terkadang Patra berpikir apa salahnya? Ia hanya seorang wanita yang jatuh cinta pada seorang pria.

Namun, mungkin pria yang ia cintai adalah pria yang salah sampai ia harus melalui takdir yang begitu kejam.

Pelecehan yang dilakukan oleh anak buah ibu Nero malam itu meninggalkan luka yang mendalam bagi Patra, apalagi saat itu Patra hanyalah seorang gadis remaja labil berumur 18 tahun. 

Ayah dan ibu Patra juga mengamuk waktu itu dan melapor pada polisi, namun tidak ada hasilnya. Sekali lagi, uang mengalahkan segalanya. Uang membuat martabat keluarga Patra terus direndahkan.

Bahkan mungkin orang dengan status sosial seperti keluarga mereka seolah tidak pantas untuk mendapatkan keadilan. 

Kehancuran Patra tidak berhenti sampai itu saja karena ia harus kehilangan sang ibu tercinta karena sakit keras. 

Patra benar-benar merasakan titik terendahnya saat itu. Namun, ia ingat pesan mendiang ibunya sebelum meninggal agar tidak menyerah dan bangkit untuk keluarga tercinta. Pesan terakhir ini yang membuatnya bangkit dari keterpurukan dan bekerja lebih keras demi adiknya yang masih butuh biaya kuliah dan pengobatan ayahnya yang sakit-sakitan. 

Seketika hatinya kembali kelabu, apalagi menatap plang Nero Company, nama perusahaannya sama dengan nama pria itu dan membuat jantung Patra memacu kencang. 

"Kau sudah mencari tahu semuanya dan tidak ada hubungannya dengan keluarga Hadiwijaya kan? Ya, nama Nero Company hanya kebetulan. Nama Nero juga ada sangat banyak di dunia ini. Jadi jangan banyak berpikir!" Patra mengangguk menyemangati dirinya. 

"Patra!" 

Suara seorang wanita tiba-tiba terdengar memanggilnya. Sontak Patra menoleh dan senyuman Patra pun mengembang saat mengenali wanita muda bernama Selly. 

Mereka bertemu saat bersama-sama interview kerja dan melewati beberapa tes bersama juga. Dan dalam waktu yang singkat itu, mereka pun berteman baik. 

Selly terus melambaikan tangannya sambil berlari menghampiri Patra dengan senyum sumringahnya.

Patra dan Selly bergabung dengan para karyawan baru yang diterima dan mereka pun dibagi berdasar divisinya masing-masing. 

Selly masih memekik senang mendapati dirinya yang ditempatkan di bagian pengembangan proyek, namun saat tiba bagian Patra, apa yang dikatakan oleh manager HRD pun membuat Patra dan Selly mendadak kehilangan senyumnya. 

"Apa? Cleaning ... service?" lirih Patra yang separuh jiwanya sudah melayang entah ke mana. 

"Eh, maaf ... Anda pasti salah, Bu. Aku dan Patra melamar kerja di sini dan diterima sebagai karyawan admin untuk managemen baru. Mengapa mendadak sekarang Patra harus menjadi cleaning service?" seloroh Selly yang juga begitu syok dan tidak terima.

"Ini sudah keputusan dari pimpinan. Kami menerima banyak orang, tapi kami juga melihat backgroundnya untuk menentukan dia pantas di posisi mana," kata manager HRD menjelaskan. 

"Tapi pasti ada yang salah, Bu! Lihatlah CV Patra! Dia lulusan terbaik di kampusnya! Nilainya juga sangat bagus! Apa tidak salah menjadikannya cleaning service?" Nada bicara Selly pun meninggi. 

"Pengalaman kerjanya hanya pelayan toko yang merangkap tukang bersih-bersih toko, apa lagi yang dia harapkan? Menjadi cleaning service di sini jauh lebih makmur daripada pelayan toko! Setidaknya gaji dan tunjangannya akan cukup untuk memenuhi hidupnya!"

"Tapi ...." 

Baru saja Selly akan protes lagi, tapi Patra sudah memegangi lengan Selly, menghentikan kemarahannya. 

"Selly, sudah tenanglah, aku tidak apa. Tidak enak dilihat oleh karyawan lain," ucap Patra sambil tersenyum tipis. 

Dalam hati, ia sangat berterima kasih pada Selly yang benar-benar tulus padanya dan ia menghargainya, namun sekarang bukan saatnya tersentuh pada kebaikan orang lain karena perhatian Patra terpusat pada tawaran menjadi cleaning service di perusahaan besar ini. 

Patra terdiam dan hanya menelan salivanya. Apa memang nasibnya harus berakhir menjadi seorang cleaning service?

Dulu mendiang ibunya bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga dan ayahnya hanya seorang supir.

Susah payah Patra belajar begitu giat dengan harapan bisa mengangkat derajat keluarganya, tapi ia tetap berakhir dengan hanya menjadi seorang cleaning service.

Tapi apa Patra punya pilihan lagi? Begitu banyak perusahaan menolaknya dan ini satu-satunya kesempatannya. 

Baiklah, setidaknya gajinya UMR bahkan masih ada uang lembur dan tunjangan, totalnya lebih tinggi dibanding penjaga toko biasa. 

Patra pun berusaha keras untuk tidak menangis dan ia terus menyemangati dirinya. 

'Kau kuat, Patra, kau kuat! Kau pasti bisa! Cleaning service pun tidak masalah, yang penting kau bisa mendapat uang halal untuk keluargamu!' ucapnya dalam hati. 

"Baiklah, aku ... menerimanya," kata Patra akhirnya. 

"Patra, jangan gila!" Selly membelalak kaget, tapi Patra hanya terus mengangguk seolah memberi kode bahwa semuanya akan baik-baik saja. 

Selly pun tetap mengomel sampai akhirnya mereka harus berpisah dan masuk ke divisi masing-masing.

Patra sendiri dibawa ke ruang pimpinan baru Nero Company karena ia diserahi tanggung jawab untuk membersihkan ruangan itu dan Patra pun bertekad untuk bekerja sebaik-baiknya. Setidaknya walaupun hanya sebagai cleaning service, ia harus mendapat apresiasi dari pimpinannya. 

"Masuklah, kau akan langsung bertemu dengan pimpinan perusahaan ini di dalam dan dia akan menjelaskan langsung tentang pekerjaanmu. Dia sangat detail jadi pastikan kau tidak melakukan kesalahan sekecil apa pun!"

"Baiklah, terima kasih!" Patra mengangguk singkat. 

Sambil merapikan seragam cleaning servicenya, Patra pun masuk ke ruangan pimpinan dengan jantung yang berdebar kencang. 

Patra masih berusaha tersenyum menatap punggung seorang pria yang begitu tinggi dan gagah, satu tangan pria itu memegang gelas minuman dan tangan yang lain dimasukkan ke dalam kantong celananya. 

Pria itu sedang berdiri menatap jendela besarnya yang langsung menampilkan pemandangan jalanan kota yang begitu ramai. 

"S-selamat pagi, Pak! Aku ... cleaning service yang baru ...," sapa Patra yang entah mengapa begitu tegang. 

Pria itu pun menyeringai mendengar suara Patra. "Kau seharusnya masuk ketika aku sudah mempersilakan masuk!" jawab ketus pria tersebut. 

"Pantas saja, sesuai dengan posisimu di sini, hanya seorang cleaning service," imbuh pria itu dengan nada mencemooh. 

Patra pun hanya bisa terdiam sambil sedikit menunduk merasakan lagi-lagi ia direndahkan. 

"M-maaf, Pak, lain kali aku akan mengetuk pintu dan masuk ketika sudah dipersilakan."

Patra pun masih terdiam. Satu hal yang membuat pikiran Patra terganggu, mengapa suara pria itu sangat tidak asing di telinganya?

Patra sendiri masih menerka-nerka sampai saat pimpinan perusahaan itu pun membalikkan tubuhnya dengan gaya yang anggun, tapi tetap berwibawa.

"Patra Aurora, apa kabarmu?"

Dan seketika Patra membelalak kaget. Napasnya tercekat di tenggorokan. Melihat pria itu berjalan ke arahnya selangkah demi selangkah, aura penindasan yang kuat membuatnya tidak berani bergerak. 

Sampai akhirnya pria itu tiba di hadapannya, sedikit membungkuk dan tiba-tiba menjambak rambutnya hingga kepalanya terangkat, memaksa Patra untuk menatap kedua matanya.

"Mengapa kau begitu takut melihatku, Patra?"

**

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kemesraan Terlarang

    Patra masih berdiri mematung dan sama sekali tidak berani mempercayai pendengarannya. Apa? Putus? Nero dan Kania putus? Tatapan Patra seketika goyah dan perlahan ia pun langsung berbalik menghadap ke arah Nero yang juga sudah kembali berdiri menatapnya. "Kau bilang apa?""Aku sudah memutuskan Kania, Patra," ulang Nero lantang. Tapi Patra nampak begitu syok mendengarnya. "Kau pasti bercanda kan, Nero?""Apa aku terlihat seperti sedang bercanda? Aku tidak bercanda, Patra. Aku sudah meminta putus dari Kania.""Mengapa kau memutuskannya, Nero? Bu Kania sangat mencintaimu!""Tapi aku tidak mencintainya, Patra! Bukankah sudah kubilang padamu bertahun-tahun aku mencoba mencintai Kania, tapi aku tidak bisa! Aku mencintaimu! Dulu dan sekarang aku hanya bisa mencintai satu wanita yaitu kau, Patra!"Patra menggeleng keras. Patra terus menggeleng. "Tidak, Nero! Tidak! Tidak seharusnya kau meminta putus darinya! Kalian sudah bertunangan, kau tidak bisa seenaknya putus dengannya!""Mengapa tida

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Pengakuan Mengejutkan

    Nero menapakkan kakinya ke bagian taman yang lebih sepi di dekat perbatasan area hutan. Benar-benar tidak ada orang di sini, hanya serangga kecil yang terus beterbangan, namun Nero tidak peduli karena Nero memang butuh ketenangan.Perasaan hatinya sangat kacau. Walaupun pekerjaan mereka sudah berhasil dengan sukses pun sama sekali tidak bisa membuat suasana hati Nero menjadi lebih baik dan Nero membenci perasaan ini. Nero pun hanya bisa mendongak menatap bintang berkilauan di langit saat tiba-tiba terdengar suara di belakangnya. Suasana sangat sepi hingga langkah kaki yang menginjak rumput yang lembab itu tentu akan terdengar oleh Nero. Namun, Nero masih belum mau menghentikan aktivitasnya menatap bintang. Sampai Nero mendengar langkah kaki itu menjauh dan Nero pun menoleh ke belakang. Untuk sesaat, suasana hening saat Nero mengenali punggung wanita yang sedang melangkah menjauhinya itu. Nero hanya terus menatapnya dengan penuh kerinduan sampai ia pun tidak tahan dan memanggiln

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Temani Aku

    Kania masih memeluk lututnya di kamar mandi sambil menatap dengan tatapan kosong. Hatinya begitu sakit dan rasa sakitnya sama sekali tidak berkurang. Nero hanya meminta putus darinya tapi ia benar-benar merasa seolah dunianya runtuh. Padahal Kania belum bertanya apa pun tentang wanita itu. Entah akan bagaimana hati Kania nanti saat mengetahui fakta lain tentang wanita itu. Selama enam tahun ini, Kania sudah berusaha melakukan semua yang ia bisa untuk Nero. Walaupun awalnya hanya karena rasa bersalah, namun lambat laun rasa itu menjadi cinta yang luar biasa sampai Kania tidak bisa melangkah lagi tanpa Nero di sampingnya. "Duniaku hanya berpusat padamu, Nero. Kau boleh tidak mencintaiku, kau boleh tidak menginginkan aku, tapi aku benar-benar tidak sanggup berpisah denganmu ...." "Bagaimana caranya kau bisa mencintai orang lain padahal hanya aku yang ada di sampingmu ... Nero ....""Bagaimana ini? Bagaimana ini? Ibu ... Tante Cintya ... bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Aku

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Ketulusan Seorang Pria

    Jantung Patra berdebar begitu kencang mendengarnya. Tatapan Axel terlihat sangat tulus dan tatapan Patra pun menjadi goyah melihatnya. Untuk sesaat, hati Patra berdesir karena ada seorang pria yang begitu mencintainya. Bukankah setelah melewati banyak hal yang menyedihkan, Patra juga berhak bahagia dan dicintai. Namun, tidak dapat dipungkiri Patra sendiri merasa takut. Takut untuk kembali berhubungan dengan pria, takut kalau kejadian yang serupa akan dialaminya, dilecehkan oleh keluarga Axel nanti karena keluarga Patra hanya keluarga miskin. Dan juga takut kalau Axel tidak bisa menerimanya seandainya tahu Patra pernah diperkosa. Sungguh, itu bukan hal yang baik bagi seorang wanita. Tapi selain semua itu ... Patra tidak punya perasaan yang sama dengan Axel. Sebagai seorang wanita sebenarnya Patra tahu kalau lebih baik dicintai daripada mencintai dan sekalipun Patra tidak punya perasaan seperti Axel, bukan hal sulit bagi Patra untuk menerima Axel dan hidup bahagia bersama Axel. N

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Terima Aku Menjadi Kekasihmu

    Brak!Nero menutup pintu kamarnya dengan begitu kesal. Tanpa mempedulikan Kania, Nero pun terus berjalan mondar mandir sambil mengembuskan napas panjang dan hati Kania pun makin sakit melihatnya. "Ada apa, Nero?" Kania berhasil bertanya dengan suara yang sudah bergetar. "Apa yang ... membuatmu sampai semarah ini?""Tidak ada, Kania! Aku hanya sedang kesal! Tidurlah duluan!" Nero mengedikkan kepalanya ke arah ranjang. Namun, Kania hanya melirik ranjangnya lalu tertawa pelan menatap Nero. "Ranjang itu sama sekali tidak hangat untukku, Nero. Kita tidur satu kamar tapi aku merasa seperti sedang tidur sendiri."Nero langsung terdiam mendengarnya. Ia pun menatap Kania dengan tatapan penuh tanya. "Apa maksudmu, Kania? Kemarin malam aku memang baru kembali ke kamar tengah malam karena itu, aku langsung tidur!""Kau tahu bukan itu maksudku, Nero!""Tidak! Aku tidak mengerti maksudmu, Kania! Apa yang sebenarnya kau bicarakan?"Kania menelan salivanya dan memaksakan senyumnya. "Selama tiga t

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kenyataan yang Tidak Terbantahkan

    "Baiklah, aku bersedia berinvestasi untuk proyek ini!" kata Pak Barry siang itu. Semua orang sudah begitu tegang sejak pagi dan Patra pun menampilkan presentasi terbaiknya di hadapan Pak Barry di ruang kerja pria itu. Patra menjelaskan semuanya dengan sangat baik sampai Axel dan Juan pun tersenyum puas. Axel sendiri ikut membantu menjelaskan bagiannya dan singkat kata, semuanya berjalan begitu lancar dan sukses. Patra pun hampir saja melonjak kegirangan mendengar ucapan Pak Barry. "Anda ... Anda serius, Pak Barry?" tanya Patra tidak yakin. "Apa aku terlihat sedang bercanda?" balas Pak Barry santai seolah memutuskan menggelontorkan uang begitu banyak sama sekali tidak ada artinya untuk pria itu. "Ah, tidak ...." Patra begitu sungkan. "Selama kau yang memimpin proyeknya, aku setuju!""Eh? Aku ... tentu aku yang memimpin proyek ini!""Baiklah, aku setuju! Aku menunggu dokumen legalnya untuk kutandatangani dan aku akan segera mengirim uangnya untuk berinvestasi di proyek ini." Se

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Perasaan yang Menyesakkan

    "Terima kasih banyak, Pak Barry.""Sama-sama, Bu Kania. Aku menantikan presentasinya besok.""Tentu, Pak Barry. Terima kasih."Kania dan Axel pun tersenyum ramah sebelum mereka berpisah dengan Pak Barry dan setelah itu, Kania pun kembali memasang ekspresi datarnya sampai Axel yang melihatnya pun mengernyit. "Hei, mengapa kau begitu murung, Kak? Bukankah seharusnya kau senang tanggapan dari Pak Barry begitu baik, kans kita cukup besar untuk mendapatkan hatinya di proyek ini! Selain itu kau juga bisa berlibur di tempat yang indah ini bersama Kak Nero kan?"Kania yang mendengarnya hanya terdiam dan mengangguk. "Tentu saja aku senang, Axel. Banyak hal yang seharusnya membuat aku senang.""Hmm, lalu apa yang membuatmu cemberut sekarang?""Tidak, aku tidak cemberut. Benarkah aku cemberut?""Astaga, Kak Kania! Kau pikir aku ini sungguhan karyawanmu, hah? Aku ini adikmu, tentu saja aku mengenalmu. Kakakku adalah wanita yang sangat ramah, murah senyum, dan selalu positif. Tidak seperti raut w

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Memeluknya Tanpa Sengaja

    Juan dan Nero masih mengobrol saat Nero melihat Kania yang masih berdiri begitu lama dengan posisi membungkuk ke dalam mobil. Nero pun mengernyit dan mendekati Kania sambil mencoba melirik apa yang Kania lakukan. "Kania?" panggil Nero akhirnya. Kania yang tersentak kaget pun hanya bisa mengerjapkan matanya dan menyimpan kembali sepatu yang ia lihat tadi lalu memasang senyuman manisnya seolah tidak terjadi apa-apa. "Ah, iya, Sayang?""Apa berat? Sini kubantu!" Nero mengambil beberapa berkas yang sudah ditumpuk oleh Kania dan siap diangkat. "Terima kasih, Sayang!" seru Kania sambil masih tersenyum menatap Nero.Nero sendiri pun masih mengangkat berkasnya dan ia terdiam sejenak menatap Patra yang masih tertawa senang bersama Selly dan Axel. Nero mengembuskan napas panjang dan langsung saja mengalihkan tatapannya ke arah lain, sebelum ia melangkah mengikuti Juan. Sementara Kania ikut terdiam dan langsung menoleh ke arah tatapan Nero tadi.Kania pun kehilangan senyumnya sama sekali

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Sepatu yang Sama

    Axel menghentikan mobilnya di parkiran kantor pagi itu. Ia baru saja menjemput Patra dan mereka sudah sangat terlambat pagi itu. Patra pun sudah siap berlari, tapi Axel mendadak mengulurkan tangannya ke arah Patra sampai Patra mengernyit bingung. "Apa? Kita sudah terlambat!""Aku tahu!" Axel mengedikkan kepalanya ke arah uluran tangannya. "Berlari bersama akan lebih cepat!"Patra pun terdiam sejenak dan bermaksud menolak, tapi belum sempat penolakan itu keluar dari mulutnya, Axel sudah menyambar tangan Patra dan menggenggamnya erat. Patra sempat tersentak kaget, tapi ia tidak sempat protes lagi karena Axel sudah mengajaknya berlari begitu cepat. "Akkhh, Axel!"Namun, Axel hanya tertawa begitu senang dan Patra pun akhirnya ikut tertawa senang. Menyenangkan sekali berlarian seperti anak kecil dari parkiran yang begitu luas sampai ke lobby perusahaan. Mereka pun terus tertawa bersama sambil sesekali Axel menoleh menatap Patra. Sedangkan Nero yang melihatnya dari balkon tentu saja l

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status