Share

One Night Stand

“Hurry up, girls! Aku sudah tidak sabar,"

"Sabar dong, Hera. Kita touch-up dulu. Look at that… pengunjung begitu ramai. Apa dirimu tak ingin mencari mangsa disana?" tanya Celin—sahabat Hera.

"Hei… Hera itu tidak perlu repot-repot mencari mangsa. Orang dia sudah menemukan mangsanya. Senior pujaan hatinya. Iya ‘kan?" ledek sahabatnya yang lain bernama Nay.

Wanita cantik yang sedang digodai oleh kedua sahabatnya itu bernama Hera. Rambutnya panjang berwarna rose gold dan bermata manik hazel. Hera hanya tersenyum mendengar celotehan mereka.

Malam ini mereka bertiga akan bersuka cita. Pasalnya, Hera baru saja diterima bekerja di kantor barunya. Bukan hanya pekerjaan barunya yang membuatnya bahagia. Tetapi yang jauh lebih membahagiakan adalah ia bisa satu kantor dengan lelaki idamannya bernama Rey.

"Ya, memang aku tidak butuh mangsa. Mangsaku hanya Rey," ujar Hera begitu bangga.

"That's it. Makanya malam ini harus dirayakan,"

“Yuhuuu,”

Sudah beberapa waktu berlalu, Hera menunggu kedua sahabatnya berdandan. Hera sendiri tak perlu memoles dirinya terlalu berlebihan. Ia bisa pastikan jika dirinya masih jauh lebih mempesona malam ini dibanding kedua sahabatnya.

“Ck," Hera berdecak lidah. Wanita itu membuka pintu mobil, "kalian berdua terlalu lama deh. Lebih baik aku menunggu kalian di meja biasa. Oke?" sambungnya kembali. Hera meninggalkan kedua sahabatnya yang masih sibuk berdandan di dalam mobil.

Saat berjalan ke arah pintu masuk Club Suilet, Hera melihat ada hal aneh. Seingatnya, Club Suilet tidak mempekerjakan pengawal club. Namun matanya malah menangkap ada seorang lelaki berpakaian serba hitam berdiri di depan pintu masuk sana.

"Tolong perlihatkan undangannya, Nona," titah pengawal itu saat Hera sudah berdiri tepat dihadapannya.

"Undangan apa, ya?" tanya Hera menatapnya terheran.

"Apa nona tidak tau? Di dalam sedang ada pesta privat dan hanya yang punya undangan yang boleh masuk,"

Hera menatap lurus walaupun pintu tertutup rapat. Memang sedari tadi sebenarnya Hera sedikit penasaran. Ia terheran karena jumlah kendaraan pengunjung club malam ini sangat banyak. Padahal jam baru menujukkan pukul tujuh malam. Situasi yang sangat jarang ia lihat di club itu.

"Oh ya? Em... tapi saya tidak tau dan tidak peduli. So, izinkan saya untuk masuk segera,"

"Tidak bisa, Nona! Club sudah di-booking privat malam ini. Lebih baik anda pulang atau mencari tempat lain saja,"

“Eh, anda mengusir saya?” tanya Hera mulai kesal.

"Ada apa, Hera?" tanya Celin menyahut. Ia baru sampai di depan pintu masuk bersama Nay.

Namun sedetik kemudian, Celin dan Nay langsung paham percekcokan yang terjadi antara Hera dan pengawal itu karena mereka telah mendengarnya dari kejauhan.

"Santai saja dong , Tuan. Kita disini gak bakalan ganggu acara kok," ujar Celin membantu melobi.

"Betul tuh. Kita gak bakalan ganggu acara di dalam kok. Lagian kita cuma mau happy-happy. Mau ya?" timpal Nay dengan gaya paling genit. Mengerdipkan matanya pada sang pengawal.

"Maaf, nona-nona. Sebaiknya kalian bertiga silahkan pergi dari tempat ini. Orang asing tetap tidak diperbolehkan masuk," tegas lelaki bertubuh kekar itu.

“Ya sudah deh, Hera. Kita cari tempat yang lain saja,” sahut Nay pasrah.

“Eh jangan dong. Tanggung banget kita cari tempat lain,” kata Celin keberatan dengan ajakan Nay.

Hera mengangguk setuju dengan ucapan Celin. Hera tetap meniatkan dirinya masuk ke dalam. Bukan bagaimana, perjalanan menuju ke club telah memakan waktu yang lama. Sia-sia sekali baginya jika mlam ini semua kebahagiaannya rusak karena insiden dilarang masuk di tempat club favoritnya.

“Tidak! Kita harus tetap disini,” tegas Hera.

Hera mencoba menahan dirinya untuk tidak marah. Ia lebih memilih menyelesaikan permasalahan dengan tenang. Hera berniat ingin menghubungi sang pemilik club—Edwin. Namun tanpa ia duga, lelaki itu tiba-tiba saja menampakkan dirinya saat membuka pintu masuk dari dalam.

“Hei, kalian bertiga,” sapa Edwin ramah.

“Wah, Edwin. Baru saja saya ingin menghubungimu. Kamu harus tau, malam ini saya merasa tersinggung karena tidak diperbolehkan masuk ke dalam. Apa begini pelayanan clubmu, Edwin?” tanya Hera dengan wajah memelasnya.

Edwin sudah paham. Tadi di ruangannya ia melihat keberadaan Hera dari CCTV. Makanya ia langsung turun untuk menangani hal tersebut.

“Biarkan mereka masuk, Jos. Saya pastikan mereka tidak akan mengacaukan pesta ulang tahun anak Tuan Fredrick," pinta Edwin pada pengawal.

"Baiklah, Tuan,"

Kehadiran pemilik club membuat Hera dan kedua sahabatnya akhirnya melenggang masuk ke dalam club.

"Kalian kalau ada masalah langsung hubungi saya saja," kata Edwin ramah.

Hera mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi sudut ruangan. Wajah Hera kembali terlihat memelas.

"Ada masalah, Edwin. Sepertinya kamu harus merenovasi clubmu ini lebih luas lagi. Lihatlah… semua kursi telah ada pemiliknya. Apa sudah tidak ada kursi kosong khusus untuk kami bertiga?" cicit Hera sambil melipatkan kedua tangannya di dada.

“Oh, I see. Disana masih ada kosong,” ujar Edwin menujuk kursi kosong yang dimaksud.

Pemilik club itu menujuk salah satu meja yang terdapat empat kursi disana. Posisinya memang paling pojok. Sedikit terhalangi oleh beberapa pengunjung. Terlihat di meja sana hanya ada seorang elaki yang terduduk. Itu artinya Hera dan kedua sahabatnya masih kebagian kursi kosong.

Tak perlu menunggu waktu lama, Hera lalu menarik tangan Celin dan Nay untuk berjalan kesana. Hera terlalu girang malam ini. Belum saja ia terduduk, malah langsung memberi kode ke bartender untuk menghampiri dirinya.

“Whiskey, please,” kata Hera.

“Baik, Nona,”

Kehadiran Hera, Celin dan Nay yang tiba-tiba terduduk di meja bundar itu, sontak menjadi perhatian lelaki itu. Posisi duduk mereka melingkar disana.

“Hei, Nona. Saya baru melihat wajah kalian bertiga. Apa kalian teman dari adiknya Haikal?” sahut lelaki itu.

“Ya," jawab Celin berbohong dan tetap terlihat tenang.

Hera dan Nay saling berpandangan bingung. Tapi detik kemudian, mereka paham jika Celin sedang berbohong. Bukan bagaimana, mereka bukan bagian dari tamu undangan. Jika terlalu jujur, khawatir mereka bertiga akan diusir begitu saja karena dituduh sebagai penyusup.

'Gerak cepat juga nih anak' batin Hera menatap Celin.

Hanya dengan gerakan alis yang dinaikkan oleh Celin saja, membuat Hera semakin paham dan membuatnya sedikit terkekeh-kekeh kecil.

“Waw... ternyata adiknya Haikal mempunyai teman secantik kalian bertiga. Boleh kita berkenalan?” tanya lelaki itu menatap ketiga wanita di depannya secara bergantian. Namun tatapannya lebih intens ke Hera.

“Of course. Hera,” ujar Hera terlebih dahulu mengulurkan tangannya.

“Vero,”

Vero menjabat tangan Hera. Tak lupa Celin dan Nay pun saling berkenalan disana.

Detik kemudian bartender datang. Hera begitu beruforia. Ia malah keterusan meneguk whiskeynya. Bahkan ia terus meminta kepada bartender untuk menuangkan ke gelas champagne-nya berkali-kali.

“Sejak kapan dirimu terlalu candu begini, Hera?” tanya Nay keheranan.

TO BE CONTINUED

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status