Share

Aroma Tubuh

"Aroma tubuh ini... sepertinya aku pernah menikmatinya,"

'Astaga, apa lidahnya begitu tajam merasakan seluruh permukaan kulitku?' batin Hera menjerit.

Desiran bulu kuduk wanita itu mendadak meremang. Tidak! Haikal tidak boleh tau jika dirinya adalah wanita dimalam itu. Persetan sekuat apapun ingatan Haikal, tetap Hera tidak peduli itu semua..

"Maaf, Pak. Jika aroma parfum saya menganggu, nanti akan saya ganti," ucap Hera sopan dan tenang.

Hera mencari alibi agar aroma yang diendus-enduskan oleh Haikal tidak lain adalah aroma parfum white musk miliknya.

"Ah lupakan! Begini, aku tidak suka karyawan wanitaku bersikap centil seperti dirimu tadi. Kalau aku masih melihatmu seperti itu, jangan harap karirmu akan bertahan lama disini!" desis Haikal menatap Hera dengan sorot mata tajam.

Hera menghela nafas dalam hatinya. Ia pikir Haikal mengingat malam panas itu. Untungnya Haikal hanya mempersoalkan hal lain. Hera langsung mengangguk cepat.

"Baik akan saya lakukan, Pak,"

"Silakan keluar,"

Hera sekali lagi mengangguk cepat dan terburu-buru pamit. Tapi lagi-lagi, ternyata Haikal kembali mencegatnya. Atasannya itu langsung memegang pergelangan tangannya. Hera betul-betul dibuat salah tingkah.

"Em… i-iya, Pak?" gugup Hera kebingungan.

"Ganti saja aroma parfummu itu. Aku tak mau mencium bau parfum seperti itu," ucap Haikal berwajah dingin.

Hera tersenyum getir dan mengangguk pelan. Wanita itu segera menutup pintu ruangan Haikal.

***

Merasa sudah aman dari jangkauan Haikal, di lobi yang sunyi, Hera berkali-kali menarik nafas panjangnya. Sikap Haikal tadi membuat jantungnya hampir saja berhenti.

“Apa ada orang yang telah mengejarmu?”

Hera terlonjat kaget dan langsung menoleh ke belakang. Detak jantung yang tadi berpacu kencang karena persoalan Haikal, kembali berpacu kencang karena berhadapan tepat dengan Rey.

“Rey...." sapa Hera sambil menggigit bibirnya. Ia sangat senang diperhatikan oleh Rey.

“Kenapa kamu terlihat tersengal-sengal?”

Rey kembali mengulang pertanyaannya yang belum dijawab Hera. Wanita itu lalu memutar bola matanya dan mencoba mencari alasan.

“Aku berjalan terlalu cepat saking semangatnya bekerja di kantor besar seperti ini,” jawab Hera berbohong.

Rey mengangguk-anggukan kepalanya.

"Baguslah kalau kamu semangat bekerjanya. Tidak sia-sia aku meminta HRD untuk menghubungimu saat kantor ini membutuhkan staff keuangan berpengalaman. Untung saja saat interview dan tes, kamu bisa melewati itu semua,”

Hera mendelik sesaat. Keningnya berkerut mendengar penjelasan Rey. Kepala devisi keuangan itu membuat Hera terheran-heran. Lalu seketika Hera langsung melompat bahagia karena ternyata Rey telah memperhatikan hidupnya secara diam-diam.

“Jadi ini alasannya aku tiba-tiba dipanggil secara istimewa? Ini karena kamu yang mempromosikan aku, Rey?” tanya Hera antusias.

Yang Hera tau, Rey sangat cuek dengan kehidupan pribadi wanita itu. Hera memang baru saja resign di kantor sebelumnya seminggu yang lalu.

Sejujurnya itu membuat Hera pusing tujuh keliling. Tetapi mendengar penjelasan Rey barusan, wanita itu dibuat kaget sekaligus senang. 

 “Rey, aku tidak menyangka jika kamu diam-diam memperhatikanku. Aku senang kamu sudah membuka hatimu untukku,” ucap Hera berwajah semu bukan main.

“Aku hanya berniat membantumu. Jangan berpikir terlalu jauh dan jangan jadi wanita bodoh seperti ini,” jawab Rey datar.

"Wanita bodoh?" tanya Hera lirih.

"Ya. Bodoh karena cinta," jawab Rey enteng. 

Hera tersenyum getir. Lagi-lagi Rey memberikan argumen penolakan pada Hera. Bodoh karena cinta. Anggaplah Hera memang wanita yang paling bodoh di dunia ini. Ia terlalu cinta dan terus mengejar Rey.

Padahal diluar sana, banyak lelaki yang menginginkan diri Hera. Tapi hati wanita itu hanya untuk Rey seorang. Baginya, jatuh cinta itu perlu diperjuangkan. 

Hera ingat bagaimana disaat masa-masa SMA, penampilan wanita itu begitu cupu dan sama sekali tidak menarik. Apalagi Hera bukanlah anak bergelimpangan harta. Tidak ada yang mau menemani dirinya. Hanya Rey yang menemaninya saat masa-masa suram itu.

Masuk di dunia perkuliahan, Hera dan Rey semakin akrab dan menjain hubungan asmara. Namun orang tua Rey sangat tidak setuju hubungan anaknya itu.

Pasalnya Hera hanya berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Tapi karena Rey tidak mematuhi aturan orangtuanya, membuat kedua orangtuanya selalu marah dan akhirnya berujung meninggal terkena serangan jantung.

Sejak saat itu Rey mengutuk dirinya. Ia menganggap kematian ibunya karena kehadiran Hera dalam hidupnya. Akhirnya Rey memberikan gap yang lebar antara dirinya dengan Hera. Ia tidak mau lagi berinteraksi dengan Hera. 

"Rey... apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa menerimaku lagi? Aku mencintaimu, Rey," lirih Hera.

Rey mengangkat kedua tangannya. Ia tak ingin mendengar segala penuturan dari Hera. Tapi sayangnya, Hera bukanlah wanita yang mudah menyerah. Ia yakin suatu saat Rey pasti akan membalas cintanya.

“Aku tidak akan menyerah, Rey. Bagaimana jika takdir justru menyatukan kita? Kamu jangan menolak takdir, Rey," 

Yang Hera tau, hanya satu di dunia ini lelaki yang tulus mendekatinya, hanya Rey. Selebihnya, lelaki lain yang naksir padanya hanyalah melihat apa yang ada pada dirinya.

Hera memang sudah banyak berubah. Penampilannya kini jauh lebih menarik dan bisa menjadi wanita karir. Semuanya tidak lepas pengaruh dari Rey. Walaupun belum sesukses wanita karir lainnya, setidaknya Hera bisa menaikkan derajat ekonomi keluarganya menjadi jauh lebih baik.

Tapi sekuat apapun tekad Hera berjuang mendapatkan hati Rey selamanya, Rey hanya menganggap Hera adalah temannya. Ia tidak mau memberikan peluang untuk menjadikan dirinya sebagai lelaki masa depan bagi Hera. 

“Sudahlah, Hera. Kamu bekerja saja sebaik-baiknya,"

“Rey....” lirih Hera.

Raut wajahnya terlihat teduh menatap manik mata hitam lelaki itu. Tetapi Rey malah melangkah pergi meninggalkan Hera.

***

Semua karyawan Haikal bagian devisi marketing dan dihadiri beberapa kolega perusahaan lain, mendadak heran8 dengan hasil meeting hari ini. Haikal baru saja memimpin rapat dengan hasil yang mengecewakan.

Hasil rapat itu diketahui oleh Rey setelah karyawan lainnya bergosip diluar ruangan. Rey penasaran dan langsung mendatangi Haikal di ruangannya. 

"Hei, apa yang telah terjadi dengan dirimu, Bro?”

Haikal tidak menjawab. Ia malah memijit pelipis matanya sembari memutar dirinya di kusi kebesarannya. Matanya menerawang jauh menatap bangunan pencakar langit dibalik jendela ruangannya.

Sebenarnya Haikal memikirkan segala hal tentang Hera hari ini. Makanya ia tidak fokus dengan rapat pentingnya itu.

“Rey, kamu sudah mengajari banyak hal ke wanita itu? Sorry… maksud saya wanita bernama Hera,” tanya Haikal mengalihkan pembicaraan Rey.

“Haikal! Kau belum menjawab pertanyaanku. Tidak biasanya kamu bersikap acuh jika perusahaan mengalami kegagalan,” ucap Rey penuh desakan. 

“Apa lagi yang mau kau pertanyakan? Perusahaan kita masih ada kesempatan di lain waktu. Kamu tenang sajalah,”

"Tenang katamu? Bagaimana bisa tenang kalau perusahaan sedang bermasalah? Ini tidak main-main Haikal! Sejak kapan kamu terlihat santai seperti ini?" 

Rey menggelengkan kepala emosi. Selama ia bekerja dan selama Haikal menjabat sebagai CEO, pemilik perusahaan yang berjiwa melankolis dan perfeksionis itu, pasti semua pekerjaan terarah dengan baik. 

Jika perusahaan mengalami kerugian seperti itu, dimana investor menarik sahamnya, Rey sebagai direktur keuangan pun merasa tidak terima.

Rey memukul meja dan tidak suka dengan jawaban santainya Haikal.

“Apa karena karyawan baru itu yang membuatmu tidak fokus menjalani meeting penting tadi?” bentak Rey mulai emosi. 

TO BE CONTINUED

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status