Share

Bab 6 Tekad

Penulis: Secret juju
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-22 08:36:18

Sesampainya di unit apartemen, Arga menekan sandi pintu dengan santai. Bunyi klik terdengar sebelum pintu terbuka perlahan, memperlihatkan interior mewah dengan pencahayaan temaram.

Kanara berdiri terpaku di ambang pintu, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Jantungnya berdetak tidak beraturan, rasa takut menyelusup, tapi dia menahannya mati-matian.

Memperlihatkan ketakutan atau kelemahan di hadapan Arga hanya akan membuatnya semakin kehilangan harga diri. Meski, dia sadar… sebagian besar harga diri itu sudah terkubur sejak notifikasi transferan Arga masuk ke layar ponselnya.

Arga sudah lebih dulu masuk, langkahnya santai, seperti pria yang baru saja tiba di rumah usai bekerja. Dia melepas dasi dari leher, melemparkannya sembarangan ke sofa. Lalu, satu per satu kancing kemejanya dia buka perlahan, memperlihatkan tubuhnya yang terlatih.

Tatapan Arga terarah ke Kanara yang masih berdiri di depan pintu, ragu melangkah.

“Kenapa diam saja di situ? Masuk,” ucap Arga, suaranya tenang tapi mengandung perintah yang tak bisa ditawar.

Kanara menarik napas dalam, menegakkan punggungnya. Dengan langkah pelan tapi mantap, dia masuk ke dalam apartemen itu, mencoba menyembunyikan gemetar di kakinya.

“Kamar mandinya di sebelah,” Arga menunjuk pintu di sudut ruangan dengan dagunya.

“Hah?” Kanara mengerutkan dahi, bingung dengan maksud Arga. “Untuk apa?”

“Bersihkan dirimu dulu… sebelum melayaniku,” jawab Arga datar, seolah apa yang dia ucapkan adalah hal paling wajar di dunia.

Kanara tercekat. Ada amarah, ada ketegangan, ada keinginan untuk kabur, tapi dia tetap berdiri di tempat.

“Aku tidak membawa baju ganti,” ucap Kanara, berusaha mencari celah untuk menunda, meski dia tahu… ini percuma.

Arga tersenyum tipis, sinis, tatapannya menelusuri tubuh Kanara dari atas ke bawah. “Siapa bilang kau butuh pakaian malam ini?”

Dada Kanara berdebar hebat, bukan hanya karena takut… tapi karena dia sadar, semua ini sudah dimulai. Dan tak ada jalan kembali.

Kanara melangkah pelan menuju kamar mandi, suara langkah kakinya nyaris tak terdengar, tapi dentuman di dadanya seolah memekakkan telinga sendiri. Setiap detik terasa begitu lambat, setiap helaan napas seperti membawa beban yang semakin berat.

Dia membuka pintu kamar mandi, menutupnya perlahan di belakang punggungnya. Seketika, ruang itu terasa jauh lebih sempit daripada ukuran aslinya. Aroma sabun dan pewangi ruangan mahal menyeruak, tapi tidak ada yang bisa mengusir rasa sesak di dada Kanara.

Tubuhnya berdiri kaku di depan cermin besar. Tatapannya bertemu dengan bayangannya sendiri. Wajah pucat, mata bengkak, dan tatapan kosong yang bahkan tak dia kenali lagi.

Jari-jarinya perlahan bergerak, membuka kancing kemeja satu per satu. Gerakannya gemetar, tapi dia tetap melanjutkan. Setiap helaian kain yang terlepas seolah ikut merobek sisa harga dirinya.

Kanara menunduk, kedua tangannya bertumpu di wastafel. Air mata menggenang di sudut matanya, tapi dia menahannya. Dia tidak boleh lemah, tidak boleh runtuh di sini.

“Demi Ibu…” bisiknya pelan, nyaris tanpa suara.

Dia melepaskan sisa pakaiannya, melangkah ke bawah shower, memutar kran. Air hangat mengalir membasahi tubuhnya, menyapu sisa hujan, sisa rasa takut, tapi tidak bisa membersihkan luka di hatinya.

Tubuhnya gemetar di bawah guyuran air, namun dia tetap berdiri, tetap bertahan.

Di luar sana, Arga menunggu. Dan malam ini… Kanara tahu, dia harus kuat. Atau setidaknya pura-pura kuat, meski dunia dalam dirinya sudah hancur berkeping-keping.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 173 Setelah Badai Reda

    Arga kembali ke rumah sakit dengan langkah cepat, sisa kecemasan masih terasa di dadanya meski pertemuan dengan ibunya memberi sedikit ketenangan. Begitu sampai di depan kamar Kanara, ia berhenti sejenak. Napasnya tertahan, tangannya mengusap wajah, seakan menyiapkan diri untuk apa pun yang mungkin ia lihat di balik pintu.Saat ia membuka pintu perlahan, tubuhnya langsung terpaku.Kanara duduk bersandar di ranjang, posisi setengah tegak. Wajahnya jelas masih pucat, tetapi sorot matanya hangat. Di pelukannya, bayi mereka menyusu dengan tenang. Gerakan Kanara lembut, matanya sesekali menatap anak itu dengan senyum kecil yang tulus.Ketika melihat Arga berdiri di ambang pintu, Kanara tertegun sebentar sebelum tersenyum. Senyum itu sederhana, tapi membuat matanya berbinar, seolah seluruh ruangan ikut terang.“Arga…” panggilnya pelan.Arga tidak langsung menjawab. Hanya berdiri diam, mengunci pandangan pada Kanara dan bayinya seperti takut keduanya akan menghilang jika ia berkedip. Rasanya

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 172 Sang Pendosa

    Arga duduk di kursi pengunjung Lapas, kedua tangannya saling menggenggam di atas meja kecil. Bau logam dan deterjen menyengat ruangan, membuat dadanya terasa sesak. Begitu pintu besi terbuka, Arga langsung berdiri.Jennifer muncul diantar seorang petugas. Rambutnya diikat sederhana, wajahnya tampak lebih tirus, tetapi tatapannya tetap tajam seperti dulu. Ketika melihat kondisi Arga, wajah pucat, mata sembab, dan seragam pasien yang masih ia kenakan di balik jaketnya. Jennifer spontan berhenti melangkah.“Arga?” suaranya merendah. “Apa yang terjadi denganmu—”Belum sempat kalimatnya selesai, Arga tiba-tiba berlutut. Bahkan sebelum Jennifer sempat bereaksi, Arga sudah bersujud di kakinya.Petugas pun tersentak, tapi Jennifer memberi isyarat untuk tidak ikut campur.“Arga. Bangun,” ucapnya cepat, meski suaranya ikut bergetar. Ini bukan Arga yang ia kenal. Anaknya keras kepala, selalu menjaga harga diri. Tidak pernah ia melihat Arga seperti ini, gemetar, menangis, dan kehilangan kendali.

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 171 Yang Terlambat di Sadari

    Arga duduk di kursi tunggu rumah sakit. Telapak tangannya dingin, dan di punggung tangannya masih ada noda darah kering dari infus yang tadi ia lepas paksa. Pintu ruang tindakan tertutup rapat. Suara langkah dokter dan perawat hanya terdengar samar, cukup untuk membuat dadanya makin sesak.Setiap detik terasa seperti menunggu vonis.Langkah cepat terdengar mendekat. Arga menoleh.Athalla muncul dengan setelan jas lengkapnya, dasi masih rapi seolah baru keluar dari ruang sidang. Wajahnya tegang, tapi tatapannya langsung melunak ketika melihat Arga.“Arga…” panggilnya pelan.Hanya satu kata, tapi cukup untuk meruntuhkan pertahanan yang sejak tadi Arga paksa bangun.Ia menunduk lagi, bahunya bergetar. Air mata yang ia tahan di hadapan Kanara akhirnya jatuh juga. Pelan, tapi tidak bisa dihentikan. Bukan tangis pecah, hanya kelelahan, ketakutan, dan kecemasan yang akhirnya menemukan tempatnya.Athalla mendekat tanpa banyak tanya. Ia duduk di samping Arga, lalu menepuk bahunya pelan, sekali

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 170 Antara Hidup dan Mati

    Waktu terasa berjalan lambat. Kontraksi datang semakin dekat dan semakin kuat, membuat Kanara hampir tidak sempat menarik napas dengan benar. Setiap kali rasa sakit itu datang, tubuhnya refleks menegang dan membungkuk.Arga tetap berada di sampingnya tanpa berpindah sedikit pun. Genggaman tangan Kanara pada dirinya makin erat, sementara napas Arga sendiri tidak kalah kacau, seakan ikut merasakan setiap gelombang rasa sakit yang menyerang perempuan itu.“Bu Kanara, saya periksa lagi, ya,” ujar dokter.Kanara mengangguk. Perawat membantu memposisikan kakinya. Begitu dokter memulai pemeriksaan, Kanara mengerang pelan, menahan rasa tidak nyaman.Beberapa detik kemudian, raut dokter berubah serius.“Pembukaan lengkap,” katanya tegas. “Kita mulai proses mengejan sekarang.”Arga menegang seketika. Kanara menutup mata, mencoba menstabilkan napasnya yang tersengal.“Sekarang?” tanya Arga, suaranya terdengar pecah meski berusaha tenang.“Ya. Bayinya sudah turun.”Dokter dan perawat bergerak cep

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 169 Kontraksi

    Baru beberapa langkah keluar dari kamar mandi, Kanara tiba-tiba berhenti. Tubuhnya menegang, tangannya otomatis meraih lengan Arga.“Arga…” suaranya bergetar.Arga melihat ke bawah, cairan hangat mengalir dari sela kaki Kanara, deras dan tidak bisa dihentikan. Mata mereka saling bertemu, dan kepanikan langsung muncul di wajah Kanara. “Air ketuban,” bisik Kanara, hampir tidak percaya.Arga tidak menunggu penjelasan tambahan. Ia langsung meraih pinggang Kanara dan membopongnya. Rasa ngilu di perutnya menusuk, tapi ia tidak memberi ruang untuk itu. Fokusnya hanya pada Kanara.Ia membaringkan Kanara di ranjang pasien miliknya, membetulkan posisi tubuh perempuan itu agar nyaman. Kanara mengerang pelan, memegangi perut yang kembali menegang.Kanara menggenggam lengan Arga erat. “Arga, sakitnya beda.”“Aku tahu.” Suara Arga rendah, sukar disamarkan ketegangannya. Ia menangkup pipi Kanara sebentar, mencoba memastikan perempuan itu tetap melihatnya. Arga berdiri di samping ranjang, bingung se

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 168 Ciuman di Kamar Mandi

    Arga kembali menautkan bibirnya pada Kanara. Kali ini ciumannya lebih dalam, lebih yakin, seolah seluruh rindu yang terpendam sejak malam itu akhirnya menemukan tempatnya. Kanara membalas dengan lembut, satu tangannya bertumpu pada bahu Arga, sementara yang lain terangkat menyentuh rahangnya.Arga menggeser kepalanya sedikit, mencari sudut yang lebih nyaman, mencium Kanara perlahan namun intens. Napas mereka berbaur, hangat dan saling mengejar. Sesekali Kanara mengeluarkan napas kecil yang terputus, membuat Arga semakin menahan pinggangnya dengan hati-hati agar ia tetap berada dekat.Kanara merapat sedikit, mencium Arga kembali. Kali ini lebih berani. Jemarinya menyentuh tengkuk Arga, membelai rambut pendek di sana. Arga menahan napas, matanya terpejam, menyesap moment itu seolah takut semuanya hanya mimpi.“Pelan dikit,” bisik Arga di sela ciuman, suaranya rendah dan agak terputus karena menahan sakit di perutnya. “Lukaku masih sedikit ngilu.”Kanara tertawa kecil, ujung hidungnya ha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status