Share

Beken 4

*Happy Reading*

Menanggapi pernyataan Pak Aksa aku pun memutar mata jengah, seraya menyandarkan diri dengan kasar pada sandaran kursi.

"Saya juga heran sama Bapak. Sudah tahu ditolak, masih aja gigih maksa. Kek gak ada cewek lain aja diluaran sana. Kenapa? Situ kurang laku?" balasku dengan berani, membuat mata Pak Aksa melotot horor setelahnya.

'Nah, kan? Emang enak di balikin! Pokoknya, lo jual gue borong, Bang!'

"Kamu jangan sembarangan, ya! Gini-gini yang ingin jadi istri saya banyak!" 

Akhirnya dia pun marah. Namun, aku sudah tidak perduli. Karena aku sudah malas berurusan dengan pria pemaksa seperti dia. 

"Ya, kalau gitu. Kenapa Bapak gak pilih wanita-wanita itu aja? Kenapa harus maksa saya, yang jelas-jelas nolak?"

"Karena Tita hanya mau kamu!"

"That's the poin!" sahutku cepat, menjentikan jari dengan keras, sebelum menunjuk wajahnya.

"Dari awal saya sudah bisa menebak niat bapak sebenarnya apa, hingga meminta saya menjadi pacar, bahkan menikah dengan Bapak? Semuanya karena Tita, kan? Bukan karena Bapak sendiri menginginkan saya!" terangku dengan gamblang. 

"Lalu masalahnya di mana? Wajar kan kalau saya lebih mengutamakan kebahagiaan anak saya?" jawabnya enteng sambil melipat tangan di atas dada dengan jumawa.

"Memang wajar, tidak ada yang salah kok, dengan hal itu. Hanya saja coba Bapak pikir. Dalam rumah tangga itu, bukan hanya ada ibu dan anak saja. Tapi ada juga suami dan hari tua." Aku mencoba menjelaskan.

"Nah, sekarang Bapak bayangkan. Jika Bapak menikahi saya hanya karena Tita. Saat Tita sudah beranjak dewasa dan pergi jauh dengan keluarga kecilnya. Yang tertinggal itu hanya saya dan Bapak saja. Tapi jika dari awal saja Bapak tidak menginginkan saya, akan bagaimana saya melanjutkan rumah tangga itu dengan Bapak? Bercerai diusia senja jelas itu bukan pilihan bijak. Tapi tetap bertahan pun rasanya .... Haaah ...." Aku membuang napas kasar dan menggeleng pelan tak habis pikir. "Saya gak akan sanggup menjalani hidup seperti itu, Pak. Jadi sorry. Saya tetap menolak tawaran Bapak!" Finalku Akhirnya, membuat Pak Aksa terdiam cukup lama.

Entah apa yang sedang dia pikirkan. Yang jelas, aku berharap dia mengerti tentang keputusanku ini. Semoga.

"Saya akan belajar mencintai kamu."

Kukira, dia sudah menyerah. Ternyata dia masih bersikukuh. Membuat aku kembali mendesah lela untuk kesekian kalinya.

Susah memang kalau ngomong sama karet gelang yang dikasih nyawa. Gak akan ada yang mempan. Mental semua! 

Karet gelangnya punya duit banyak lagi. Makin susah deh, untuk dibuat mengerti. Arogan!

"Gak usah sesumbar. Kalau memang Bapak bisa melakukannya. Lakukan saja dan berikan bukti. Simple, kan?"

Semerdeka dia aja lah. Sudah capek aku ngadepinnya.

Pak Aksa malah menaikan alisnya sebelah, sambil menatapku dengan lekat. Wajahnya seperti meremehkan ucapanku barusan. 

"Memang kamu mau bukti apa dari saya? Katakan saja. Saya--"

"Papa!"

"Eh, Tita. Ya ampun!" 

Belum sempat Pak Aksa melanjutkan ucapannya. Tita tiba-tiba sudah menerobos masuk. Diikuti Mbak Laras yang tadi di minta menjaganya.

Duh, kloningnya si Bella. Sama-sama suka bikin rusuh!

"Maaf, Pak. Tadi saya sudah berusaha melarang Tita masuk. Tapi Tita--"

"Tidak apa-apa," sela Pak Aksa cepat, mengangkat tangan ke arah Mbak Laras, kemudian menempatkan Tita pada pangkuannya.

"Kenapa, Tita? Sepertinya hari ini kamu kesulitan mendengar dan mematuhi permintaan Papa, ya? Ada apa? Tita mau apa?" 

Pak Aksa pun mengalihkan perhatiannya pada Tita, dan bertanya dengan nada lembut sekali. Membuat malah Mbak Laras yang kayaknya ikutan baper.

'Lah, Mbak Laras kenapa? Tita yang ditanya lembut. Dia yang mesem sendiri. Situ sehat, Mbak?' Aku hanya bisa membatin melihat hal menggelikan itu.

"Abis Papa lama. Tita kan pengen main sama Tante Artis."

Eh? Kok, aku?

"Tapi Tante juga mau kerja abis ini, Tita. Jadi, kayaknya gak bisa nemenin Tita." Aku pun ikut buka suara. Karena namaku sudah dibawa-bawa.

"Loh, katanya kita mau beli batangan? Tante gimana, sih?"

Waduh!

"Batangan? Maksudnya?" Pak Aksa bertanya seraya menautkan alisnya dengan bingung.

"Iya, Pah. Tadi pas Tita sampai ruangan Tante Artis. Tita dengar, Tante suka batangan. Makanya Tita ajakin beli bareng. Kan Tita juga suka batangan."

Mampus gue!

Pak Aksa pun lalu melirikku penuh arti. Dan mengulum senyum dengan menjengkelkan dibelakang tubuh Tita. 

Sial! Mikir apa dia?

"Kenapa? Saya memang suka coklat batangan, kok. Ada masalah?" Aku pun mau tak mau memberi penjelasan dengan gamblang. Agar otak dudanya tidak travelling ke mana-mana. 

"Okeh ... okeh. Saya mengerti kok, Devia. Saya juga punya batangan kalau kamu mau."

Uhuk!

Seketika Mbak Laras pun terbatuk-batuk di tempatnya. Syok dengan jawaban frontal dari Pak Aksa barusan.

Sementara aku? Langsung melotot penuh peringatan pada duda gila itu. Mentang-mentang sudah pernah menikah. Nyambungnya ke mana-mana kalau bahas batangan. 

"Eh, astaga! Maksud saya coklat batangan. Jangan salah paham, okeh!" Dia meralat ucapannya dengan segera. Namun, tidak terlihat merasa bersalah sama sekali. 

Yang ada. Pria itu malah dengan berani mengedip nakal padaku. Membuat aku ingin sekali mencolok mata jahilnya barusan. 

Dasar duda sableng!

"Ah, bapak bisa saja." 

Bukan aku yang menjawab. Melainkan Mbak Laras, yang kini wajahnya sudah merona merah. Dengan senyum malu-malu seperti anak perawan baru bertemu gebetan. 

Fix! Aku rasa Mbak Laras pasti suka dengan Pak Aksa. Tapi, wajar sih. Mbak Laras juga janda dan ....

Eh, kenapa tidak aku jodohkan saja mereka, ya?

"Papa ayo, pulang! Sama Tante artis juga. Tita gak suka ada di sini."

Aku lupa. Masih ada Tita yang harus aku taklukan dan sebisa mungkin aku alihkan agar tidak lagi mengincarku sebagai mama barunya. Karena di sini, memang dialah alasan utama kegilaan Pak Aksa. 

Jadi, jika Tita sudah berubah haluan. Aku yakin Pak Aksa pun akan ikut ke mana Tita menjatuhkan pilihan. 

"Eh, gak suka kenapa, Tita?" Mbak Laras tampak penasaran. 

"Soalnya Tante genit banget lirikin Papa Tita." Tita menunjuk Mbak Laras dengan berani. "Kan, nanti Tante artis cemburu," lanjutnya lagi. Seketika membuat aku terserang sesak napas dadakan. 

Hancur sudah karierku!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nazwa Chairunnisa
wkwkwk Tita jujur bgt deh ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status