แชร์

Over Protective (2)

ผู้เขียน: Strawberry
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-19 21:16:38

Di satu sisi, Leonardo melindunginya dari stres yang tidak perlu. Tapi di sisi lain, Isabella merasa perlahan-lahan terpisah dari impiannya sendiri—La Belle seakan berjalan tanpa nahkodanya yang sebenarnya. Dia memimpin, ya, tapi dari belakang tembok kaca yang dibangun oleh kekhawatiran Leonardo.

Saat video call berakhir, Isabella memandangi luar jendela. Pencapaiannya dengan Ricci Enterprises terasa begitu solid dan nyata. Tapi perjalanannya dengan La Belle, yang seharusnya penuh dengan kegembiraan dan kreativitas, kini terasa jauh dan terfilter.

Leonardo mendekatinya, mengecup puncak kepalanya. “Tadi meetingnya lancar. Koleksinya looks amazing.”

“Ya,” bisik Isabella, menatapnya. Ada air mata yang menggenang di matanya. “Tapi itu terasa seperti melihatnya dari museum, Leo. Bukan menjadi bagian di dalamnya.”

Wajah Leonardo berubah. Dia berlutut di depannya, menggenggam tangannya. “Aku hanya… aku tidak bisa kehilangan kamu lagi, Bella. Aku tidak kuat.”

Isabella mengusap pipinya. “Aku t
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Pertemuan Penuh Jebakan

    Ruang konferensi di lantai 25 gedung perkantoran itu terasa begitu dingin. Udara AC yang menyengat seakan menyelimuti setiap sudut ruangan dengan ketegangan yang nyaris bisa dipegang. Nora duduk di seberang meja dengan wajah yang dingin dan penuh percaya diri. Di sampingnya, Antonio terlihat tidak nyaman, matanya menghindari tatapan Leonardo.Tapi yang paling menarik perhatian adalah pria bertato yang duduk di belakang mereka. Pria itu tidak memperkenalkan diri, hanya duduk diam dengan tatapan yang mengamati setiap gerak-gerik di ruangan itu. Tato di lehernya yang bergambar ular seakan hidup dalam cahaya lampu fluoresen."Kita mulai saja," ucap Riccardo Mancini, pengacara Nora, dengan suara yang tidak beresonansi. "Kami menuntut pengakuan bahwa tambang Carrara adalah warisan keluarga, dan klien saya berhak atas 50% kepemilikan."Francesco langsung membalas, "Dokumen-dokumen ini membuktikan bahwa tambang tersebut adalah milik pribadi almarhum ayah Tuan Leonardo, bukan warisan keluarga.

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Peringatan Misterius

    Isabella menatap ponsel itu, jari-jemarinya gemetar. "Siapa yang mengirim peringatan ini? Apa maksudnya?"Leonardo mengambil kembali ponselnya, mengecek nomor yang tidak dikenal itu. "Aku tidak tahu, Belle. Tapi suaranya terdengar serius. Sangat serius."Mereka saling memandang, ketegangan yang tadinya sudah sedikit mereda kini kembali dengan kekuatan yang berlipat ganda. Peringatan itu begitu spesifik—jangan bawa anak-anak. Bukan "hati-hati" atau "waspada," tapi perintah langsung yang menyasar si kembar."Apakah kita harus membatalkan pertemuan besok?" tanya Isabella, suaranya bergetar.Leonardo menggeleng, meski raut wajahnya masih dipenuhi keraguan. "Tidak. Tapi kita akan meningkatkan pengamanan. Si kembar tetap di sini dengan dua pengawal tambahan. Dan kita..." dia menarik napas dalam, "kita harus siap untuk segala kemungkinan."Isabella menatap kedua anaknya, “Leo … aku rasa menambah dua pengawal tirka akan cukup. Aku akan memastikan keamanan gedung ini juga berlapis.” Ungkap Isa

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Perjalanan

    Pagi di Tuscan datang dengan cahaya keemasan yang menyapu bukit-bukit zaitun. Namun, villa yang biasanya dipenuhi tawa riang pagi hari, kali ini diwarnai oleh kesibukan yang berbeda. Dua mobil SUV hitam sudah terparkir rapi di halaman, mesinnya telah menyala dengan lembut. Pengemudi dan pengawal pribadi mereka sudah siap di posisinya masing-masing.Isabella dengan cekatan mengawasi pengasuh yang membawa tas terakhir si kembar. Leandro dan Ginevra, dengan seragam kecil mereka yang lucu, tampak antusias dengan "perjalanan jauh" yang akan mereka lakukan. Bagi mereka, ini seperti petualangan baru.Mereka tertawa menggemaskan."Semua sudah siap, Belle?" tanya Leonardo dari belakang. Suaranya tenang, tapi Isabella bisa merasakan ketegangan yang masih tersisa."Semua sudah siap," jawab Isabella sambil menoleh, memberikan senyum meyakinkan. "Mereka bahkan membawa selimut favorit Ginevra dan truk mainan Leandro."Leonardo mengangguk, matanya memandang sekeliling villa mereka seolah-olah mengam

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Ketenangan Yang Harus Dibayar Mahal

    Leonardo menengadahkan kepalanya ke atas, menarik napas panjang sebelum akhirnya meletakkan HP-nya di atas meja kopi. Suara "tik-tik" jam dinding di ruang keluarga seakan mengingatkan betapa waktu terus berjalan, meninggalkan mereka dengan keputusan yang harus segera dibuat.“Apa kita harus pergi ke sana dan kita selesaikan semuanya dengan baik?” Tanya Isabella, memegang bahu Leonardo pelan. Suaranya lembut, penuh pertimbangan.“Ke Milan?” tanya Leonardo, matanya masih tertutup rapat seolah berusaha mencari jawaban dari kegelapan.“Iya,” Isabella mengangguk, jari-jarinya dengan lembut memijat pundak suaminya yang tegang. “Di sini semuanya serba salah. Aku gak mau kamu jadi kepikiran terus. Lebih baik kita hadapi langsung di Milan, urus semua dokumen dengan Francesco, dan temui Bibi Nora dengan persiapan yang matang.”Leonardo masih bergeming. Dia membuka matanya, memandang keluar jendela di mana sinar matahari pagi mulai menyinari kebun zaitun mereka. Di kejauhan, Ginevra dan Leandro

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Belum Selesai

    Keesokan harinya, ini adalah hari yang mendebarkan. Leonardo bukan takut untuk membagikan hartanya atau bagaimana, namun dalam hal ini memang Antonio tidak memiliki hak sama sekali.Mungkin, jika kesepakatan tidak didapatkan Leonardo akan menawarkan jabatan seperti yang Isabella usulkan atau salah satu anak perusahaan yang dirintisnya sendiri.langit Tuscan masih menunjukkan wajah cerahnya. Namun, ada sesuatu yang berbeda di udara—semacam ketegangan halus yang menggelayuti villa mereka. Isabella sudah bangun lebih awal, seperti biasa. Dia menyiapkan sarapan sambil sesekali melirik jam dinding. Hari ini adalah hari terakhir tenggat waktu Antonio.Leonardo turun dengan langkah yang agak berat. Meski tidurnya nyenyak berkat kehadiran Isabella, beban pertemuan hari ini masih terasa."Selamat pagi, Sayang," sapa Isabella, mencium pipi Leonardo yang masih beraroma wangi sabun mandi."Pagi, Belle," jawab Leonardo, duduk di antara Leandro dan Ginevra yang sedang asyik dengan bubur mereka.Sar

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Strategy dan Kesadaran

    Keesokan paginya, mentari menyapa Tuscan dengan lembut. Namun, ketenangan pagi itu sedikit terganggu oleh bayangan tenggat waktu yang diberikan Antonio. Isabella sudah bangun lebih awal. Dari dapur, aroma kopi dan pancake hangat memenuhi ruangan. Leonardo turun dengan wajah yang masih menyisakan letup-letup kecemasan, tetapi lebih tenang daripada kemarin.“Selamat pagi, sayang” Sapa Isabella menyambut kecupan singkat Leonardo di bibirnya.“Aku memang sangat beruntung memilikimu, Belle!” ucap Leonardo mengambil posisi duduk di antara Leandro dan Ginevra yang sudah duduk manis di High-Chairnya.“Aku lebih beruntung, Leo!” Ucap Isabella, tangannya sudah mulai gesit dan terlatih melayani suaminya. Menuangkan kopi dan menyajikan pancake dengan maple syrup di atasnya serta irisan buah segar.“Selalu istimewa” puji Leonardo, padahal menu itu hampir tiap hari terhidang.“Leo…tentang kasus dengan sepupumu itu…..”Leonardo menoleh.“Kita harus bertindak, Leo,” ucap Isabella meletakkan piring di

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status