Ponsel di dalam genggaman Lysia terjatuh menimpa aspal. Rambutnya yang terurai dengan rapi itu mendadak terkibas oleh hembusan angin menerpa secara tiba-tiba. Menyapa wajah Lysia yang tercengang luar biasa dengan kabar yang barusan dia dengar.
(Tidak ada yang selamat … orang tuamu sudah tiada)Felysia Kirania dibuat syok setengah mati setelah mendapatkan kabar terburuk di dalam hidupnya. Orang tuanya dinyatakan tewas di dalam kecelakaan maut itu, sehingga membuat hatinya hancur berkeping-keping, setelah mendengar kabar dari pihak kepolisian."Mama!Papa!" jerit Lysia menggelegar.Deraian air mata perlahan mulai membasahi pipi Lysia. Gadis itu merenungi nasib pilu yang kini menimpa, mengiris hati sampai benar-benar terluka. Tubuhnya lemas tidak berdaya. Lysia terus meraung meratapi kepergian kedua orang tuanya sembari memeluk dirinya sendiri."Ini tidak mungkin terjadi. Tidak, tidak mungkin sampai begini," jerit Lysia pilu dan langsung menangkup kedua telinganya. Berharap apa yang sudah didengarkan itu hanya sebuah angin lalu.Seseorang yang menjadi sahabatnya langsung merangkul tubuh Lysia yang sedang bersimpuh di pinggir jalan raya sambil menangis."Yang sabar Lysia, ayo kita pergi ke tempat kejadian," ajak Arini sang sahabat. Memboyong tubuh Lysia untuk membawanya melihat jenazah kedua orang tua Lysia yang ada di tempat kejadian.Dengan langkah yang gontai, akhirnya Lysia pun dibantu pergi ke tempat kejadian kecelakaan kedua orang tuanya.Setelah sampai di tempat kejadian … tubuh Lysia bergetar hebat dengan tangan yang menutupi mulutnya. Dia tidak sanggup untuk melihat jenazah kedua orang tuanya itu."Aku tidak sanggup, Arini," ucap Lysia kepada sahabatnya."Kuatkan dirimu, Lysia," balas Arini, dia selalu ada untuk Lysia dan sekarang sedang mengelus punggung Lysia. Arini mencoba untuk memberikan semangat kepada Lysia agar bisa tegar menghadapi semua ini.Akhirnya setelah beberapa saat Lysia pun turun dari mobil dan mencoba untuk melihat kedua orang tuanya yang hendak dibawa ke atas brankar untuk segera dibawa ke rumah sakit."Tunggu sebentar." tahan Lysia berteriak kepada para petugas yang hendak membawa kedua jenazah itu untuk dimasukkan ke dalam mobil ambulans.Setelah dekat, Lysia pun mencoba untuk membuka kain yang menutupi tubuh kedua orang tuanya dengan tangan yang kaku serta bergetar hebat.Melihat reaksi dari tubuh Lysia membuat kedua petugas itu langsung menahan tangan Lysia."Jangan dibuka, Mbak. Kondisinya begitu mengenaskan. Mbak, tidak akan kuat, bahkan wajahnya tidak bisa dikenali karena tertutup oleh luka," terangnya.Seketika Lysia pun kembali merasa terlumpuhkan … tubuhnya ambruk ke tanah dan langsung menjerit melihat kedua jenazah kedua orang tuanya itu dimasukan ke dalam ambulans. Bahkan dirinya tidak sanggup membuka kain penutup itu."Arrrrggghhhhhh Mama! Papa! Kenapa kalian meninggalkan Lysia sendiri disini?" teriak Lysia dengan hati yang teriris pilu melihat kepergian kedua orang tuanya."Kuatkan dirimu, Lysia … kuatkan dirimu," ucap Arini kepada Lysia.Arini kembali merangkul tubuh Lysia yang sedang meratapi kepergian kedua orang tuanya. Sungguh keadaan jenazah kedua orang tua Lysia sangat mengenaskan.Setelah pemakaman tadi sore, saat ini Lysia termenung dalam sepi terdiam dalam heningnya malam. Saat ini dia sedang berdiam diri sendiri diatas gelapnya langit malam. Tidak ada satu orang pun yang menemani Lysia membuatnya harus bisa melewati kelamnya malam ini sendiri."Kenapa Mama dan Papa meninggalkan aku secepat ini?" gumam Lysia.Masih terus terbayang dan terngiang akan pesan kedua orang tuanya sebelum kejadian kecelakaan tadi siang. Yaitu kedua orang tuanya hendak mengurus surat -surat penting yang dikatakan bahwa hal itu untuk masa depan mereka semua. Yang jelas Lysia pun tidak tahu apa yang hendak mereka urus. Sayang seribu sayang, sejam kemudian kedua orang tuanya langsung saja tiada dengan tragis setelah mengatakan itu kepada Lysia.Lysia menatap sebuah foto yang menunjukan sebuah kebahagiaan. Terlihat ada gambar mama dan papanya yang tersenyum di balik kertas itu.Lysia pun mengelus album tersebut dengan jari tangannya."Aku menyayangimu Mama, Papa," gumam Lysia.Lysia berada di balkon sendirian dan meneteskan butiran air mata. Lalu, dia pun memejamkan mata sambil memeluk foto kedua orang tuanya.***Lysia mulai merasakan kehangatan, matanya mulai tersinari cahaya matahari yang menyilaukan. Lysia pun membuka matanya yang terlihat bengkak dan langsung mencoba untuk beranjak duduk."Oh, ya ampun. Aku ketiduran disini," gumam Lysia. Rupanya hari sudah pagi dan Lysia telah ketiduran di balkon dari kemarin malam.Lalu, dia pun meraih foto yang sempat disimpan di sampingnya."Aku memang sangat terluka dengan kepergian kalian. Akan tetapi, aku harus tetap menjalani hari ini," ucap Lysia.Dia pun berdiri dan berjalan menuju ke arah kamar, karena berniat untuk membersihkan diri.Lysia mengitari rumah mewah ini sendiri, rupanya dia teramat merasa kesepian. Lalu, Lysia pun menuruni tangga dan menatap sebuah ruang tamu, yang rupanya disana terbayang akan kenangan bersama kedua orang tuanya."Kenangan kalian berdua akan terus berada di tempat ini, juga akan selalu ada di hatiku."Saat ini Lysia mengenakan sebuah one set skirt berwarna Navy. Dia bingung hendak melakukan apa setelah orang tuanya tiada."Bagaimana sekarang? Apa yang harus aku lakukan?" lirih Lysia menatap sebuah foto besar yang menggantung di dinding.Lysia melamun dengan penuh bayangan ilusi yang ada di dalam benaknya. Tiba-tiba saja kesadarannya terkumpul saat suara bel berbunyi.Ting … Neng …"Siapa yang datang kemari?" gumam Lysia beranjak dari tempatnya dan mencoba untuk berjalan mendekati pintu.Ceklek ….Lysia terkejut, melihat sebuah kumpulan pria bertubuh kekar serta memakai pakaian serba hitam ada di hadapannya sekarang dan menjadi tamu pagi di kediamannya."Ada apa? Siapa kalian?" ucap Lysia.Lysia kebingungan melihat kelompok orang itu yang ada di hadapannya. Mereka terlihat seperti kelompok orang-orang yang jahat karena tampangnya yang bringas."Kami datang kemari untuk membawa Anda," jawabnya membuat Lysia menelan saliva."Membawa saya? Membawa kemana?" tanya Lysia perlahan mulai mundur. Namun, para pria berbadan kekar itu malah melangkah maju dan hendak memasuki rumah."Heh, mau kemana kalian? Tolong jangan berbuat macam-macam." ancam Lysia dia mulai ketakutan dengan kelompok pria bengis yang berbaris lima orang itu."Tolong ikut kami dengan tenang, atau kami paksa untuk membawa Anda," ucap salah satu pria yang berada di tengah barisan.'ya ampun, mama … papa … siapakah orang-orang ini?' dalam batin Lysia dia mulai berpikir mungkinkah orang yang ada di hadapannya ini adalah orang-orang jahat?Lysia langsung berteriak, "Kalau tidak ada keperluan penting. Tolong pergi dari sini! Saya sedang tidak ingin menerima seorang tamu."Mendengar ucapan dari Lysia, para pria berbadan kekar itu malah menyunggingkan senyuman dan malah menerobos masuk ke dalam rumah."Hey, jangan berani masuk!" tahan Lysia.Kelompok pria itu tidak mendengarkan ucapan Lysia dan malah mencoba untuk menangkap tubuhnya."Heh apa yang akan kalian lakukan?" tanya Lysia yang mulai ketakutan.Kelima pria itu malah langsung mengejar Lysia yang mulai menghindari mereka.Lysia ketakutan dan terus berlari sampai-sampai menabrak semua benda yang ada. Lysia melihat ada sebuah pisau menancap di buah apel di atas meja makan. Dia pun langsung meraih pisau itu dan mengacungkannya kepada para pria yang mengejar."Diam disana atau aku habisi kalian–Arghhhh!"Lysia menusukan senjata pisau yang dia pegang kepada salah satu orang yang ada di hadapannya. Namun, ada sebagian dari mereka langsung menghimpit tubuhnya dan merampas pisau itu."Lepaskan saya! Kalian siapa!" teriak Lysia dengan tangan yang dipegang oleh dua orang. "Berani sekali Anda melukai tangan rekanku. Awas saja, Anda akan mendapatkan balasannya dari tuan kami. Ayo bawa dia cepat!" perintah dari salah satu kelompok orang itu. Yaitu pemimpin kelompok orang yang akan membawa Lysia pergi."Tuan siapa, hah? Jadi, kalian itu adalah suruhan seseorang? Kalian ingin menculikku kah?" tanya Lysia sambil masih memberontak karena ingin melepaskan diri.Mulut Lysia langsung ditempelkan lakban berwarna hitam oleh penjahat itu dan tangannya langsung diikat tali. "Anda akan mengetahui setelah sampai ditempat tuan kami. Jadi, bersiaplah," sahut pemimpin dari kelompok berbaju hitam itu. Tubuh Lysia di panggul dan dibawa ke luar rumah. "Hmmm … Mmmmm …." Lysia mencoba berontak dengan tubuh ya
"Menikah apanya? Kenal juga tidak," balas Lysia mendelik kesal, "Siapa anda yang seenaknya mengatakan hal itu?" bentak Lysia kepada Ivander.Ivander mulai kesal dengan sikap gadis yang jual mahal ini. Selama ini dia tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar dari perempuan yang ditemuinya.Ivander pun yang kesal langsung kembali ke arah kursi dan terduduk disana dan menumpangkan kaki sambil menyalakan batang nikotin yang ada di sebelahnya. Ivander menatap tubuh Lysia yang masih berdiri ditempat. Mengurut rahang saat melihat lekukan tubuh Lysia dengan tatapan misterius. Sehingga membuat Lysia merasa risih dan tidak nyaman, dan dengan refleks Lysia pun langsung mencoba menutupi lekuk tubuhnya dengan map yang ada di atas meja.Ivander tersenyum smrik, "Kedua orang tuamu sudah menjualmu untukku, jadi persiapkan diri untuk menjadi istriku!"Lysia terkesiap. Bagai tersambar petir di siang bolong membuat Lysia membeku untuk sesaat. "Tidak!" Bantah Lysia, "anda tolong ya jangan macam-macam! J
Lysia yang sedang merenung tiba-tiba melihat para maid yang masuk ke dalam kamarnya."Silahkan dipakai ini, Nona," ucap maid tersebut dan meninggalkan Lysia yang masih terduduk di bawah ranjang. Lysia menatap sebuah gaun pernikahan yang berwarna putih dengan balutan mutiara indah. Menatap itu rasanya begitu kesal dan menjengkelkan karena dia tidak mau menikah dengan pria yang bernama Ivander. "Ayo berdiri biar saya bantu," ucap maid ingin membantu Lysia mengenakan pakaian itu. "Pergi saja, saya bisa bersiap sendiri." tolak Lysia. "Tapi … nanti Pak Ivander akan marah, kalau anda terlambat Nona.""Tidak akan, saya bisa memakaikannya sendiri kalian pergilah dari sini!" Setelah maid yang menyimpan pakaiannya itu pergi. Lysia langsung saja berdiri dan menginjak gaun pengantin yang telah disediakan untuknya. "Dasar sialan, aku sama sekali tidak akan pernah mau untuk mengenakan pakaian ini."Lysia pun merobek, mencabik dan menginjak-injak dress indah itu. Dia begitu kesal setengah mati
Lysia ingin sekali rasanya berlari pergi untuk menghentikan aksi yang menyeramkan yang dilakukan oleh Ivander. Namun, nyalinya sudah lenyap.Lysia tidak bisa melakukan apapun dan menyaksikan penyiksaan yang terus dilakukan oleh Ivander membuat dia lemah dan ketakutan.Sedangkan Ivander, dia terus saja memukul, merobek dan mencabik tubuh pria yang ada di hadapannya itu, lalu menjambak dan mematahkan lehernya di hadapan Lysia. Ivander meraih sebuah pedang samurai yang sudah disediakan oleh anak buahnya. Saat ini sudah berada di tahap penghabisan. Ivander akan mengakhiri nyawa orang yang sudah mengkhianati dia. "Aku peringatkan ini, Lysia. Jangan pernah mencoba untuk lari dariku agar kau tidak bernasib sama seperti dia." ancam Ivander.Mata Lysia membola, dia terus saja menelan salivanya dengan susah payah. Melihat Ivander yang memegang senjata pedang samurai itu membuat Lysia tahu apa yang akan dilakukan oleh Ivander.Lysia mulai melangkah mundur, perlahan tapi pasti, dia tidak ingin
Mata Lysia yang lentik itu membola, dia tercengang mendengar apa yang telah diucapkan oleh pria dihadapannya ini. Tentu saja, ini adalah pilihan yang teramat sulit untuk seorang gadis yang bernama Lysia. "What?" Lysia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Sedangkan Ivander, malah terlihat santai sambil bermain dengan para wanita yang ada di sampingnya. "Itu adalah kedua pilihan yang bisa kau ambil! Menjadi istriku atau menjadi jal*ng?" Ivander kembali mengucapkan kedua pilihan itu sambil menyeringai. Lysia dengan susah payah menelan salivanya, dia tertegun dengan berbagai pikiran yang membuat otaknya sakit. "Tidak adakah cara lain–""Cukup! Jangan banyak bicara lagi! Lebih baik kau pilih salah satu diantara itu," bentak Ivander sambil menggebrak meja.Lysia menjadi begitu gugup, tubuhnya bergetar dan berusaha untuk dia tahan. Andai bisa, rasanya saat ini dia ingin menjerit dan menangis dengan apa yang sudah terjadi. Bagaimana bisa dia menjadi jalang? Bagaimana mungkin dia men
Lysia tercengang, apa-apaan ini? Seorang pria tua memasuki kamar Lysia? Pria itu terlihat gendut dengan perut buncit yang memenuhi bagian kemejanya. Sial, melihat dari wajahnya … pria tua Bangka ini rupanya pelanggan yang ingin membeli Lysia malam ini. Mami Breta terlihat sedikit kaku, dia melirik ke arah Lysia dan memberikan isyarat agar Lysia tersenyum. 'Sialnya Lysia masih belum siap, tapi pak Kusumo sudah datang. Semoga saja tidak ada masalah untuk ini,' dalam batin mami Breta. "Pak Kusumo, ini adalah Lysia," ujar Mami Breta.Pak Kusumo menatap dengan seringai aneh dan melecehkan Lysia. Memandangnya dari atas sampai bawah sambil mengusap-usap dagunya sendiri. Mungkin pria tua ini sedang berimajinasi hal lain. Lysia mengatur nafasnya, rasanya ingin kabur memikirkan dirinya yang harus melayani pria hidung belang ini. Rasanya jijik dan muak melihat pria tua yang seharusnya menghabiskan waktu bersama dengan keluarga malah berada di tempat seperti ini dan memandangnya dengan tatap
"Aku akan keluar menemani pelanganku. Dia sudah membayar mahal agar bisa aku temani. Jadi, tolong jangan menghalangi," terang Lysia dengan tangan yang menggandeng lengan Pak Kusumo. Pak Kusumo pun tersenyum dan mencolek dagu Lysia, "ya, kami akan pergi bersenang-senang diluar. Kenapa kalian menghalangi kami? Kalian tahu sendiri bahwa saya sering kemari dan membawa setiap wanita keluar masuk dari sini kan?" "Ya saya tahu kalau Anda pelanggan setia disini. Akan tetapi, masalahnya Nona Lysia tidak bisa keluar dari sini sama sekali," tahan penjaga itu. "Apakah saya harus membayar lagi? Padahal saya sudah membayar double agar bisa mengajaknya keluar," tanya Pak Kusumo kepada para penjaga yang masih menghalangi jalannya dan Lysia.Sedangkan Lysia, ia sedang merasa geram. Rupanya Ivander benar-benar sangat menjaganya dengan ketat, sampai -sampai dia tidak bisa menemani pelanggan untuk keluar. Padahal Ini adalah salah satu kesempatan emas agar bisa keluar dari sini, dengan menggunakan Pak
Pak Kusumo merasa kesal karena sudah lama menunggu di dalam toko perhiasan. Namun, Lysia belum kunjung datang menemuinya. "Kemana gadis itu? Kenapa sampai sekarang belum juga muncul?" geram Pak Kusumo. Padahal dia sudah menyiapkan beberapa pilihan perhiasan saset yang akan ditujukan kepada Lysia. Sayangnya sudah setengah jam menunggu Lysia masih belum juga menunjukan batang hidungnya."Pak, jadinya mau yang mana? Ketiga perhiasan ini adalah yang terbaik di toko kami," terang penjaga toko dengan ramah. "Sebentar, saya sedang menunggu seseorang," balas Pak Kusumo dengan datar. Sebenarnya penjaga toko sudah merasa kelelahan dan sebentar lagi, toko akan ditutup karena sudah mulai larut malam. Namun, Pak Kusumo masih saja terus memilah dan memilih perhiasan yang dikatakan akan dibeli. Namun, belum kunjung juga dibeli dan terus mengatakan sedang menunggu seseorang.Setelah beberapa saat menunggu, penjaga toko pun tidak punya pilihan lain selain mempercepat transaksi agar bisa segera menu