Share

Terjerat Pernikahan Paksa Mafia
Terjerat Pernikahan Paksa Mafia
Penulis: Amelina_ws

Bab 1

Ponsel di dalam genggaman Lysia terjatuh menimpa aspal. Rambutnya yang terurai dengan rapi itu mendadak terkibas oleh hembusan angin menerpa secara tiba-tiba. Menyapa wajah Lysia yang tercengang luar biasa dengan kabar yang barusan dia dengar.

(Tidak ada yang selamat … orang tuamu sudah tiada)

Felysia Kirania dibuat syok setengah mati setelah mendapatkan kabar terburuk di dalam hidupnya. Orang tuanya dinyatakan tewas di dalam kecelakaan maut itu, sehingga membuat hatinya hancur berkeping-keping, setelah mendengar kabar dari pihak kepolisian.

"Mama!Papa!" jerit Lysia menggelegar.

Deraian air mata perlahan mulai membasahi pipi Lysia. Gadis itu merenungi nasib pilu yang kini menimpa, mengiris hati sampai benar-benar terluka. Tubuhnya lemas tidak berdaya. Lysia terus meraung meratapi kepergian kedua orang tuanya sembari memeluk dirinya sendiri.

"Ini tidak mungkin terjadi. Tidak, tidak mungkin sampai begini," jerit Lysia pilu dan langsung menangkup kedua telinganya. Berharap apa yang sudah didengarkan itu hanya sebuah angin lalu.

Seseorang yang menjadi sahabatnya langsung merangkul tubuh Lysia yang sedang bersimpuh di pinggir jalan raya sambil menangis.

"Yang sabar Lysia, ayo kita pergi ke tempat kejadian," ajak Arini sang sahabat. Memboyong tubuh Lysia untuk membawanya melihat jenazah kedua orang tua Lysia yang ada di tempat kejadian.

Dengan langkah yang gontai, akhirnya Lysia pun dibantu pergi ke tempat kejadian kecelakaan kedua orang tuanya.

Setelah sampai di tempat kejadian … tubuh Lysia bergetar hebat dengan tangan yang menutupi mulutnya. Dia tidak sanggup untuk melihat jenazah kedua orang tuanya itu.

"Aku tidak sanggup, Arini," ucap Lysia kepada sahabatnya.

"Kuatkan dirimu, Lysia," balas Arini, dia selalu ada untuk Lysia dan sekarang sedang mengelus punggung Lysia. Arini mencoba untuk memberikan semangat kepada Lysia agar bisa tegar menghadapi semua ini.

Akhirnya setelah beberapa saat Lysia pun turun dari mobil dan mencoba untuk melihat kedua orang tuanya yang hendak dibawa ke atas brankar untuk segera dibawa ke rumah sakit.

"Tunggu sebentar." tahan Lysia berteriak kepada para petugas yang hendak membawa kedua jenazah itu untuk dimasukkan ke dalam mobil ambulans.

Setelah dekat, Lysia pun mencoba untuk membuka kain yang menutupi tubuh kedua orang tuanya dengan tangan yang kaku serta bergetar hebat.

Melihat reaksi dari tubuh Lysia membuat kedua petugas itu langsung menahan tangan Lysia.

"Jangan dibuka, Mbak. Kondisinya begitu mengenaskan. Mbak, tidak akan kuat, bahkan wajahnya tidak bisa dikenali karena tertutup oleh luka," terangnya.

Seketika Lysia pun kembali merasa terlumpuhkan … tubuhnya ambruk ke tanah dan langsung menjerit melihat kedua jenazah kedua orang tuanya itu dimasukan ke dalam ambulans. Bahkan dirinya tidak sanggup membuka kain penutup itu.

"Arrrrggghhhhhh Mama! Papa! Kenapa kalian meninggalkan Lysia sendiri disini?" teriak Lysia dengan hati yang teriris pilu melihat kepergian kedua orang tuanya.

"Kuatkan dirimu, Lysia … kuatkan dirimu," ucap Arini kepada Lysia.

Arini kembali merangkul tubuh Lysia yang sedang meratapi kepergian kedua orang tuanya. Sungguh keadaan jenazah kedua orang tua Lysia sangat mengenaskan.

Setelah pemakaman tadi sore, saat ini Lysia termenung dalam sepi terdiam dalam heningnya malam. Saat ini dia sedang berdiam diri sendiri diatas gelapnya langit malam. Tidak ada satu orang pun yang menemani Lysia membuatnya harus bisa melewati kelamnya malam ini sendiri.

"Kenapa Mama dan Papa meninggalkan aku secepat ini?" gumam Lysia.

Masih terus terbayang dan terngiang akan pesan kedua orang tuanya sebelum kejadian kecelakaan tadi siang. Yaitu kedua orang tuanya hendak mengurus surat -surat penting yang dikatakan bahwa hal itu untuk masa depan mereka semua. Yang jelas Lysia pun tidak tahu apa yang hendak mereka urus. Sayang seribu sayang, sejam kemudian kedua orang tuanya langsung saja tiada dengan tragis setelah mengatakan itu kepada Lysia.

Lysia menatap sebuah foto yang menunjukan sebuah kebahagiaan. Terlihat ada gambar mama dan papanya yang tersenyum di balik kertas itu.

Lysia pun mengelus album tersebut dengan jari tangannya.

"Aku menyayangimu Mama, Papa," gumam Lysia.

Lysia berada di balkon sendirian dan meneteskan butiran air mata. Lalu, dia pun memejamkan mata sambil memeluk foto kedua orang tuanya.

***

Lysia mulai merasakan kehangatan, matanya mulai tersinari cahaya matahari yang menyilaukan. Lysia pun membuka matanya yang terlihat bengkak dan langsung mencoba untuk beranjak duduk.

"Oh, ya ampun. Aku ketiduran disini," gumam Lysia. Rupanya hari sudah pagi dan Lysia telah ketiduran di balkon dari kemarin malam.

Lalu, dia pun meraih foto yang sempat disimpan di sampingnya.

"Aku memang sangat terluka dengan kepergian kalian. Akan tetapi, aku harus tetap menjalani hari ini," ucap Lysia.

Dia pun berdiri dan berjalan menuju ke arah kamar, karena berniat untuk membersihkan diri.

Lysia mengitari rumah mewah ini sendiri, rupanya dia teramat merasa kesepian. Lalu, Lysia pun menuruni tangga dan menatap sebuah ruang tamu, yang rupanya disana terbayang akan kenangan bersama kedua orang tuanya.

"Kenangan kalian berdua akan terus berada di tempat ini, juga akan selalu ada di hatiku."

Saat ini Lysia mengenakan sebuah one set skirt berwarna Navy. Dia bingung hendak melakukan apa setelah orang tuanya tiada.

"Bagaimana sekarang? Apa yang harus aku lakukan?" lirih Lysia menatap sebuah foto besar yang menggantung di dinding.

Lysia melamun dengan penuh bayangan ilusi yang ada di dalam benaknya. Tiba-tiba saja kesadarannya terkumpul saat suara bel berbunyi.

Ting … Neng …

"Siapa yang datang kemari?" gumam Lysia beranjak dari tempatnya dan mencoba untuk berjalan mendekati pintu.

Ceklek ….

Lysia terkejut, melihat sebuah kumpulan pria bertubuh kekar serta memakai pakaian serba hitam ada di hadapannya sekarang dan menjadi tamu pagi di kediamannya.

"Ada apa? Siapa kalian?" ucap Lysia.

Lysia kebingungan melihat kelompok orang itu yang ada di hadapannya. Mereka terlihat seperti kelompok orang-orang yang jahat karena tampangnya yang bringas.

"Kami datang kemari untuk membawa Anda," jawabnya membuat Lysia menelan saliva.

"Membawa saya? Membawa kemana?" tanya Lysia perlahan mulai mundur. Namun, para pria berbadan kekar itu malah melangkah maju dan hendak memasuki rumah.

"Heh, mau kemana kalian? Tolong jangan berbuat macam-macam." ancam Lysia dia mulai ketakutan dengan kelompok pria bengis yang berbaris lima orang itu.

"Tolong ikut kami dengan tenang, atau kami paksa untuk membawa Anda," ucap salah satu pria yang berada di tengah barisan.

'ya ampun, mama … papa … siapakah orang-orang ini?' dalam batin Lysia dia mulai berpikir mungkinkah orang yang ada di hadapannya ini adalah orang-orang jahat?

Lysia langsung berteriak, "Kalau tidak ada keperluan penting. Tolong pergi dari sini! Saya sedang tidak ingin menerima seorang tamu."

Mendengar ucapan dari Lysia, para pria berbadan kekar itu malah menyunggingkan senyuman dan malah menerobos masuk ke dalam rumah.

"Hey, jangan berani masuk!" tahan Lysia.

Kelompok pria itu tidak mendengarkan ucapan Lysia dan malah mencoba untuk menangkap tubuhnya.

"Heh apa yang akan kalian lakukan?" tanya Lysia yang mulai ketakutan.

Kelima pria itu malah langsung mengejar Lysia yang mulai menghindari mereka.

Lysia ketakutan dan terus berlari sampai-sampai menabrak semua benda yang ada. Lysia melihat ada sebuah pisau menancap di buah apel di atas meja makan. Dia pun langsung meraih pisau itu dan mengacungkannya kepada para pria yang mengejar.

"Diam disana atau aku habisi kalian–Arghhhh!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status