Ivander tersenyum puas melihat ketegangan di dalam wajah Lysia. "Apakah kau menyerah, Felysia Kirania?" tanya Ivander tersenyum smrik. Lysia, memang dia merasa cemas karena tidak mau melayani Pak Kusumo. Lysia pun langsung mencoba untuk menampar Ivander, tapi secepat kilat Ivander menyambar tangannya. Sehingga Lysia tidak bisa menggapai wajah Ivander. "Apa yang kau lakukan?" tanya Ivander kesal. "Kenapa semua ini bisa terjadi?" gerutu Lysia. "Semua karena hutang ayahmu!" gertak Ivander, "jangan pernah berbuat macam-macam! Ingat itu!" tekan Ivander.***"Kamu baru pulang Ivan?" tanya Kylie maminya Ivander. Ivander pun melangkah dengan wajah kusutnya langsung menghampiri sang mama yang terlihat sedang menunggunya di ruang makan. "Mah, seperti biasa Ivan selalu sibuk," jawab Ivander lembut, menyembunyikan perasaan lelahnya."Kau selalu menghabiskan waktumu dengan bekerja. Kapan kau akan memberikan cucu untuk mama?" tanya Kylie. Ivander terdiam sejenak dengan beban pikiran yang r
"Aku tahu kalau kau memancingku untuk datang karena ingin menghabisi ku dengan mengatakan bahwa kau sudah berhasil menghabisi anak buah musuh!" Ivander menatap ke arah Davidson yang ada di belakangnya. Lalu, dia langsung bergerak cepat untuk menodongkan senjata api itu di kepala Davidson. "Memangnya aku tidak tahu kalau kau juga berkhianat?" tekan Ivander dengan rahang yang menegas dan tatapan membunuh. Pemimpin klan mafia Grabhy tercengang, mereka tidak menyangka kalau Davidson akan tertangkap. "Kenapa kau bisa mengetahuinya?" tanya Dricho pemimpin klan Grabhy dengan Senjata yang juga ditodongkan ke arah Ivander dengan jarak tiga meter. "Dia memang sudah sangat aku percayai. Namun, dia tidak bisa berkhianat dalam waktu yang lama. Karena …." Ivander pun kembali menodongkan senjatanya kepada Dricho. Situasinya mencengkam sekarang, Davidson dan Ivander dikelilingi oleh anak buah klan Grabhy dengan senjata yang menuju kepada mereka. "David! Kau berani berkhianat? Nyawa kekasihmu da
Setelah beberapa saat, Ivander dan Davidson itu sampai di tempat kumuh dan gubuk kecil. Mereka berdua menuruni mobil bersama. Ivander selalu tampil elegan dengan jas hitam yang masih melekat di tubuhnya. Walaupun tadi dia sudah membantai pemimpin klan Grabhy yaitu Dricho. Pakaiannya masih terlihat bersih dan rapi. Davidson dan Ivander pun berjalan menuju anak buah mereka yang diperintahkan untuk menjaga Lysia. Jake – anak buah Ivander, terlihat gemetar. Dia cemas dengan wajah pucatnya ketika melihat Ivander yang berjalan menghampiri. Pasalnya Lysia tawanan Ivander itu sudah hilang entah kemana dan mereka tidak tahu itu. Sebentar lagi pasti dia sedang dalam bahaya karena tidak bisa menjaga Lysia dengan baik."Tuan, anu … anu …," Jake bingung harus mengungkapkan kebenaran tentang Lysia yang hilang. Dia bingung serta takut, tadi saat dia membuka mata tiba-tiba Lysia tidak ada dan hal itu membuat dia takut setengah mati. Mereka tahu bagaimana seorang Ivander bertindak dengan ganasnya j
Ivander langsung saja segera membereskan pekerjaannya saat ini. Dia segera menutup Laptop dan memakai jas yang tersimpan di kursi kebesarannya. Dia berdiri tegak sambil melihat arloji di tangan.Tiba-tiba saja Davidson muncul. "Tuan, rupanya Bu Kylie ingin Anda menemuinya," terang David. Padahal Ivander berencana untuk melihat bagaimana keadaan Lysia dan melakukan sesuatu kepadanya. Namun, mamanya malah ingin menemui dia. Apa yang ingin mamanya sampaikan sebenarnya? "Baiklah, aku akan menemuinya." Ivander menjawab dengan dingin. Lalu, dia merogoh saku untuk mengambil ponsel, rupanya ponselnya mati. Pantas saja mamanya tidak menghubungi dia, dan malah menghubungi David.***Lysia bercermin, dia mengenakan dress santai berwarna merah. Mengekspos bagian lengan dan betisnya. Sambil menyisir dia memperhatikan bayangan garis berwarna merah di setiap lengannya. "Tidak aku sangka akan bertemu orang semacam iblis. Dia bahkan tega menyiksa seorang wanita seperti aku!" gerutu Lysia. Bi Surti
"Mengapa kau datang kemari?" tanya Lysia geram. Sama sekali tidak tau kalau tempat ini adalah milik Ivander Brxian Dxel. Ivander tiba-tiba saja berlutut dan menatap wajah Lysia yang mengenakan make-up polos.Sungguh ini mengejutkan seorang Felysia Kirania, dia tidak menyangka bahwa seorang mafia seperti Ivander akan bersimpuh seperti ini. Ivander sungguh merasa muak dengan apa yang telah Davidson katakan. Ivander melakukan ini atas tips dari David agar Lysia mau menikah dengannya. Ini adalah trik yang pertama. "Apa yang kau lakukan?" tanya Lysia dengan mata yang membola. Ivander menekan giginya kuat-kuat dan berusaha untuk tersenyum. Padahal dia tidak pernah melakukan ini terhadap wanita, karena baginya wanita itu hanya budak pemuas nafsu saja. "Kau harus mau menikah denganku," jawab Ivander dingin. Senyap …. Lysia tidak menyangka kalau Ivander akan melamarnya dengan baik. Namun, ucapannya terlihat dipaksakan. "Kau sedang bersandiwara," sahut Lysia berusaha untuk mundur. Dia ta
"Jangan lakukan ini aku mohon," Isak Lysia. Ini adalah satu-satunya harta yang paling berharga, tidak bisa jika dia harus menyerahkannya kepada pria yang dia benci. Lysia punya pendirian tangguh yaitu, tidak akan menyerahkan mahkota berharga selain kepada suaminya sendiri. Ivander tidak menghiraukan dan langsung saja membuka kancing kemejanya satu persatu. Lysia langsung mendorong tubuh Ivander, membuat Ivander terkejut dan langsung mencekal kuat kakinya Lysia "Bisakah kau tenang? Kau akan tahu betapa nikmatnya surga dunia," jawab Ivander dengan seringai menakutkan. Lysia memejamkan mata, sungguh hal ini membuatnya merinding ketakutan. Tenaganya yang lemah tidak mungkin bisa untuk melawan hasr*t pria yang sudah meletup-letup. Bagaimana sekarang? Apakah semuanya akan berakhir? Ivander mencekal erat kedua tangan Lysia sambil men!ndh tubuh itu. Tidak peduli dengan teriakan Lysia yang terus menolak. Keringat bercampur dengan hasr*t yang sudah membuncah. Ivander sungguh akan melakuka
Pagi ini Axel dengan sang istri sudah begitu rapi dengan koper yang siap di bawa. Sedangkan Ivander mencoba untuk menahan kepergiannya."Ma, Pa, kalian beneran akan pergi? Bukannya papa baru datang kemarin? Setidaknya, tinggalan sebentar lagi," ucap Ivander. Kylie menghela nafas, apa boleh buat? Dia tidak bisa menentang keputusan suaminya yang akan kembali pergi ke luar negeri untuk mengerjakan beberapa tugas. Walaupun sebenarnya dia masih ingin bersama dengan sang putra. Namun, itu rupanya tidak bisa terjadi."Ya, karena ini mendesak. Jadi, kami akan pergi. Lagipula mama tidak bisa terus jauh dari papa kamu. Sehingga mama akan ikut dia," jawab Kylie tersenyum lembut. Wanita paruh baya itu masih terlihat begitu cantik, mengenakan pakaian elegan nan mahal. Dia mengelus lengan sang suami yang berada di sampingnya.Axel pun menoleh ke arah sang anak yang terlihat gagah mengenakan setelan jas berwarna navy, berdiri tegap sambil menatap sendu ke arahnya. "Kelompok klan Hvner, menginginka
Ivander menyeringai, dia menatap wajah polos Lysia dan akhirnya pikirannya langsung berkelana. Melihat wajahnya yang cantik, lengkungan alis yang sempurna dan bibir tipis itu membuat hasratnya sebagai seorang pria langsung saja berkelana. Bahkan saat ini bahu dan dada Lysia masih terekspos dan membuat aliran darahnya berdesir hebat. Sekarang, wanita di hadapannya ini tidak bisa untuk mengelak lagi, dia harus menerima tawaran itu mau tidak mau. Lysia pun mengelap sudut matanya yang mengeluarkan air mata. Mendongak dan akhirnya memutuskan untuk. "Aku akan menikah denganmu," terang Lysia dan berhasil membuat Ivander merasa angkuh. "Cih, rupanya kau sekarang ingin menikah denganku. Bukannya kau yang selalu menolaknya selama ini? Bahkan sampai rela menjadi–" terang Ivan"Sudah cukup hentikan!" Lysia kembali menumpahkan air matanya, demi apa dia sampai rela menikah dengan Ivander. Dengan semua pertimbangan dan pemikiran yang ada di dalam otaknya. Akhirnya inilah keputusan terakhir Lysia.