Share

Bab 15 Mulai Goyah

Author: Aries grils
last update Last Updated: 2025-08-29 17:29:21

Albert mengendarai mobilnya memasuki kawasan perkotaan. Lampu-lampu jalan mulai menyala, bayangannya memantul di kaca jendela mobil yang berembun tipis. Suasana di dalam mobil terasa senyap, hanya suara mesin yang menderu halus dan sesekali klakson dari kendaraan lain.

Stefani duduk terpaku, menatap keluar jendela. Pikirannya bercampur aduk. Ia masih merasakan dinginnya lantai kamar kontrakan, bau debu yang bercampur ketakutan, dan suara tinju Albert yang membelah udara. Tangannya refleks menggenggam erat ujung roknya, berusaha meredakan gemetar yang tersisa.

Sekilas ia melirik Albert. Meski usia pria itu sudah menginjak empat puluh, garis tegas di wajahnya justru menambah wibawa. Tatapannya lurus ke depan, tangan kirinya mantap memegang kemudi, tangan kanan sesekali berpindah ke tuas transmisi dengan gerakan yang terlatih. Stefani sempat berpikir, istri Albert pasti sangat beruntung memiliki suami seperti itu, tampan, tegas, dan tahu bagaimana melindungi seorang wanita.

Albert me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona CEO Kesepian   Bab 19 Semakin Tergoda

    Albert membuka mata sepenuhnya, pandangannya masih berusaha fokus ketika jemarinya dengan hati-hati menyibakkan helaian rambut yang jatuh di wajah Stefani. Gerakan itu begitu lembut, hampir seperti refleks, tetapi justru sentuhan itulah yang membuat gadis itu menggeliat pelan. Kelopak mata Stefani bergetar sebelum akhirnya terbuka, tatapannya langsung bertemu dengan mata Albert yang tengah mengawasinya dari jarak begitu dekat. “Pak Albert…” gumamnya setengah sadar, lalu ia buru-buru bangkit dari kursi rias dan mendekat ke ranjang. Tanpa pikir panjang, Stefani menempelkan punggung tangannya ke dahi Albert. “Akhirnya… Anda sudah tidak demam, Pak,” ucapnya lega, senyum tipis tersungging di bibirnya. Albert tertegun, tersentak oleh sentuhan sederhana itu. Perhatian tulus seperti ini sudah lama tak ia rasakan. Hal kecil yang selama ini tak mungkin dilakukan Stela, bahkan mungkin istrinya itu tak akan peduli. Ia tak pulang pun Stela tidak akan mencarinya, pikiran itu melintas pahit, m

  • Terjerat Pesona CEO Kesepian   Bab 18 Sekeping Rasa Kagum

    Tiba-tiba saja Albert ambruk di atas tubuh Stefani. Gadis itu terperanjat, nyaris berteriak karena tubuh pria itu terasa begitu berat. “Pak! Bangun, Pak! Anda kenapa?” suara Stefani panik, tangannya mengguncang tubuh Albert berkali-kali, tapi tak ada reaksi sedikit pun. Dengan sekuat tenaga, ia mendorong tubuh Albert hingga akhirnya pria itu terbaring di sofa. Stefani menempelkan punggung tangannya ke dahi Albert, dan nyaris tersentak. Panas. Tubuhnya benar-benar panas. “Dia demam... parah sekali...” gumam Stefani, napasnya mulai memburu. Kepalanya dipenuhi pikiran yang saling bertabrakan. "Haruskah aku bawa dia ke rumah sakit? Atau aku telepon Pak Boby saja?" Tapi bayangan wajah Boby yang dingin dan tidak ramah terlintas di kepalanya, membuat Stefani menggigit bibir. “Kalau aku telepon dia, dia malah marah... atau malah curiga yang tidak-tidak...” Stefani makin panik sendiri. Akhirnya ia mengambil keputusan cepat. Dengan susah payah, ia merapatkan tubuh Albert ke bahunya,

  • Terjerat Pesona CEO Kesepian   Bab 136 Ciuman Paksa

    Albert membuka pintu apartemennya, napasnya terasa panas, langkahnya goyah. Bau alkohol samar menempel di tubuhnya, dasi sudah terlepas entah di mana. Lampu temaram ruang tamu membuat suasana semakin sunyi, hanya terdengar detak jarum jam yang lambat. Ia melangkah ke kamar yang ditempati Stefani, memutar gagang pintu perlahan. Begitu pintu terbuka, cahaya lampu tidur yang lembut menyinari wajah gadis itu. Stefani terlelap, napasnya teratur, sisa air mata masih membekas di pipinya. Albert berdiri terpaku di ambang pintu. Ada sesuatu yang mencengkeram dadanya, rasa iba, kagum, sekaligus godaan liar yang tidak pernah ia rasakan sekuat ini. Ia melangkah mendekat, lututnya terasa lemah. Pandangannya tertuju pada wajah Stefani yang begitu damai, polos, tak tahu apa-apa. Albert berjongkok di sisi ranjang, menyentuh rambut gadis itu perlahan, seolah takut membangunkannya. Lalu menyibak selimutnya dengan hati-hati, gaun tidur yang Stefani kenalan membuat Albert menelan ludah. “Stefani…

  • Terjerat Pesona CEO Kesepian   Bab 16 Hasrat Yang Tertahan

    Albert membelokkan mobil ke halaman rumah mewahnya, ban melindas kerikil dengan suara seret halus. Lampu eksterior menyala terang, namun kehangatan itu terasa palsu di matanya. Ada sesuatu yang mendesak di dadanya, amarah, gelisah, sekaligus dorongan yang tak bisa dijelaskan. Malam ini, ia tahu dirinya berada di ambang batas. Mesin mobil dimatikan, namun jantungnya justru berdetak lebih kencang. Albert turun dengan langkah lebar, dasi di lehernya terasa mencekik. Begitu masuk ke ruang tamu, ia langsung memindai sekitar. “Stela, sayang…” suaranya menggelegar, menggema di ruangan yang terlalu sunyi. Seorang asisten rumah tangga muncul tergesa dari arah dapur, wajahnya tegang. “Maaf, Tuan… Nyonya belum kembali sejak siang tadi.” Rahang Albert langsung mengeras. “Belum kembali?” suaranya rendah, tapi mengandung ancaman dingin. Asisten itu menunduk, tampak gugup. “Saya tidak tahu Tuan, Nyonya pergi tanpa memberi tahu apa pun.” Albert menghela napas panjang, tapi bukan untuk men

  • Terjerat Pesona CEO Kesepian   Bab 15 Mulai Goyah

    Albert mengendarai mobilnya memasuki kawasan perkotaan. Lampu-lampu jalan mulai menyala, bayangannya memantul di kaca jendela mobil yang berembun tipis. Suasana di dalam mobil terasa senyap, hanya suara mesin yang menderu halus dan sesekali klakson dari kendaraan lain. Stefani duduk terpaku, menatap keluar jendela. Pikirannya bercampur aduk. Ia masih merasakan dinginnya lantai kamar kontrakan, bau debu yang bercampur ketakutan, dan suara tinju Albert yang membelah udara. Tangannya refleks menggenggam erat ujung roknya, berusaha meredakan gemetar yang tersisa. Sekilas ia melirik Albert. Meski usia pria itu sudah menginjak empat puluh, garis tegas di wajahnya justru menambah wibawa. Tatapannya lurus ke depan, tangan kirinya mantap memegang kemudi, tangan kanan sesekali berpindah ke tuas transmisi dengan gerakan yang terlatih. Stefani sempat berpikir, istri Albert pasti sangat beruntung memiliki suami seperti itu, tampan, tegas, dan tahu bagaimana melindungi seorang wanita. Albert me

  • Terjerat Pesona CEO Kesepian   Bab 14 Ikutlah Denganku

    Albert berdiri di sisi mobilnya, merogoh saku celana mencari kunci. Hanya kantong kosong yang dia temukan. “Ah… kuncinya tadi kutaruh di meja,” gumamnya pelan sambil menepuk dahi. Dengan langkah agak tergesa, ia berbalik menuju rumah Stefani. Namun dari jarak beberapa meter, keningnya langsung berkerut. Pintu rumah Stefani terbuka lebar. Bukan seperti saat ia tinggalkan barusan. Semakin dekat, telinganya menangkap suara samar, jeritan lirih minta tolong. Albert refleks menghentikan langkah sejenak. Jantungnya langsung berdegup kencang. Ia menoleh sekitar, tapi orang-orang di gang itu hanya melirik sekilas lalu kembali ke urusan masing-masing. Tak ada yang peduli. “Kenapa tidak ada yang perduli?!” desis Albert kesal, lalu segera mempercepat langkahnya. Begitu memasuki rumah, matanya langsung menangkap kekacauan. Gelas teh pecah di lantai, kursi kayu terguling, tirai tersibak tak beraturan. Semua tampak berbeda dari beberapa menit lalu yang rapi bersih. “Stefani!” seru Alber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status