Share

Bab 29

Author: Layli Dinata
last update Last Updated: 2025-10-17 20:12:30

Yara baru saja selesai membereskan tasnya. Ia bersiap untuk pulang.

"Yara, jangan lupa periksa semua, lampu juga, ya," titah Dokter Nathalie sebelum melangkah keluar.

"Baik, Dok." Yara sempat melirik ke arah Nathalie yang sudah masuk ke dalam mobil mewahnya.

Ia kembali memeriksa semua kabel, memastikan tidak ada yang tertinggal menyala sebelum mematikan lampu dan mengunci pintu klinik. Setelah itu, ia berjalan keluar, agak menjauh dari area klinik.

"Mau pulang, Mbak?" sapa Pak Tarjo, satpam yang berjaga di pos. Seperti biasa, ia menyelipkan basa-basi.

"Iya, Pak. Duluan, ya." Yara celingukan, mencari mobil Elvaro, lalu melirik jam di pergelangan tangannya.

Namun semakin jauh ia melangkah, sosok yang ia tunggu tak juga muncul.

"Yara? Kamu di sini?"

Yara hampir melompat kaget. Lionel baru saja keluar dari ATM di dekat minimarket.

‘Mampus! Bisa bahaya kalau dia lihat aku sama papanya Runi.’ Yara menelan ludah. Wajahnya langsung pucat.

Lionel mengernyit, memperhatikan ekspresi gugup Yara.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 30

    “Mau apa, Lionel?” suara Yara terdengar ketus, dingin.Di seberang sana, Lionel menghela napas. “Mobil yang kamu tumpangi… kenapa berhenti di pinggir jalan?”Yara langsung menoleh ke kaca belakang, mencari keberadaan mobil Lionel. Elvaro ikut mengikuti arah pandangnya, sorot matanya langsung berubah tajam.“Kamu ngikutin aku?” nada suara Yara meninggi, penuh tidak percaya.“Enggak,” Lionel terdengar mengelak cepat. “Tadi aku mau putar balik, mau ngomong baik-baik sama kamu. Eh, kamu keburu masuk mobil duluan.”Yara mengepalkan tangannya. Kesal memuncak. “Maumu apa, sih, Lion! Kita udah putus. Aku gak peduli hidup kamu sekarang, jadi tolong—berhenti ngurusin aku!”Mobil Lionel terlihat berhenti beberapa meter di belakang mobil Elvaro. Jalannya sengaja pelan, seperti tak mau tertinggal.“Yar… please, kasih aku kesempatan kedua. Aku—”Yara langsung menekan tombol end call. “Sinting!” geramnya, melempar ponsel ke dalam tas.“Kenapa, sayang?” tanya Elvaro, ikut waspada.Yara menoleh, wajah

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab 29

    Yara baru saja selesai membereskan tasnya. Ia bersiap untuk pulang."Yara, jangan lupa periksa semua, lampu juga, ya," titah Dokter Nathalie sebelum melangkah keluar."Baik, Dok." Yara sempat melirik ke arah Nathalie yang sudah masuk ke dalam mobil mewahnya.Ia kembali memeriksa semua kabel, memastikan tidak ada yang tertinggal menyala sebelum mematikan lampu dan mengunci pintu klinik. Setelah itu, ia berjalan keluar, agak menjauh dari area klinik."Mau pulang, Mbak?" sapa Pak Tarjo, satpam yang berjaga di pos. Seperti biasa, ia menyelipkan basa-basi."Iya, Pak. Duluan, ya." Yara celingukan, mencari mobil Elvaro, lalu melirik jam di pergelangan tangannya.Namun semakin jauh ia melangkah, sosok yang ia tunggu tak juga muncul."Yara? Kamu di sini?"Yara hampir melompat kaget. Lionel baru saja keluar dari ATM di dekat minimarket.‘Mampus! Bisa bahaya kalau dia lihat aku sama papanya Runi.’ Yara menelan ludah. Wajahnya langsung pucat.Lionel mengernyit, memperhatikan ekspresi gugup Yara.

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 28

    Yara bekerja dengan tekun. Hari ini klinik cukup ramai, beberapa pasien bahkan sudah membuat janji untuk esok hari. Meski lelah, ia tetap cekatan membantu di bagian administrasi.Saat jam istirahat tiba, Yara memilih menyendiri dan makan di restoran kecil tak jauh dari klinik. Rekannya memilih makan bersama pacarnya, jadi tak ada yang menemaninya.Baru saja ia hendak menyesap air putih, suara familiar memanggil.“Yara!”Yara menoleh dan langsung tersenyum saat melihat Dokter Nathalie mendekat.“Boleh saya gabung sama kamu?” tanya dokter itu ramah.“Tentu, Dok. Silakan.” Yara menggeser duduk, memberi ruang.Pesanannya belum datang, dan Dokter Nathalie langsung memanggil pelayan. “Steak ayam, minumnya orange jus, ya.” Setelah mencatat, pelayan pergi.Suasana sempat hening. Yara bukan tipe yang langsung akrab atau banyak bicara jika tidak ditanya.Dokter Nathalie menyandarkan tubuh, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Yara, kamu kayaknya dekat sekali ya sama Arunika?”Yara mengangguk sopan

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 27

    Yara masuk ke mobil dengan wajah ditekuk. Begitu duduk, kepalanya tertunduk, jemarinya saling meremas satu sama lain gelisah."Kenapa? Kok jadi sedih banget? Di dalam tadi kamu dimarahi lagi?" Elvaro meraih tangan Yara, mencoba menenangkan.Yara menoleh pelan. Sorot matanya tampak letih, seperti sudah terlalu sering menghadapi hal yang sama. "Kurang lebih begitu."Elvaro menghela napas, menatapnya dengan iba. "Kamu coba tenang dulu, ya. Mungkin cuma salah paham."Yara tersenyum miring, getir. "Sudahlah, Mas. Papa memang nggak butuh aku. Ada Meysa yang selalu jadi anak emas."Elvaro tak langsung menjawab. Ia hanya menatap Yara lama, seakan ingin meyakinkan gadis itu bahwa ia tidak sendirian. "Ada aku sekarang. Kamu aman. Kita langsung pulang, ya?"Yara mengangguk pelan.Mobil melaju. Yara hanya menatap lampu-lampu jalan yang berkelebat, tapi pikirannya tak benar-benar di sana. Kepala dan dadanya masih penuh dengan ucapan papanya yang menohok."Kamu nggak mau mampir beli sesuatu dulu?"

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 26

    Yara menarik napas dalam-dalam. Sekilas, terdengar bunyi detak jantungnya sendiri yang mengalahkan suara lalu lintas di luar. Turun dari mobil mendadak terasa berat. Kilasan ingatan—bentakan, kata-kata tajam, tudingan tanpa jeda—berkelebat begitu saja. Jemarinya refleks meremas rok.“Kenapa, hmm?” Elvaro mencondongkan tubuh, satu tangannya terulur mengusap bahu Yara dengan lembut. Sesekali ia melirik rumah dua lantai di depan mereka. “Turunlah. Aku akan menunggu di sini.”Tatapan Yara yang semula terpaku pada rumah, kini bergeser ke wajah Elvaro. Ada ragu yang membayang di mata gadis itu.“Aku…,” suaranya tercekat di tenggorokan.“It’s okay,” potong Elvaro lembut. “Seenggaknya, kamu sudah mencoba menunjukkan itikad baik. Walau bagaimanapun juga… Pak Shandy tetap papamu, Yara.”Yara mengembuskan napas keras-keras, berusaha menstabilkan dadanya yang naik turun. Tangannya meraih tangan Elvaro dan menggenggamnya erat, seolah dari genggaman itu ia menarik keberanian.“Tungguin aku ya,” pin

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 25

    Ponsel Yara berdenting. Nama Meysa muncul di layar. Ia meraihnya dengan malas.Meysa: Kak, Papa sakit.Yara menarik napas panjang. Kepalanya mendadak berat, nyeri seperti ditarik dari belakang. Kenapa harus sekarang? Kenapa setelah semua perlakuan itu, dia baru ingat aku ada?Air mata turun tanpa aba-aba. Rasanya perih. Bukan karena berita sakit itu—tapi karena rasa tak dianggap yang sudah lama mengendap.“Papa selalu mengungkit Mama,” bisiknya lirih. “Bilang Mama pembangkang… padahal Papa yang paling jahat.”Genggamannya pada selimut menegang. Ponsel masih menyala, chat dari Meysa tak berbalas. Yara tak berniat menuliskan satu kata pun.Klek.Refleks, Yara menyeka wajah saat pintu kamar terbuka.“Kamu sudah bangun?” suara dalam itu milik Elvaro. Ia masuk dengan nampan berisi makanan.Senyum Yara perlahan muncul. “Bawa apaan, Mas?”“Sop buntut, nasi, sama perkedel kentang.” Elvaro duduk di tepi ranjang, sedikit membungkuk agar wajahnya sejajar dengan Yara. “Aku masak sendiri. Kamu pas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status