Kamu serius mau kerja, Yar?” tanya Arunika, memiringkan kepala heran. Yara mengangguk mantap. “Aku cuma tinggal bab terakhir, kok. Tinggal nunggu jadwal sidang.” Suaranya terdengar yakin, meski ada sedikit getar di ujungnya. “Lagian, aku nggak bisa terus-terusan ngandelin orang tua. Di rumah kamu juga nggak enak kalo lama-lama.” Arunika tersenyum lembut, lalu menggenggam tangan Yara. “Aku bangga, tahu.” Yara tertawa kecil. “Bangga-nya nanti aja pas kita udah wisuda bareng, baru boleh peluk-peluk gini.” “Siap, calon sarjana,” goda Arunika, memeluk Yara singkat sebelum melepaskan. “Udah, sana berangkat. Papa pasti udah nungguin di bawah.” Yara meraih tasnya, lalu mematut diri di depan cermin. Blus putihnya rapi, rok span selutut itu menonjolkan kaki jenjangnya, rambutnya tergulung rapi. “Aku cantik, kan?” “Cantik banget. Sekalian bikin orang gagal fokus,” jawab Arunika setengah mengantuk sambil rebahan. “Jangan lupa tutup pintu, ya.” “Oke! Bye, Runi!” Yara menuruni tangga
Last Updated : 2025-10-04 Read more