Share

Bab. 93

Penulis: Layli Dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-06 17:19:51

Arunika duduk di tepi ranjang, kedua tangannya meremas ujung selimut. Kaivan tetap berada di sampingnya, satu tangan mengusap punggung gadis itu yang naik turun karena tangis yang masih tersisa.

Dengan suara serak dan terputus-putus, Arunika akhirnya mulai berbicara.

“Kai ….”

Kaivan mengangguk, seolah siap menampung segala unek-unek yang ada pada diri Arunika. Bahkan tangannya kini merambat ke kepala, membelai rambut Arunika dengan lembut.

“Yara ….”

Deg!

Kaivan menelan ludah. Namun ia berusaha untuk tetap tenang. “Yara kenapa?”

Arunika menunduk, tangisnya pecah lagi. Dafanya sesak, sungguh berita ini telah menamparnya, seolah ia tak ingin sadar lagi.

“Yara sama Papa menjalin hubungan. Mereka ….” Arunika kembali menangis, matanya sudah sangat panas. “Hubungan yang gak wajar. Lionel memberikan bukti berupa foto, mereka ….”

Kaivan terdiam. Mata laki-laki itu membulat pelan, jantungnya sontak turun ke perut. ‘Jadi Runi sudah tahu?’ batinnya. Selama ini ia menahan diri, menunggu waktu yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 95

    Yara tidak lagi menangis. Sekarang yang tersisa di wajahnya hanyalah ketakutan yang sudah berubah menjadi tekad nekat.Ia tidak ingin merepotkan siapapun.Ia tidak ingin membuat masalah lebih besar.Dan yang paling ia takuti, sang papa akan memaksanya menggugurkan kandungannya.Memaksa ia memilih, padahal ia bahkan belum siap kehilangan apa pun. Ia menyiapkan barang bawaannya, tas ransel dan tas selempang yang ia masukkan sekalian me dalam tas tersebut.Dengan napas terengah, Yara menghapus air matanya, lalu berdiri sambil memegangi dinding agar tidak jatuh. Perutnya masih terasa kram, tetapi ia paksakan diri.Ia mengambil seprai dari lemari, menggulungnya panjang-panjang, lalu mengikat ujungnya menjadi simpul.Tangan gemetarnya bekerja cepat—putus asa membuatnya berani.“Maaf, Pa, Tante, Runi, Mas El, aku harus pergi menjauh dari kalian.”Ia berbisik sambil menyeret seprai menuju pintu ke teras balkon kamar.Balkon itu tidak terlalu tinggi—sekitar empat meter. Di samping rumah ada be

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 94

    Ada apa, Kai?” Elvaro akhirnya bersuara, nada resah sangat kentara.Kaivan berjalan mendekat, wajahnya tegang.“Arunika sudah tahu, Om… Kalau selama ini aku juga bantu tutupin rahasia.”Elvaro meraup wajahnya kasar, kedua bahunya turun seperti kehilangan tenaga.“Aku udah bilang ke Yara, Om,” Kaivan melanjutkan lirih. “Aku minta dia ngomong ke Runi. Tapi dia… selalu nunda.”Elvaro terduduk di sofa, kepalanya menunduk dalam. Sungguh, tubuhnya tampak seperti pria yang sudah kehilangan seluruh semangat hidupnya.Ruangan itu sunyi untuk beberapa detik. Sampai akhirnya Kaivan kembali bicara, suaranya mendesak.“Jadi gimana, Om? Kita harus yakinkan Runi. Dia harus siap. Kasihan Yara… dan anaknya.”Elvaro langsung mengangkat wajah, pandangannya terpaku, seolah tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar.“Anak?”Kaivan membeku. Ia menatap Elvaro, bingung.“Yara… gak bilang kalau dia hamil?”Elvaro mengulang lirih, seperti tersengat sesuatu.“Hamil?”Tubuh Elvaro menegang. Wajahnya memucat d

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 93

    Arunika duduk di tepi ranjang, kedua tangannya meremas ujung selimut. Kaivan tetap berada di sampingnya, satu tangan mengusap punggung gadis itu yang naik turun karena tangis yang masih tersisa.Dengan suara serak dan terputus-putus, Arunika akhirnya mulai berbicara.“Kai ….”Kaivan mengangguk, seolah siap menampung segala unek-unek yang ada pada diri Arunika. Bahkan tangannya kini merambat ke kepala, membelai rambut Arunika dengan lembut.“Yara ….”Deg!Kaivan menelan ludah. Namun ia berusaha untuk tetap tenang. “Yara kenapa?”Arunika menunduk, tangisnya pecah lagi. Dafanya sesak, sungguh berita ini telah menamparnya, seolah ia tak ingin sadar lagi.“Yara sama Papa menjalin hubungan. Mereka ….” Arunika kembali menangis, matanya sudah sangat panas. “Hubungan yang gak wajar. Lionel memberikan bukti berupa foto, mereka ….”Kaivan terdiam. Mata laki-laki itu membulat pelan, jantungnya sontak turun ke perut. ‘Jadi Runi sudah tahu?’ batinnya. Selama ini ia menahan diri, menunggu waktu yang

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 92

    Kaivan keluar dari ruang rapat dengan napas berat. Begitu pintu tertutup di belakangnya, ia langsung menyalakan ponsel—dan melihat deretan panggilannya yang tak terjawab. Semua menuju ke satu nama.Runi.Dahinya langsung mengernyit. Tidak biasanya Arunika seperti ini. Biasanya, meskipun sedang bad mood, Arunika masih akan membalas chat atau minimal angkat sekali lalu bilang, “Aku lagi capek, nanti aku telepon lagi ya.”Tapi kali ini?Tidak ada.Bahkan chatnya pun cuma tercentang biru tanpa balasan.Kaivan merapikan map rapatnya secara terburu-buru, sampai beberapa kertas hampir jatuh. Jantungnya tak karuan, seperti diperas dari dalam. Ada firasat buruk yang membuat tangannya dingin.“Ada apa sih sebenarnya, Run…” gumamnya lirih.Ia menutup map, memasukkannya asal ke tas, lalu berdiri tanpa pamit pada rekan kerjanya. Tak peduli citra profesionalnya tercoreng. Tak peduli orang lain melihatnya gelisah.Yang ada di kepalanya hanya satu.Runi harus baik-baik saja.Ia berjalan cepat menuju

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 91

    Begitu pintu tertutup rapat, Arunika langsung merosot ke lantai. Dadanya naik turun cepat, tangannya gemetar bahkan untuk sekadar menarik napas. Semua terasa sesak. Terlalu sesak.Ia menenggelamkan wajahnya ke kedua lutut, tapi suara tangisnya tetap pecah tak tertahan.“Kenapa… kenapa harus Yara…?” bisiknya, suaranya putus-putus.Kepalanya penuh gambar-gambar yang datang beruntun.Yara tertawa sambil memeluknya saat mereka dapat ranking…Yara tidur di sofa kamarnya saat mereka nonton drakor sampai pagi.Yara nangis di bahunya waktu pertama kali diputus pacarnya.Yara bilang, “Run kamu adalah rumah aku.”Dan sekarang?Yara ada di foto itu. Di pelukan ayahnya. Dengan cara yang tidak seharusnya.Dengan cara yang menusuknya sampai ke dasar hati.Arunika memukul dadanya sendiri pelan, tidak tahu harus meluapkan rasa sakit itu ke mana. “Apa Yara bohong selama ini? Apa Papa juga bohong sama aku? Kenapa harus mereka berdua? Kenapa orang terdekat aku malah—”Ia tidak bisa melanjutkan. Air mata

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 90

    Pintu utama baru saja terbuka ketika Elvaro masuk, bahunya sedikit merosot seperti seseorang yang pulang tanpa lagi punya rumah untuk pulang. Arunika berdiri di ruang tamu, kedua tangannya mengepal begitu kuat sampai buku-bukunya memutih. Begitu melihat papanya muncul, emosi yang selama ini ia tahan pecah begitu saja.“Papa—!” teriak Arunika, suaranya bergetar, lalu berubah menjadi raungan yang meledak. “KENAPA PA?! Kenapa Papa lakuin ini sama aku. Kenapa Papa tega ngerusak persahabatan aku dengan Yara! Kenapa!”Tangisnya pecah keras. Semua kata keluar bersamaan, seperti pintu yang jebol setelah menahan badai terlalu lama.Elvaro hanya berdiri di ambang pintu, tubuhnya kaku. Tatapannya kosong, seperti seseorang yang dihantam ombak dan belum sempat bernapas. Ia tidak membalas kemarahan itu, tidak membela diri, tidak menepis. Hanya diam—diam yang menusuk lebih tajam dari apa pun. Putrinya sudah tahu akan rahasia itu, lebih cepat dari yang ia duga.Arunika mendekat, kepalan tangannya mem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status