Share

2

Reyhan mendorong istri pertama, ia berjongkok memandang wanita yang sudah dinikahinya dulu. Sebelum menahan Maira, lelaki itu telah memakai boxer.

"Lihat! Kenapa kamu gak mengikuti saran Thania?" tanya Reyhan.

Maira menatap nyalang sang suami, ia bahkan menunjuk wajah pria tersebut.

"Gimana aku bisa bersolek, kalau uang yang kamu berikan gak cukup, Mas!" sentak Maira.

Reyhan melotot mendengar Maira yang berkata dengan nada tinggi, bahkan dia menunjuk wajahnya. Membuat Reyhan murka dan menampar sang istri.

"Beraninya kamu berkata dengan nada begitu! Menunjuk wajah Mas lagi!" bentak Reyhan.

Mata Maira semakin berkaca-kaca, ia memegang pipi yang baru saja ditampar sang suami.

"Mas berani menampar Maira di hadapan jalang itu!" geram Maira.

Thania membulatkan matanya, dengan kasar melemparkan bantal kepada Maira.

"Aku bukan jalang, Ra! Aku istri suamimu," hardik Thania.

Maira menoleh memandang teman yang menusuk dari belakang itu. Ia bangkit dan menyerang Thania membuat Reyhan terkejut.

"Kamu bisa nyakitin istriku, Ra!"

Reyhan mendekati dua wanita itu lalu mendorong Maira sampai terjatuh dari kasur. Ia memekik menahan rasa sakit, menatap kecewa pada suaminya.

"Mas ... kamu lebih belain dia!"

Maira berkata dengan suara serak, membuat Thania menyeringai melihat sang teman yang sangat menyedihkan.

"Harus! Karena Thania ini sedang mengandung anakku."

Maira menatap tak percaya akan hal yang dikatakan sang suami. Ia bangkit dan melangkah bersandar di dinding. Mata wanita itu tersiratkan rasa kecewa begitu besar.

"Sebenarnya kalian sudah berapa lama bermain di belakangku," lirih Maira pelan.

Maira yang tidak mendapatkan jawaban, ia hanya tersenyum kecut. Wanita itu melangkah ke lemari dan mencari koper lalu memasukan pakaiannya.

"Kalian bajingan!"

Reyhan yang melihat itu langsung mendekati Maira, ia menarik lengan istrinya membuat wanita tersebut terduduk ke lantai.

"Apa maumu, ha! Udah nyakitin aku dengan kelakuan sekarang apalagi yang mau kamu," pekik Maira.

Lelaki itu menyeringai, ia memegang dahu Maira agar membalas tatapannya.

"Karna kamu udah tau Thania adalah istriku, Mas bakal aja dia tinggal di sini. Kamu mau ke mana rapihin baju, ha!"

Maira tidak menjawab, ia memilih memasukan pakaiannya lagi.

"Kayanya dia mau pergi deh, Mas," seru Thania.

Reyhan bangkit dari jongkoknya lalu bersidekap menatap remeh ke arah Maira.

"Benarkah? Apakah wanita ini berani," cibir Reyhan.

Reyhan memilih mendaratkan bokong ke ranjang, tatapan sinis dilayangkan pada istri pertamanya.

"Kenapa harus gak berani, ya jelas aku berani dong! Ngapain juga di sini kalau cuma membuat sakit hati aja," sahut Maira.

Maira berusaha agar nada suara tidak terdengar gemetar. Ia memandang lelaki itu dengan tajam, Reyhan yang melihat itu hanya tersenyum sinis.

"Ahh ... kita liat aja, sampai kapan kamu bertahan. Nanti juga bakal ngemis ke sini, biar kamu ditampung olehku," ujar Reyhan.

Maira yang mendengar itu memandang kesal Reyhan, setelah selesai merapikan pakaian. Ia bangkit dan mendekati suaminya.

"Aku gak bakal sudi dateng lagi ke sini, mendingan ayo cepat! Talak aku sekarang," seru Maira lantang.

Reyhan hendak menampar Maira lagi tapi ia urungkan. Lelaki itu mengepalkan tangan.

"Belagu banget ya, oke kalau itu mau kamu. Aku talak kamu, Maira."

Mendengar perkataan Reyhan, ia langsung melangkah pergi. Tidak mengatakan sepatah katapun.

"Berhenti! Mas akan antar kamu sampe keluar, takut kamu mengambil sesuatu kalau tidak diawasi," seru Reyhan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status