Share

4

Author: Pena_Receh01
last update Last Updated: 2022-11-24 17:50:56

Maira berjalan pelan lalu melirik sekitar. Ia mendongak menatap langit yang masih gelap. Dia menarik dan membuang napas kasar.

"Dasar, aku tertipu dengan kebaikannya dulu," gumam Maira.

Wanita itu merogoh ponselnya, lalu menelepon seseorang.

"Tolong jemput, aku ada di jalan ...," pinta Maira.

Seseorang yang masih dalam keadaan setengah sadar itu. Berusaha membuka mata.

"Dijalan mana? Kamu yang bener aja Dek. Ini pasti masih malam, Abang ngantuk Dek jangan ganggu," tutur David.

Maira menghela napas, bahkan wanita itu masih sesegukan. Membuat David terheran mendengar hal tersebut.

"Kenapa kamu begitu? Apa kamu baru saja menangis?" tanya David bertubi-tubi.

"Abang ... cepat jemput Maira!"

Tangisan itu akhirnya keluar lagi. David terkejut ia langsung duduk dan bergegas keluar tanpa mengganti pakaian.

"Abang akan ke sana, tunggu Abang!" perintah David.

Maira mengangguk walau tidak terlihat oleh sang Kakak. Setelah itu ia mematikan ponsel karena baterainya tinggal sedikit lagi. Memeluk tubuh kala angin berembus membikin bulu badan menegang.

"Ahh ... kayanya bakal hujan deh," gumam Maira.

Wanita itu mengusap air mata yang masih sesekali terjatuh. Ia melangkah perlahan menuju jalan kediamannya, setelah satu jam berlalu. Dia mendengar suara motor, dan memilih untuk berdiri menunggu. Kala seseorang berhenti di hadapan.

"Dek, kamu kenapa? Kenapa malam-malam begini di luar bawa koper segala lagi," seru David.

Maira hanya diam, ia langsung duduk di belakang motor.

"Aduh Dek, ini gimana bawa kopernya," keluh David.

Maira mundur lalu menaruh benda itu di tengah mereka.

"Aduh Dek, pasti berat itu."

Maira mendengkus kesal, ia gemas dengan kakaknya yang selalu komentar.

"Udahlah, Bang. Jangan koment mulu, udah jalanin motor aja napa," cecar Maira.

David yang mendengar omelan adiknya hanya terkekeh.

"Nah gitu, jangan cemberut terus Abang gak suka. Mendingan marah gini, kalau kamu cemberut hawanya serem tau gak," goda David.

Maira mencebik kesal, ia langsung mencubit lengan David membuat lelaki itu memekik.

"Aduh ... Dek, demen banget nyucit Abang," gerundel David.

Lelaki itu mulai melajukan kendaraan roda dua tersebut. Rasa sedih Maira berganti dengan rasa kesal dengan sang Kakak.

"Lagian, suami kamu kemana sih, Dek. Kenapa gak minta anter sama dia. Perasaan semangat banget mau ke rumah sampe jam segini minta dijemput," ujar David.

Maira hanya diam tidak menjawab, ia langsung mengingat perlakuan lelaki yang kini berstatus mantan.

"Udahlah, Bang. Gak usah ngomong dia, cowok brengsek!" geram Maira.

David memilih diam tidak membahas Reyhan lagi, ia kini paham adiknya minta di jemput. Dan membawa koper dan berjalan di malam hari begini.

"Pokoknya kamu harus ceritakan nanti di rumah!" perintah David.

Sampai di kediaman orang tua mereka, sudah masuk waktu subuh. David membantu membawakan koper dan mengetuk pintu karena seperti dikunci. Kala benda itu terbuka omelan langsung menyambut lelaki tersebut.

"Kamu ini Dav, kenapa pergi gak bilang! Untung Ibu bangun dan tau kalau pintu gak kekunci," omel wanita paruh baya tersebut.

David yang mendapatkan omelan itu hanya memandang malas sang Ibu.

"Gak usah marah-marah, Bu. Nanti cepet tua lho. Lagian kan udah Ibu kunci juga kan tadi," sahut David.

Maira melihat wanita yang melahirkannya itu langsung menangis. Ia memeluk sang Ibu, sedangkan perempuan itu sempat terkejut lalu tersadar dan membalas dekapan anaknya.

"Kok kamu disini, Nduk. Suamimu kenapa?" tanya Ibunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan   114 [TAMAT]

    "Mas," panggil wanita itu.Dia tidak menanggapi, lelaki itu melangkah lebar dan mengambil kunci. Maira hendak mengejar tetapi sangat kesulitan. "Jangan tunggu aku! Aku gak bakal pulang," seru lelaki itu. Pria tersebut menutup pintu dengan kencang, Maira menatap nanar adegan di depannya. Lalu berusaha mendekati benda tersebut dan membuka, terlihat kendaraan roda empat milik Hafiz telah melaju."Mas ...."Anggrek segera mendekati menantunya lalu mengusap pundak wanita tersebut. "Sayang, tenangin diri kamu. Jangan begini, kamu lagi hamil lho," seru wanita itu.Maira langsung memeluk sang mertua dan menangis tersedu-sedu. Sedangkan Hana masih syok karena kemarahan Hafiz. Gadis kecil itu bergegas mendekati Maira dan memeluk wanita tersebut. "Mama, jangan nangis. Nanti biar Hana bantuin minta maaf sama Papa," ujar gadis itu.Wanita paling tua dari mereka langsung membelai puncuk kepala Hana. Sedangkan Maira segera memeluk anak sambungnya. Anggrek segera mengajak sang menantu untuk masuk

  • Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan   113

    Setelah berkata demikian wanita itu langsung mematikan sambungan telepon, tanpa mendengarkan perkataan sang suami. Sedangkan Hafiz hanya menggelengkan kepala lalu mengetik pesan pada Maira. [Makanan udah mateng, kamu turun makan dulu. Susu juga udah aku buatin,] [Karna kamu gak mau ketemu, aku ke kantor aja kalau gitu ya.]Mata Maira melebar membaca deretan pesan sang suami. Dengan berusaha secepat mungkin ia turun dari ranjang lalu melangkah membuka pintu. Mulutnya baru saja hendak berteriak tetapi, terhenti kala seseorang menarik membuat wanita itu tertarik ke pelukan lalu terhalang perut. "Haha ... untung di depannya bantal, kalau bukan perutku pasti sakit."Lelaki itu ikut terbahak karena ucapan sang istri. Setelah melihat Maira memegang perut, pria tersebut menebak jika Maira merasa sakit akibat tertawa. Ia segera memperintah untuk berhenti."Udah, jangan ketawa mulu. Nanti perutmu sakit, mendingan ayo makan," ajak Hafiz.Dia menganggukan kepala lalu ikut melangkah bersama san

  • Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan   112 [bagian 2]

    Seharian ini lelaki itu dikerjain sang istri, ia didandani seperti ibu hamil. Tetapi keletihan tersebut tergantikan dengan tawa bahagia sang istri."Yang ... udah ya, aku udah ngerasain kok ini. Capek banget baru beberapa jam juga, udah ya aku lepasin semua," pinta Hafiz. Maira yang tertawa langsung cemberut, wanita itu menggelengkan kepalanya. Membuat Hafiz mendapatkan tanggapan tersebut menghela napas. "Ya udah kalau gak boleh, sekarang kita makan yuk! Aku lapar nih," ajak lelaki itu.Wanita itu mengangguk lalu dibantu berdiri oleh sang suami. Ia menggenggam tangan lelaki tersebut kala terulur, dan melangkah bersama ke ruang makan. Terlihat meja yang hanya tersaji buah-buahan, Maira segera duduk di kursi dan Hafiz lekas melihat isi kulkas. "Mau makan apa, Yang?" tanya Hafiz.Semenjak Bi Wati sudah tidak bekerja, lelaki itu mulai belajar memasak kembali. Karena dia sangat sulit percaya dengan orang lain, dan hanya menyuruh pembantu membereskan kediaman saja. Kalau memasak itu ad

  • Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan   112 [bagian 1]

    Maira akhirnya menelepon nomor handphone Maira, telepon langsung tersambung. Wanita itu segera bertanya pada tetapi ia terdiam kala jawaban dari yang mengangkat."Kamu bohong kan, padahal seminggu yang lalu aku telepon sama Bibi lho," pekik wanita itu. Anggrek yang mendengar teriakan Maira terkejut, bahkan Hana yang terlelap terbangun. Gadis kecil itu kaget kala melihat Mama sambungnya menangis sangat kencang."Ada apa, Ra? Siniin handphonenya!" pinta wanita itu.Dia langsung merebut handphone itu karena tak kunjung diberikan oleh Maira. Hana membantu menenangkan wanita tersebut yang terus menangis tersedu-sedu. Sedangkan Anggrek sekarang tau kenapa menantunya menangis sampai begini. "Makasih ya, kalau gitu saya matiin teleponnya."Setelah mematikan sambungan telepon tersebut, Anggrek segera menelepon handphone anaknya. Hafiz yang memilih bekerja melirik benda pipih itu lalu mengeryitkan alis saat snag Mama menelepon."Kebiasaan banget," gerutu lelaki itu. Hafiz segera mengangkat t

  • Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan   111 [bagian 2]

    Lima hari berlalu, keinginan Wati untuk pensiun tidak bisa dicegah. Kini mereka tengah mengantarkan wanita itu untuk kembali ke kampung. Hana yang mengetahui hal tersebut terus memeluk perempuan paruh baya ini. "Bibi ... kenapa Bibi pulang, apa Bibi gak sayang sama Hana. Apa Hana nakal bikin Bibi marah," cerocos gadis tersebut. Sesampai di kediaman wanita itu, Hana sudah terlelap karena kelelahan menangis. "Jaga kesehatan ya kalian," ucap Wati.Mereka menganggukan kepala sebagai jawaban, lalu segera pamit karena Hafiz hendak kembali ke kantor. "Maaf mengganggu waktu kalian jadinya," tutur wanita itu. Hafiz dan Maira langsung menggeleng, lalu wanita yang suka dipangil Neng oleh Wati itu memeluk perempuan tersebut."Pokoknya nanti Bibi harus angkat telepon aku," rengek Maira. Wati hanya menganggukan kepala pelan, lalu mereka segera pulang. Hana yang terbangun tidak mendapati perempuan yang menjaganya sangat lama itu menangis kembali. Maira berusaha menenangkan Hana.*** Waktu te

  • Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan   111 [bagian 1]

    Maira bernapas lega setelah menaruh kue ulang tahun itu ke kulkas. Suara telepon terdengar, Wati terkejut karena hal tersebut. Ia mengelus dada sedangkan Hana tertawa melihat keterkejutan sang pengasuh. "Tuan Hafiz yang nelepon, Neng," lapor Wati. Maira menyuruh wanita ituhmengangkat telepon Hafiz. Sedangkan dia menyuruh sang supir untuk memarkirkan kendaraan di garasi. "Bi! Udah ditangkep belum hewan itu, pokoknya harus di tangkep ya, Bi!" seru lelaki itu. Terdengar suara lelaki itu sedikit gemetar. Wati merasa bersalah karena hal tersebut. "Udah ketangkep Tuan, Tuan bisa keluar sekarang. Nyonya Maira juga udah pulang nih," balas Wati.Hafiz langsung mematikan sambungan telepon, lalu tak lama lelaki itu keluar dari kamar. Tubuh pria tersebut masih gemetar. "Sini Mas, kamu takut banget ya."Lelaki itu menganggukan kepala, ia mendekati Maira dan duduk di tengah-tengah para perempuan. Mereka segera memeluk pria tersebut."Kita peluk nih, Pah. Papa jangan takut lagi ya," ucap Han

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status