Share

5

David yang melihat riak wajah adiknya berubah langsung menarik lengan Maira. Membuat dekapan Ibu dan anak tersebut terlepas.

"Kamu tuh apa-apaan sih! Dav, Ibu lagi melepas rindu sama adekmu lho," cecar wanita itu.

Wanita itu mengikuti anaknya, sedangkan Maira langsung memandang sang Kakak yang mengulas senyum. Lelaki tersebut menyuruh sang adik untuk duduk di sofa.

"Ibu ini, harusnya anak dateng tuh disuguhi dulu ke, takut Maira capek gitu. Ini malah dicecar sama pertanyaan," gerutu David.

Ibu mereka langsung berdecak menatap kesal David. Ia memilih duduk di samping Maira, dia memegang tangan putrinya.

"Kamu istirahat dulu, setelah merasa lebih baik tolong ceritakan, kali aja kami bisa bantu," ujarnya dengan nada lembut.

Maira mengangguk, ia mengulas senyuman. Mendekap sang Ibu lagi dan menangis di pelukan wanita itu.

"Nangis sepuasmu, Nduk. Setelah itu jangan sampai air mata berhargamu ini berjatuhan lagi," lontar sang Ibu.

Sedangkan David memilih membantu membawakan koper Maira ke kamarnya. Tak lupa menyiapkan air minum untuk sang adik.

"Apa yang sebenernya terjadi dengan adikku, sepertinya bukan karna ingin kemari. Tapi ada hal lain yang membuat Maira minta dijemput malam begini," gumam David.

Lelaki itu setelah menyeduh teh langsung bergegas membawa ke tempat di mana Maira berada.

"Minum ini, tenangkan dirimu!" perintah David.

Maira tersenyum mendapatkan perhatian Kakaknya. Ia mengangguk lalu meminum perlahan teh tersebut.

"Makasih, Bang! Abang emang yang terbaik."

Maira langsung tertawa melihat gaya sok lelaki itu. Dia bahkan menepuk-nepuk dadanya, seraya membusung.

"Gak pantes kamu, Bang! Badan kurus gitu," kelakar Maira.

Lelaki itu berdecak kesal, ia memilih duduk di sofa.

"Kamu ini, rese banget sih! Badan Abang kurus-kurus gini tenaganya besar lho," ucap David.

Maira hanya mencibir seraya tertawa kala melihat David yang mencebik. Sedangkan Ibu mereka tersenyum melihat anaknya selalu akur.

"Oh iya, Bapak kemana sih? Kok Maira gak liat?" tanya wanita itu.

Wanita itu langsung tersadar kala putrinya menanyakan sang suami. Ia bangkit membuat Maira terkejut.

"Ayo Nduk, pasti Bapakmu seneng liat kamu ada di sini," celetuknya.

Maira mengeryitkan alis bingung, sedangkan David terkejut kala mendengar suara sesuatu terjatuh. Mereka berlari ke asal suara, kala sampai di kamar orang tuanya, David yang melihat Bapak terbaring di lantai langsung membantu pria tersebut.

"Aduh, Pak! Kenapa bisa jatuh gini sih," gerutu sang istri dengan nada khawatir.

Pria paruh baya itu hanya meringis menahan rasa sakit. Lalu senyuman terbit di bibirnya.

"Tenang, Bu. Bapak gak papa kok, tadi cuma mau ambil air minum aja eh malah jatoh," sahutnya.

Wanita itu hanya menghela napas, sedangkan Maira langsung mendekati pria paruh baya tersebut. Ia berjongkok dan memegang tangan bapaknya.

"Pak, kenapa gak bilang ke Maira kalau lagi sakit sih," seru wanita itu.

Matanya berkaca-kaca, bahkan kini menitihkan air mata. Lelaki paruh baya tersebut yang melihat ada putrinya langsung menyodorkan tangan memegang wajah Maira.

"Bapak gak kenapa-napa kok, kapan kamu datang, Nak. Bapak kangen banget sama kamu," lirih lelaki itu.

"Maira bakal disini nemenin kalian, Pak. Maira bakal berusaha kerja buat bantuin kalian," tutur sang anak.

Lelaki itu langsung menggeleng mendengar hal tersebut. Ia mengusap air mata yang berjatuhan di kelopak putrinya.

"Jangan nangis, kemana suamimu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status