Share

5. Petuah

Penulis: Rinai Hening
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-03 05:23:44

                Arya berjalan mondar mandir di dalam kamar besarnya. Bukan tanpa sebab, kilas bayangan saat Alisha menangis histeris tadi sore masih begitu nyata di kepalanya. Apa yang menjadi kekhawatiran Alisha ternyata benar-benar terjadi dan menyiksa batin mereka. Alisha hamil, itu faktanya. Menghela napas berulang kali, nyatanya tak membuat Arya tenang. Sebaliknya ia merasa berada gelisah bagai berdiri di tepian jurang.

Dering ponsel yang menjerit di atas tempat tidur menyadarkan lamunan Arya.

"Iya, Sha. Kenapa? kamu nggak kenapa-napa kan?" tanya pria itu tanpa bersusah payah mengucap salam.

"Aku nggak apa-apa, Mas. Hmmm ... Mas Arya gimana? udah ngomong sama keluarga Mas Arya tentang, hmm... tentang kehamilan ini." Suara Alisha terdengar lenih kecil karena gasis itu sengaja berbisik.

"Belum, Sha. Mama lagi ke tempat Mas Seno lagi kangen sama mantunya. Papa juga belum pulang deh kayaknya, masih sepi banget di rumah, cuma ada Mas Awan," seru Arya sambil sesekali mengusap tengkuk.

Memang kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah, tapi kalaupun mereka ada, sebenarnya Arya sendiri yang tak yakin apa ia sanggup berterus terang pada kedua orang tuanya tentang berita besar yang ia bawa. Menghamili anak orang termasuk berita besar kan? berita besar yang memalukan.

"Ta- tapi, Mas beneran akan bilang tentang kehamilan ini kan? Mas akan tanggung jawab kan?" ulang Alisha entah untuk yang ke berapa kalinya hari ini.

"Tentu saja aku akan tanggung jawab, Sha. Kamu jangan khawatir." Arya tak sanggup membayangkan wajah sedih kekasihnya jika ia ingkar pada kalimatnya sendiri. "Sabar sebentar ya, Sha. Nanti aku kabari, ini mama barusan nyampe deh kayaknya."

"Hmm, oke. Kalau Mas Arya sudah ngomong ke keluarga Mas, nanti … hmm, nanti temani aku ngomong jujur ke Ayah sama Mas Angga juga," respon Alisha terdengar ragu. Bagaimana tidak ragu, gadis itu pasti sudah membayangkan akan semurka apa ayah dan kakak laki-lakinya.

"Iya, Sha. Besok aku kabari, ya. Love you, good night," pungkas Arya lantas mematikan panggilan.

Bukan tanpa sebab, lantaran ia mendengar derap langkah yang bergerak semakin dekat dengan pintu kamarnya. Itu pasti Hanami, atau bisa juga Irawan, kakak keduanya.

"Dek?" Suara Hanami membuat putra bungsunya menoleh seketika.

"Kata Yoshi kamu nyariin mama? tumbenan sih? kamu kurang sehat?" Perempuan paruh baya itu langsung menyerbu masuk ke dalam. kamar Arya tanpa bertanya dulu. Lantas kemudian meletakkan punggung tangannya ke permukaan kening sang putra demi untuk memeriksa suhu tubuh Arya tetap pada angka normal seperti biasa.

"Kamu nggak demam tuh?"

"Aku emang nggak demam, Ma. Aku nggak sakit kok," jawab Arya mencoba melengkungkan senyum terbaiknya. Senyum terbaik yang selalu ia beri pada pemilik cinta pertamanya ini.

"Duh, bikin panik cemas aja deh, kamu ini, Dek."

Andai Hanami tahu apa yang sudah dilakukan Arya pada Alisha, pasti perempuan ini tak hanya dilanda panik. Tapi juga bisa saja pingsan di tempatnya.

"Mama dari mana?" Arya menangkap pergelangan tangan sang ibu lantas ia giring agar ikut duduk di sofa panjang dekat jendela kamarnya.

"Dari rumah Mas Seno, Dek. Anya hamil, Dek... hamil!" Wajah Hanami yang tadinya cemas kini berubah sangat cerah. Pun kedua tangannya yang refleks bertepuk tanda beliau sedang tak bisa menyembunyikan rasa bahagia.

"Mama seneng banget, akhirnya mau punya cucu pertama dari Mas Seno."

'Andai Mama tau kalau bakalan dapat cucu lain dari Alisha,' pikir Arya dengan wajah sedikit menegang. Berita kehamilan Anya seharusnya jadi berita bahagia juga untuknya, tapi entah kenapa kabar itu justru membuatnya berdebar karena teringat akan isak tangis Alisha.

"Kemarin aja tuh sih Anya nggak percaya sama tebakan mama kalau dia lagi hamil." Arya masih setia mendengarkan tak ingin memutus antusias sang ibu tentang harapannya akan hadirnya seorang cucu. "Ternyata beneran hamil kan, malah kata dokter udah masuk 11 minggu."

‘Sebelas minggu ya, hanya selisih sedikit dengan kehamilan Alisha.’

Benak Arya kembali tertuju pada kekasihnya. Kemarin, ia dan Alisha sengaja membeli beberapa alat uji kehamilan. Salah satunya alat uji yang menunjukkan angka usia kehamilan yang terjadi. Lantas ketika Alisha mencobanya, test pack tersebut menunjukkan angka tujuh. Itu artinya, usia kehamilan Alisha tujuh minggu kan?

"Heh, malah bengong... kamu nggak happy apa mau jadi om-om, Dek?" seru Hanami sembari menepuk paha Arya.

Arya menggeleng cepat untuk mengusir pikiran yang selalu menghantuinya. "Eh, aku happy, Ma. Pasti ikut happy dong kalau keluarga kita makin rame. Anak Mas Seno pasti cakep, lha wong Mbak Anya kayak model gitu cantiknya."

Alisha juga sangat cantik. Jadi, kemungkinan besar anak yang dilahirkannya akan sangat cantik atau tampan seperti dirinya atau ibunya.

Astaga... kepala Arya benar-benar ingin meledak rasanya. Karena sedikit-sedikit selalu terngiang-ngiang dosanya dengan sang kekasih. Ditambah lagi kenyataan kalau ia pun sebentar lagi akan jadi seorang ayah di usianya yang terbilang muda.

"Woo ... pasti dong, cucu-cucu mama nanti pasti pada cakep semua. Anak mama aja cakep semua, apalagi kamu, Dek." Hanami mencubit gemas pipi putra bungsunya.

"Emang mama mau aku kasih cucu sekarang?" tanya Arya dibalut kekehan canda.

Hanami sontak mendelik lalu memukuli lengan putranya. "Hushh...!! Kamu itu kalau becanda jangan kebangetan gitu, Arya! Kalau omonganmu dijabah malaikat gimana? kamu nikah aja belum sok-sok'an mau ngasih cucu ke mama? dosa besar hamilin anak gadis orang!! Amit-amit, Dek, nggak ridho mama, pokoknya nggak ridho. Jangan sampe anak-anak mama kurang ajar kayak gitu! Bisa mati jantungan mama sama papa. Emangnya kamu tega!"

Deg!!

Kepala Arya bak berputar cepat lalu dihantamkan pada pilar beton berkali-kali. Belum mengetahui kenyataan yang ia sembunyikan saja, Hanami sudah mengemukakan sumpah serapahnya yang membuat Arya bergidik ngeri. Lantas bagaimana jika sang mama sampai tahu dosa besar yang sudah terlanjur terjadi? bisakah Arya meminta gila saja?

"Astaga Mama!!!" potong Arya dengan suara sedikit bergetar. "Jangan ngomong mati-mati gitu ah, serem!" Arya menggelengkan kepala cepat. Ingin membuang jauh-jauh bayangan kedua orang tuanya yang terkapar tak berdaya karena perbuatan bejat yang ia lakukan.

"Kamu juga jangan ngomong aneh-aneh makanya, Dek. Becandanya jangan ngawur!" Hanami menangkup kedua pipi Arya lalu menggerakkannya ke kanan dan kiri. "Sekarang kamu fokus sama S2 aja ya, buruan tobat kalau sekarang masih gonta ganti pacar!"

"Mamaa... " potong Arya lagi mengernyit tak terima. "Aku nggak pernah gonta ganti pacar kok, aku udah nggak labil kayak dulu lagi. Mama dapet info ngaco dari siapa sih?"

Sejak bertemu dan menjalin kasih dengan Alisha, memang banyak terjadi perubahan pada Arya. Salah satunya memang tak pernah lagi berganti-ganti kekasih seperti sebelumnya.

"Kata Ghidan dulu!"

"Itu kan dulu banget, Ma. Sekarang mah aku setia sama satu orang aja kok," arya mengerucutkan bibirnya masih kesal dengan Ghidan yang dulu selalu melaporkan apa saja pada sang mama.

"Emangnya siapa pacar kamu yang sekarang? yang Sasa Sasa itu bukan? Yoshi nggak pernah laporan lagi sih, jadinya mama nggak tau pacar kamu yang sekarang siapa?" Hanami gantian mencebik saat mencoba mengorek informasi dari putranya langsung.

Arya mendebas napas lega. Setidaknya pengawalnya yang sekarang bisa tutup mulut meskipun didesak oleh Hanami secara langsung. "Nanti aku kenalin, Ma," jawab Arya tersenyum getir. Entah kapan ia berani memperkenalkan Alisha sebagai kekasihnya. Sekaligus … ibu dari calon anaknya.

"Kapan, keburu berangkat ke New York kamu, Dek. Emang dia mau ditinggal? jangan-jangan cuma pacaran beberapa bulan kayak mantan-mantanmu dulu."

"Duh, Ma... Mama ngomong kayak gitu seolah-olah mantanku berderet kayak Mas Seno aja deh," dengkus Arya sebal.

Hanami tergelak kecil saat memukul pelan lengan putranya. "Udah ah, mbulet ngomong sama kamu, Dek. Pokoknya jangan sampe main-main sama perasaan cewek dulu lah kalau belum bisa serius. Beresin dulu tuh kuliah S2-nya jangan sampe molor kayak kemarin. Terus, pelan-pelan gantiin posisi Papa di Galeea. Mapanin dulu semuanya, baru deh mikirin cewek yang bener buat masa depan."

Arya tak bisa berkata-kata. Petuah dan pesan panjang dari sang mama kembali menyadarkannya kalau ia memang tak bisa bergerak kemana-mana selain melanjutkan rencana yang sudah tersusun lama. Bukan rencana tentang menikahi Alisha karena terlanjur berbadan dua. Namun rencana semula di mana ia harus menyelesaikan tanggung jawab di dalam keluarga, yang mana artinya … mau tak mau Arya harus mengubur dalam-dalam dosa besar yang sudah ia perbuat dengan Alisha. Harus.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Pria Masa Lalu   17b. Berubah

    Alisha hanya menggelengkan kepala pelan, masih tak habis pikir dengan jalan pikiran Arya. Bukan pernikahan bak kawin lari seperti itu yang Alisha inginkan. Bukan pernikahan sembunyi-sembunyi yang menjadi rahasia seolah-olah hanya dirinyalah yang memaksakan keadaan. Bukan.‘Tiket penerbangan sudah aku siapkan semua, aku tunggu di New York, Sha. Pin ATM-nya tanggal lahir kamu,...’Alisha kembali menutup email dan menghapus semua pesan yang dikirm Arya padanya. Tak ada gunanya. Karena Alisha masih menganggap Arya tetap enggan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Alisha lantas menutup email dan menghapus semua pesan yang dikirim Arya padanya. Sia-sia dan tak ada gunanya. Karena Alisha menganggap Arya tetap enggan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bahkan cenderung 'cari aman' dengan membawanya kabur ke luar negeri.Alisha pikir ia tak butuh laki-laki yang habis manis sepah dibuang seperti itu. Ia akui kalau kehamilannya ini juga akibat ulahnya juga, setidaknya Alisha ikut andil dengan

  • Terjerat Pria Masa Lalu   17a. Ajakan

    "Arya yang nyuruh kamu datang ke sini?" sinis Alisha ketika mendapati Yoshi sudah berada di teras kost-nya. Beberapa menit yang lalu seorang security memanggilnya, memberi tahu bahwa ada seorang kerabat jauh yang datang mengunjungi. Alisha yang sebelumnya sempat panik karena mengira tempat tinggalnya ditemukan oleh sang kakak, ternyata justru dibuat kesal karena menemukan asisten Arya itu sudah tersenyum kaku padanya.Padahal baru dua hari Alisha merasa tenang lantaran mulai menempati hunian barunya setelah sebelumnya tinggal di hotel untuk beberapa hari. Tempat kost elite yang ia temukan berkat bantuan internet. Kost mewah milik salah satu artis senior ini muncul di halaman utama pencarian. Fasilitas mewah, keamanan dan jaminan privasi yang terjaga membuat Alisha tak berpiikir dua kali untuk menyewa salah satu kamar yang terbilang cukup nyaman di bangunan ini.“Tolong bilang sama boss kamu yang cemen itu, nggak usah cari-cari aku lagi. Apalagi kalau hanya bisa mengandalkan orang lain

  • Terjerat Pria Masa Lalu   16~ Murni Salahku

    Begitu sampai di bandara Juanda Surabaya, lengan Alisha langsung didekap oleh Iin yang kini mensejajari langkahnya."Biar cowok-cowok aja yang ngurusin bagasi, kita langsung keluar,rame banget di sini," bisik Iin lantas menggiring Alisha menuju pintu keluar."Kamu tadi nggak mabuk waktu terbang?" tanya Iin begitu mereka berdua duduk berhadapan di salah satu cafe bandara sembari menunggu kedatangan Danesh dan Alam, suami Iin.Awalnya, Alisha mengira akan banyak mendapatkan banyak pertanyaan tentang Arya dari Iin. Namun ternyata prasangkanya tak berdasar. Meskipun cukup penasaran, Iin tak menunjukkan ketertarikannya tentang adegan kemunculan Arya sebelum keberangkatan tadi.Alisha menggeleng pelan. "Nggak kok, Kak.""Ngerasa mual-mual juga nggak?" imbuh Iin hanya memastikan kekhawatirannya saja.Alisha menunduk mengusap perutnya pelan. "Aman, Kak, Alhamdulillah.""Sha, kamu jadi tinggal di tempat sepupu kamu itu selama di Surabaya?" tanya Iin kembali mengangkat topik yang berbeda."Iya.

  • Terjerat Pria Masa Lalu   15. Plan B

    "Yosh? lo disuruh mama berapa lama di New York? kapan berangkat?" cecar Arya begitu ia kembali ke rumah dan menemukan Yoshi sedang menata koper miliknya."Sa- saya berangkat minggu depan, Mas. Satu minggu sebelum Mas Boss berangkat. Ibu hanya bilang untuk selalu dampingi Mas seperti biasa, jadi saya ngikut perintah Mas Boss aja setelah rapihin apartemen di sana.""Oke, good," gumam Arya lantas mengacak rambutnya lagi. "Gue punya rencana, jangan sampe bocor ke mama apalagi ke keluarga yang lain." Setelah mondar mandir tak jelas, akhirnya Arya mendaratkan bokongnya di sofa tunggal yang ada di teras samping."Rencana gimana, Mas Boss?" Perasaan Yoshi mulai tak nyaman mengingat si bungsu Dwisastro yang menjadi atasannya ini sering kali memberinya job desk di luar nalar yang bisa dibilang bisa membahayakan pekerjaannya."Sebelum berangkat, lo harus cari tahu mendetail tentang keberadaan Alisha selama ini."Alisha lagi, keluh Yoshi hanya bisa ia utarakan dalam hati. Namun ia tak punya jawaba

  • Terjerat Pria Masa Lalu   14. Nyawa Berharga

    "Yang tadi itu … orang yang seharusnya bertanggung jawab atas dari bayi kamu?" Pria yang duduk di sebelah Alisha akhirnya bersuara juga setelah berdeham beberapa kali.Alisha yang sedang menatap nanar jendela pesawat di sebelahnya langsung menoleh. Karena sepanjang waktu tadi yang ia tahu Danesh sedang memejamkan mata tanpa berminat bersuara. Wajar, kalau Alisha sedikit terkejut pria kaku yang pernah mencegahnya melakukan percobaan bunuh diri ini malah mengajaknya berbicara."Ap- apa? ehm ... gimana maksudnya, Mas?" "Pemuda yang tadi itu, ayahnya kan?" Kali ini ekor mata Danesh melirik sekilas ke arah perut Alisha."Itu... hmm, itu, aku nggak mau jawab!" Alisha memilih acuh saja. Memilih diam itu hak prerogatifnya kan?Danesh yang hari ini mengenakan kaos causal berwarna navy hanya mengangguk samar. "Disayangkan sekali kalau memang benar pria tadi yang menyebabkan kamu frustasi dan kabur-kaburan seperti ini."Kening Alisha kembali berkerut. "Maksudnya, Mas?""Selama

  • Terjerat Pria Masa Lalu   13. Kehilangan Jejak

    "Aku janji kita akan menikah, aku akan tanggung jawab sepenuhnya."Arya berdecak frustrasi kala mengingat janji yang ia lemparkan pada sang kekasih di bawah naungan birahi. Malam itu Arya memang menjual janji akan menikahi Alisha, tapi tentu saja bukan saat ini waktunya. Masih banyak tanggung jawab lain yang harus ia tuntaskan terlebih dahulu pada kedua orangtua yang sudah banyak menaruh harapan padanya."Elo mau ngelamun sampe kiamat, Nja?" teguran dari Irawan membuat Arya mendongak seketika. 'Nja' adalah panggilan kecil dari kedua kakak Arya yang berarti 'Manja', sesuai dengan sikap si bungsu yang menurutnya sangat di luar nalar karena terlalu dimanja oleh kedua orangtua mereka."Sialan!""Itu koper di depan lo nggak akan ke isi penuh kalau lo lihatin terus, bego! buruan beresin, biar dibawa Ghidan."Keberangkatan Arya ke New York semakin dekat, namun pemuda itu sengaja mengulur waktu dengan memberi berbagai alasan agar ia bisa sedikit lebih lama tinggal di tanah air

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status