Share

56. Dinner

Penulis: Bintangjatuh
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-02 21:00:06

Aurora melangkah keluar dari pintu kaca vila, membiarkan angin laut malam yang sejuk menyapa kulitnya.

Pemandangan di hadapannya benar-benar menakjubkan. Moonlight Deck adalah sebuah dek kayu luas yang menjorok ke arah pantai, diterangi oleh untaian lampu gantung kekuningan yang hangat dan cahaya bulan purnama yang memantul di permukaan air laut.

Di tengah dek itu, sebuah meja makan bundar telah ditata dengan taplak putih bersih, makanan beralaskan peralatan makan perak, dan lilin-lilin aromaterapi yang bergoyang pelan tertiup angin.

Napas Aurora tertahan sejenak melihat pria yang berdiri di sana. Jantungnya kembali berdebar.

Rasya berdiri di samping meja, membelakangi Aurora dan menatap lautan lepas.

Aurora menarik napas dalam, mengumpulkan keberanian. Ia melangkah maju.

Sundress yang ia kenakan membalut tubuhnya dengan sempurna—tidak terlalu ketat, tapi cukup pas untuk menonjolkan lekuk pinggang dan dadanya.

Rambut pa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   107.

    Sepeninggal Rasya, rumah itu kembali hening. Tapi bagi Aurora, ini bukan keheningan yang sepi, melainkan keheningan yang penuh inspirasi.Ia membuat secangkir teh chamomile, lalu naik ke lantai dua.Aurora membuka pintu studionya. Cahaya matahari dari jendela utara menyambutnya, menerangi ruangan luas yang masih minim perabot itu.Ia meletakkan cangkir tehnya di meja kerja.Dengan semangat menggebu, Aurora mulai membuka koper-koper besar berisi koleksi kain premiumnya.Satu per satu, ia menyusun gulungan kain itu ke dalam rak besi di Fabric Library. Ia menyentuh tekstur kain-kain itu dengan penuh kasih sayang."Rumah baru kalian," bisik Aurora pada gulungan kain favoritnya.Setelah selesai menata kain, Aurora duduk di meja kerja, membuka buku sketsanya.Halaman kosong.Ia memejamkan mata sejenak, membayangkan Paris Fashion Week. Lampu sorot, catwalk, tepuk tangan riuh, dan kritikus mode yang ternganga m

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   106.

    Sebuah taksi online sudah menunggu di depan gerbang.Galaxy berdiri di teras dengan koper besar di sampingnya dan ransel tersandang di bahu. Ia mengenakan hoodie universitasnya, siap kembali ke realitas sebagai mahasiswa rantau.Aurora, yang kini sudah segar dengan pakaian kasual, memeluk adiknya erat-erat."Jangan lupa makan, Gal," pesan Aurora, mode 'Kakak Cerewet'-nya aktif. "Kurangi mie instan. Kalau uang bulanan kurang, bilang Kakak. Jangan minjem teman.""Iya, Kak Rara, iyaaa," jawab Galaxy, menepuk punggung kakaknya. "Uang jajan aman kok, kan sekarang punya Kakak Ipar Sultan."Galaxy melepaskan pelukan, lalu menyengir ke arah Rasya yang berdiri di samping Aurora."Ya kan, Bang Rasya?" goda Galaxy.Rasya, yang sejak tadi berusaha menyembunyikan ketegangan soal Paris di balik wajah tenangnya, tertawa kecil. "Aman. Kirim aja nomor rekening kamu kalau darurat.""Mantap!" seru Galaxy. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya, mengarahkan kamera ke wajah mereka bertiga."Oke, Guys. Gue b

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   105.

    Aroma biji kopi arabika yang baru digiling menguar, memenuhi udara.Rasya berdiri di depan island dapur, bertelanjang dada, hanya mengenakan celana piyama panjang berwarna abu-abu. Rambutnya masih sedikit berantakan khas bangun tidur, namun tangannya dengan terampil menuangkan air panas ke dalam dripper kopi.Ia begitu fokus pada pusaran air di serbuk kopi itu, hingga tidak menyadari langkah kaki pelan di belakangnya.Aurora melangkah tanpa suara. Ia mengenakan kemeja putih kebesaran milik Rasya—yang entah kenapa terasa lebih nyaman daripada piyama sutranya sendiri.Ia berhenti sejenak, bersandar di kusen pintu, menikmati pemandangan di depannya. Punggung lebar suaminya, otot bahunya yang bergerak pelan saat menuang air, dan ketenangan yang memancar dari pria itu.Ada perasaan hangat yang menjalar di dada Aurora. Perasaan memiliki yang begitu kuat setelah pengakuan "takdir" semalam.Aurora berjalan mendekat, lalu tanpa peringatan, ia melingkarkan kedua lengannya di pinggang Rasya dar

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   104.

    "Ya ampuuuun!" pekik kedua ibu itu setengah histeris. Tangan mereka saling bertaut gembira. "Jadi anak itu...?!"Para Ayah tersenyum haru, menggelengkan kepala melihat keajaiban Tuhan.Rasya dan Aurora hanya saling menatap. Kepingan-kepingan masa lalu itu akhirnya jatuh ke tempatnya, membentuk gambar yang utuh.Gadis kecil manis dengan pita biru.Anak laki-laki baik hati dengan gantungan kunci robot.Pandangan pertama yang tak bernama itu. Ternyata... adalah satu sama lain."Jadi..." bisik Aurora, air mata haru mulai menggenang di matanya. "Selama ini..."Rasya tidak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa menarik istrinya ke dalam pelukan yang sangat erat, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Aurora."Selama ini," balas Rasya, suaranya serak karena perasaan yang membuncah. "Itu selalu kamu, Aurora. Selalu kamu."Cerita mereka bukan lagi tentang perjodohan paksa, tapi tentang takdir yang akhirnya menemukan jalan pulangnya.Sebuah lingkaran sempurna yang dimulai di taman rumah sakit enam be

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   103.

    Rasya, yang baru saja selesai membantu para ayah memanggang daging, datang menghampiri mereka sambil membawa minuman. Ia hanya tersenyum melihat interaksi itu dan dengan santai merangkul pinggang Aurora dari samping. "Jangan ganggu istriku, Gal," peringatnya pada Galaxy dengan nada jenaka namun protektif. Saat malam semakin larut dan semua orang sudah selesai makan, Rasya mengetuk gelasnya dengan sendok pelan. Ting ting ting. Semua orang menoleh. "Aku tidak pandai berpidato informal," mulainya, matanya menatap satu per satu wajah orang-orang yang paling ia sayangi. "Tapi malam ini, aku hanya ingin bilang terima kasih." Rasya menatap kedua pasang orang tua. "Terima kasih sudah 'memaksa' kami bertemu, meskipun awalnya kami berdua sangat keras kepala." Lalu, menatap Galaxy dan Naina. "Terima kasih sudah menjadi pilar kekuatan untuk Aurora." Dan terakhir, ia menatap A

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   102.

    Rumah yang sebulan lalu kosong melompong dan bergema, kini telah terisi sepenuhnya.Aroma lilin aromaterapi bercampur dengan aroma masakan rumahan yang menggugah selera memenuhi udara. Di ruang tengah, sofa custom yang dipilih Aurora sudah tertata rapi, dihiasi bantal-bantal yang lembut. Lukisan abstrak minimalis tergantung pas di dinding utama, memberikan nyawa pada ruangan itu.Hari ini, mereka menggelar acara syukuran kecil-kecilan. Hanya keluarga inti, dan sahabat terbaik Aurora. Naina.Suara tawa dan obrolan ramai terdengar hingga ke teras.Di ruang tamu, Miranda sedang berdiri berkacak pinggang—bukan marah, tapi sedang mengagumi chandelier modern berbentuk ranting kristal yang menggantung di plafon tinggi."Oke, Mama mengakui," ucap Miranda dramatis, menoleh pada Aurora yang sedang menata piring di meja makan."Kenapa, Ma?" tanya Aurora tersenyum."Ternyata kamu benar. Desainer Italia kenalan Mama itu mungkin bakal bikin rumah ini terlalu kaku kayak lobi hotel," aku Miranda juj

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status