Semua orang menoleh ke arah suara itu. Yang datang adalah Yanuar, Taraka, dan Arjuna. Meski kedua pangeran itu terkenal saling bermusuhan, demi menjaga wibawa, mereka masih mampu bersikap sopan di depan umum.Hari ini, kedua pangeran itu mengenakan jubah berwarna gelap. Sementara itu, Arjuna memakai jubah biru berhiaskan motif samar, dengan kerah bulat dan hiasan mahkota giok yang sederhana. Sepertinya dia sengaja tampil sederhana agar tidak menyaingi kedua pangeran tersebut.Tatapan Arjuna hanya melintas sekilas ke arah Kastono, tanpa memperlihatkan sedikit pun ekspresi. Namun Eliska tahu persis, si licik ini mungkin sudah menangkap maksud hati Kastono. Dia pasti khawatir kalau Kastono akan menyimpan niat terhadap adik satu-satunya, Nindia. Arjuna sangat menyayangi adik perempuannya itu.Semua orang memberi salam."Dengar-dengar Eliska hari ini menyewa Gedung Bangau. Aku, Kak Taraka, dan Arjuna kebetulan lewat, jadi sekalian ikut meramaikan," kata Yanuar dengan senyum lembut. Sosoknya
Sementara Dwiana mulai memikirkan masa depan Eliska di Provinsi Ergos, Eliska sendiri sedang sibuk mempersiapkan pesta musim semi.Pesta musim semi ini awalnya berasal dari era dinasti sebelumnya. Pesta ini diadakan oleh para wanita bangsawan untuk memamerkan bakat dan keahlian mereka dalam berbagai bidang. Namun di era sekarang, pesta ini lebih menekankan aspek sosial. Karya-karya para wanita dalam bentuk tulisan tangan, puisi, lukisan, bordir, dan lainnya akan dipamerkan dan dinilai.Karya-karya yang terpilih akan dibeli oleh para pengunjung dan hasil penjualannya akan digunakan untuk mendanai anak-anak miskin agar dapat bersekolah di akademi.Tahun ini, giliran Keluarga Adipati Madaharsa yang menjadi tuan rumah. Biasanya, berbagai pesta di rumah ini selalu diatur oleh Gita. Namun setelah Gita menikah, tanggung jawab itu jatuh ke Eliska.Setelah mengalaminya sendiri, Eliska baru sadar betapa rumitnya mengurus acara seperti ini. Bahkan untuk undangan pun harus diperiksa berulang kali
Kabar tentang Adelia yang terkilir di istana menyebar dengan cepat. Para gadis bangsawan dari berbagai keluarga pun saling mengajak untuk mengunjunginya. Eliska pun membawa Rumi bersamanya untuk berkunjung ke Kediaman Adipati Nismara.Kebetulan, Talita dan Arjuna juga sedang berada di sana. Adelia tampak tidak bisa mencurahkan banyak perhatian pada mereka. Dia hanya berkata, "Eliska, Rumi, duduklah sebentar dan minum teh."Naya dan Aisyah juga berada di sana.Arjuna tidak menoleh sedikit pun ke arah Eliska. Di hadapan Adelia, dia tentu harus bersikap seolah-olah tak mengenalnya.Eliska hanya diam menikmati tehnya, meskipun di dalam hati dia mulai menebak-nebak. Dalam kehidupan sebelumnya, Reni menikah ke daerah lain tak lama setelah kejadian ini. Apakah hal ini berkaitan dengan cederanya Adelia? Bagaimanapun, baik Talita maupun Keluarga Nismara pasti tidak akan membiarkannya begitu saja.Demi menjaga batas pergaulan antara pria dan wanita, Arjuna tidak berlama-lama di sana. Saat hendak
Di antara para pangeran, hari ini Yervan juga hadir untuk menonton. Eliska memandang ke arah Yervan. Yervan memiliki penyakit di kakinya, sehingga dia jarang keluar rumah. Kulitnya lebih pucat daripada Yanuar, tubuhnya lebih kurus, dan terlihat seolah tidak memiliki ambisi. Wajahnya memancarkan sikap acuh tak acuh terhadap segalanya.Eliska tak kuasa untuk memikirkan kisahnya. Namun, ingatan dalam benaknya sangat terbatas. Di kehidupan sebelumnya, Yervan memang nyaris tidak pernah menonjol. Dia juga tidak pernah terlibat dalam perselisihan antara Taraka dan Yanuar. Kehidupan yang dijalaninya tampak tenang dan damai.Saat Yervan sedang mengobrol dengan Yanuar, dia sempat menoleh dan melihat Eliska sekejap. Tatapan itu membuat Eliska merasa seolah familier, sepertinya dia pernah bertemu dengan Yervan di suatu tempat.Eliska mencoba mengingat-ingat lebih saksama, tetapi tidak menemukan petunjuk apa pun. Mungkinkah sebenarnya dia pernah bertemu Yervan? Namun, Eliska tidak punya banyak wakt
Sepulang ke rumah, Eliska berlatih sendiri selama beberapa hari. Dia bahkan melatih kemahiran menunggang kuda hingga keseimbangannya menjadi sangat baik. Keterampilan itu ternyata memiliki kemiripan dengan teknik bermain sepak bola, sehingga hasil tendangannya cukup memuaskan.Kali ini dia masuk istana bukan pada saat perayaan besar. Oleh karena itu, suasana di dalam istana lebih tenang daripada biasanya. Dinding-dinding menjulang di kedua sisi, menciptakan kesan megah dan sakral. Pemandangan ini membuat orang refleks memperhatikan setiap langkahnya.Orang yang menyambut kedatangan Eliska ke Istana Mentari adalah kasim pribadi Winka. Dia bersikap sangat ramah terhadap Eliska. Sepanjang perjalanan, dia memperkenalkan beberapa putri dan gadis bangsawan yang akan ikut bermain sepak bola hari ini.Kedua kapten tim adalah Winka sendiri dan Kemala. Kali ini Nindia berada di tim Kemala.Begitu Eliska masuk ke Istana Mentari, terdengar suara "selamat sejahtera, semoga rezeki berlimpah". Hanya
Bulan tersadar kembali dari lamunannya.Saat mengetahui identitas asli Arjuna, hatinya diliputi kegelisahan. Dia tahu betapa tinggi kedudukan pria itu, tetapi tidak pernah menyangka dia adalah putra Raja Kawiswara.Mengingat Arjuna sering bepergian ke Surtara dan memerlukan seorang pendamping, Talita yang melihat keterampilan Bulan ini pun pernah berniat untuk menyuruh Arjuna menikahinya. Hanya saja, rencana itu akhirnya terhenti karena beberapa hal yang tak lagi dibicarakan."Meski nggak tahu siapa yang menyelamatkan Nona Bulan, aku yakin dia adalah orang yang berbudi," kata Dwiana. Di ibu kota ini, banyak sekali jenderal dan perwira yang berlalu-lalang dari Surtara, jadi Dwiana tidak bisa menebak siapa sebenarnya orang yang membawa Bulan ke sini.Eksprei Bulan menjadi semakin lembut, lalu berkata, "Benar kata Nyonya, dia adalah orang baik. Utang budiku padanya sudah tidak terhitung jumlahnya."Eliska hanya membentangkan tangan, membiarkan Bulan mengukur lingkar pinggangnya tanpa berk