Sebelum berangkat ke Provinsi Yubara, Eliska mengirimkan semua dana yang dikumpulkan dari pesta musim semi ke berbagai sekolah swasta. Belajar dapat menambah wawasan. Ini merupakan kesempatan langka bagi rakyat biasa untuk meraih kesuksesan.Selain itu, Eliska juga berniat menggunakan uang pribadinya untuk membeli beberapa alat tulis dan menyumbangkannya.Setiap tahun saat pesta musim semi, Adelia juga melakukan hal yang sama. Makanya, ketika Eliska bertemu dengannya di toko buku, dia tidak terkejut sama sekali."Eliska." Adelia memandangnya dengan agak ragu."Kak Adelia," sapa Eliska. Adelia membantu Eliska memilih beberapa pena dan kertas, lalu berkata, "Pilih yang murah saja. Kalau terlalu mahal, bisa saja dijual kembali oleh keluarga anak-anak setelah menerimanya."Eliska mengangguk."Kalau aku tahu Reni menggunakan racun perangsang hari itu, aku pasti akan memberitahumu," kata Adelia. Dia hanya ingin memberi pelajaran kepada Reni, bukan mencelakai Eliska, tetapi dia juga tak bera
"Selalu akan ada orang yang mampu melakukannya," ucap Eliska dengan keyakinan penuh. Dia tak pernah meragukan hal ini.Di kehidupan sebelumnya saat Eliska sangat mencintai Arjuna, dia rela mati demi Arjuna, bahkan bersedia melindungi Kediaman Raja Kawiswara. Di kehidupan ini pun, dia akan melakukan hal yang sama untuk suaminya. Pasti ada orang yang sama dengannya."Kenapa nggak kamu beri aku satu contoh saja?" Arjuna langsung bertanya dengan tajam.Eliska terdiam, tidak bisa membalas, tetapi tetap berkata, "Aku akan menemukannya."Arjuna menanggapi, "Dalam hubungan, dalam dangkalnya perasaan hanya bisa terlihat lewat waktu yang dihabiskan bersama. Sekarang, kamu dan aku bahkan belum saling mengenal dengan baik. Bukankah terlalu dini membicarakan cinta saat ini?"Eliska tidak percaya bahwa waktu bisa mengubah segalanya. Dia tahu dalam hati Arjuna mungkin sedang mentertawakan kenaifannya, tetapi dia tidak berdebat lagi.Saat mengantarkannya ke kereta kuda dan melihat Eliska tak mengataka
Jika disingkirkan di tempat ini, bisa dibilang dirinya akan menghilang tanpa jejak. Jika Keluarga Adipati Madaharsa menyelidiki, paling-paling mereka hanya menemukan jejak di Paviliun Awani.Eliska ragu sejenak, berniat menelusuri jalan kembali. Namun, setelah berbalik, dia justru menabrak dada seorang pria. Dia segera mundur dua langkah, tetapi tanpa sadar menginjak sesuatu dan angin dingin menyapu wajahnya."Awas." Sebelum Eliska sempat bereaksi, Arjuna sudah memeluknya dan berguling di tanah. Arjuna menindihnya, dengan satu tangan masih melingkari pinggangnya.Tak jauh dari mereka, sebuah anak panah tertancap. Ternyata benda ini yang melesat tadi, membawa angin dingin yang membuatnya merasakan hawa sejuk.Eliska tak bisa melihat ekspresi Arjuna dengan jelas. Dia hanya diam, lalu mendorongnya perlahan."Kenapa kamu berjalan sembarangan?" Arjuna menggenggam pergelangan tangan ramping Eliska dengan satu tangan, tubuhnya sedikit membungkuk. Meskipun terdengar seperti menegur, tak ada na
Eliska berpikir, orang secerdas Arjuna seharusnya bisa menangkap maksudnya.Arjuna menatapnya beberapa saat, lalu berkata dengan tenang, "Kalau itu hanya mimpi, tentu nggak perlu terlalu dipikirkan."Eliska menghela napas lega. "Aku bukan hanya ingin berterima kasih kepada Putra Bangsawan karena penawar racun itu, tapi juga soal Kak Reni."Dia memang tidak membenci Reni. Namun, jika Reni tetap tinggal di ibu kota, belum tentu dia tidak akan membuat ulah lagi di masa depan.Setelah kejadian ini, meskipun Reni tak dihukum, dia pasti akan dijauhi oleh keluarganya sendiri. Jika itu terjadi, dia pasti akan menyalahkan Eliska. Kejahatan hati manusia tidak boleh diremehkan.Arjuna berkata, "Sebenarnya tujuannya bukan kamu."Mendengar kejujuran Arjuna, hati Eliska tersentuh. Dia pun berucap, "Beberapa hari ini aku mencari tahu lewat buku-buku medis, ternyata racun perangsang awalnya hanya bunga plum beracun ringan. Untuk menjadikannya obat perangsang, prosesnya sangat rumit. Racun ini sangat j
Bagi Dwiana, gosip-gosip itu tidak lebih dari angin lalu. Jika orang bahkan tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah, dan tetap peduli pada omongan luar, orang seperti itu tidak pantas menjadi besannya.Beberapa hari kemudian, Yanuar datang ke Kediaman Adipati Madaharsa bersama Ayuna untuk menjenguk Eliska.Saat itu, Eliska sedang bermain ayunan. Begitu melihatnya, dia tersenyum manis dan memanggil, "Kak Yanuar."Namun bagi Yanuar, suara Eliska terdengar agak dingin."Bagaimana kalau kukirimkan seekor burung kecil untuk menemanimu?" usul Yanuar.Eliska tidak suka memelihara makhluk hidup seperti itu. Baginya, semua itu adalah kehidupan. Jika tak bisa merawatnya dengan baik, dia akan merasa bersalah. Setelah berpikir, dia menyahut, "Kak Yanuar, sebaiknya kamu lebih waspada terhadap Keluarga Adipati Nismara."Dari situasi sekarang, sepertinya Adelia memang masih akan menikah dengan Taraka. Kalau tidak, Arjuna tak mungkin memberikan kunci ruang rahasia kepadanya.Dia memberi tahu Y
Sebelumnya Arjuna pernah menyelamatkan nyawa Eliska dan kali ini juga turut membantu. Tak heran jika Dwiana sangat menghargainya. Lagi pula, bukan hanya Arjuna yang datang, tetapi juga Nindia. Hal ini masih bisa diterima oleh publik.Saat Eliska kembali melihat Arjuna, dia tetap menunjukkan sedikit rasa terima kasih. "Terima kasih, Putra Bangsawan."Dengan adanya Nindia, tentu tak pantas berbicara terlalu blak-blakan. Namun, Arjuna adalah orang yang terus terang. Dia melirik air dalam mangkuk, lalu duduk di tepi ranjang dan mengambilnya.Wajah Nindia langsung berubah. "Kak Arjuna!"Arjuna mengabaikan protes itu, lalu menyuapkan air ke mulut Eliska sambil menjelaskan, "Hari itu, kalau aku nggak pergi dan ada laki-laki di kamar perempuan, situasi akan sulit dijelaskan. Kalaupun kita akhirnya menikah, tapi pertemuan kita bermula dari situasi seperti itu, tetap saja akan buruk untuk reputasimu. Meskipun ditutupi, cepat atau lambat tetap akan menjadi bahan gosip."Eliska menerima air itu da