Berhubung Zuhair sudah mengeliminasi Taraka dari opsinya, satu-satunya orang yang cocok untuk posisi pewaris takhta adalah Yanuar."Tampaknya posisi putra mahkota akan segera ditetapkan," ujar Madana dengan ekspresi tak terbaca.Eliska tertegun, diam-diam memikirkan hal ini dengan cermat.Zuhair awalnya menikmati konflik internal antara Taraka dan Yanuar. Sekarang, dia tiba-tiba memihak Yanuar, sementara sasarannya beralih dari Taraka ke Kediaman Raja Kawiswara. Dengan menekan pengaruh Kediaman Raja Kawiswara, dia membuka jalan bagi Yanuar. Ini adalah perubahan signifikan.Di kehidupan lampau, setengah tahun lagi akan tersebar rumor bahwa Zuhair sakit parah. Setelah kondisinya memburuk, dia tidak lagi terlibat dalam politik istana. Arjuna pun kembali ke ibu kota pada saat ini.Eliska tidak tahu detail tentang jalannya perebutan kekuasaan, tetapi dia bisa menebak bahwa pemenangnya adalah Kediaman Raja Kawiswara. Sesudah itu, kendali Zuhair atas Kediaman Raja Kawiswara hampir bisa dikata
"Penampilan dan karakter Tuan Pradipta sama-sama luar biasa," kata Eliska dengan serius."Bagaimana kalau harus memilih satu?" tanya Pradipta lagi."Ada banyak pemuda tampan di dunia. Kalau aku harus memilih, karakter tentu saja lebih penting. Penampilan akan berkurang menarik seiring bertambahnya usia, tapi aku akan selalu mengingat semua kebaikan Tuan Pradipta padaku," jawab Eliska.Ada senyum di mata Pradipta. Memang sangat tipis, tetapi jelas memancarkan kebahagiaannya. Mata itu berbinar cemerlang, membuat orang lain sulit untuk mengalihkan pandangan. Sikap dingin Pradipta saat melihat Eliska bersama Yanuar tadi seketika lenyap tak berbekas."Mengenai permintaanku tempo hari pada Tuan Pradipta ... apa orang itu sudah tiba di Palaraya?" tanya Eliska.Pradipta menjawab setelah hening sejenak, "Kurasa masih dalam perjalanan. Mungkin butuh beberapa hari lagi sebelum dia sampai ke kediaman lama keluarga Nona Eliska."Eliska hendak bertanya lebih detail ketika dia melihat seseorang mende
Ini pertama kalinya Eliska melihat Zuhair memasang wajah semenyeramkan itu."Yang Mulia, nyawa Pangeran Yanuar nggak dalam bahaya," ujar tabib istana setelah memeriksa Yanuar.Mendengar itu, ekspresi Zuhair baru melunak. Dia berkata, "Bawa Yanuar kembali."Kemudian, sang Kaisar menoleh ke arah Eliska dan berkata dengan nada yang lebih ramah, "Semua ini berkat Eli.""Paman Zuhair, silakan bawa Kak Yanuar kembali dulu. Nggak perlu khawatirkan aku," ujar Eliska.Zuhair melirik gadis itu sekilas. Mengingat luka Yanuar, dia pun tidak menunda lebih lama. Sebelum pergi, dia berpesan pada para pengawal, "Tempat ini berbahaya, segera antar Eliska kembali. Kalau terjadi sesuatu, kalian akan kumintai pertanggungjawaban!"Eliska merasa sedikit ngeri. Setelah mengetahui bahwa nyawa Yanuar tidak dalam bahaya, Zuhair bahkan tidak turun dari kuda untuk memeriksa putranya. Dia seolah-olah tidak khawatir tentang putranya, melainkan hanya khawatir pewaris satu-satunya mati.Meski Eliska tahu bahwa hubung
Eliska mendongak menatapnya.Lantaran batu itu cukup tinggi, Pradipta seolah-olah sedang memandang rendah orang lain. Tatapan matanya tidak selembut biasa, tetapi jauh lebih dingin.Yanuar tidak menyadari keberadaan Pradipta. Dia berkata dengan nada menggoda, "Eliska begitu pintar merawat orang. Siapa pun pasti akan tersentuh kalau dirawat olehmu." Kata-kata Yanuar ini mengandung makna tersirat. Dia tidak sedang berandai-andai tentang orang lain, melainkan bicara tentang dirinya sendiri. Tidak diragukan lagi, dia memang sedang menggoda Eliska.Tatapan Pradipta tertuju pada pemuda di bawah batu. Kemudian, dia beralih menatap Eliska. Dia tidak mengatakan apa-apa, seolah-olah sedang menunggu penjelasan darinya.Eliska terdiam sejenak, lalu menjelaskan, "Pangeran Yanuar digigit binatang buas. Aku kebetulan bertemu dengannya."Eliska tidak punya pilihan selain membantu. Jika dia meninggalkan Yanuar dan terjadi sesuatu padanya, dia pasti akan dimintai pertanggungjawaban.Di sisi lain, Pradi
Zuhair menoleh ke arah Eliska dan berkata, "Sekarang Eli sudah 17 tahun. Di antara para gadis lain seusiamu, hanya pernikahanmu yang belum ditetapkan. Hal itu sempat tertunda karena ayahmu. Kalau ditunda lebih lama, takutnya orang tuamu akan khawatir."Pradipta sedikit mengernyit, sementara Yanuar tersenyum penuh arti. Ekspresi merenung terlihat di wajah sang Pangeran.Raja Kawiswara melirik Eliska, mencoba menolongnya dengan berkata, "Kalau Tuan Raditya benar-benar khawatir, dia pasti sudah lama menanganinya. Kurasa Tuan Raditya sudah punya rencananya sendiri."Yanuar menimpali, "Ayahanda, kata-kata Paman benar. Biarpun Ayahanda mencemaskan Tuan Raditya, persoalan ini lebih baik ditangani mereka sendiri."Zuhair menatap Yanuar, mempertimbangkan kata-kata putranya. Segera setelahnya, dia berucap lagi, "Kamu benar, aku memang terlalu khawatir."Eliska membungkuk hormat, lalu duduk di sudut. Dia tidak ikut berpartisipasi ketika para muda mudi unjuk gigi menunjukkan kebolehan mereka. Nind
Dalam mimpinya, mayat bergelimpangan di mana-mana. Di bawah matahari terbenam, Eliska melihat dengan jelas bagaimana pedang itu menembus tubuh Arjuna.Arjuna seolah sudah tidak merasakan sakit apa pun. Dia mengangkat pedang, hendak menghabisi orang di depannya. Pedang itu menusuk tepat di tenggorokan lawan.Eliska ketakutan setengah mati. Tubuhnya mematung di tempat dan wajahnya pucat pasi.Beberapa saat kemudian, Eliska melihat Arjuna mencabut pedang yang menusuk perutnya. Darah mengucur keluar, menuruni pedang dan menetes ke tanah. Namun, dia hanya berdiri dengan ekspresi acuh tak acuh, seolah-olah tidak merasakan apa pun. Inilah Arjuna dari kehidupan lampau, dingin, angkuh, dan seolah tidak terpengaruh apa pun.Kepribadian Arjuna di kehidupan ini jauh berbeda dengan di kehidupan lampau. Perbedaannya begitu besar hingga Eliska bisa langsung tahu dalam sekali pandang.Detik berikutnya, Arjuna menoleh dan melihatnya. Eliska melihat gejolak emosi di matanya yang perlahan memerah.Kemudi