Ketika Arjuna tiba, area dalam perbatasan telah dikepung musuh. Orang yang pertama dicarinya tentu adalah Eliska."Putra Bangsawan, tolong jaga dia baik-baik," pesan Pradipta.Arjuna bertanya dengan alis berkerut, "Apa rencanamu?""Pergi ke luar perbatasan," sahut Pradipta. "Berikan token militer padaku.""Kamu mau terjun langsung ke tengah pertempuran?" tanya Arjuna lagi."Sejak awal memang aku yang seharusnya memenangkan perang ini. Aku tahu formasi yang tepat untuk mengatur pasukan. Lagi pula, Putra Bangsawan nggak akan bisa meninggalkan Eli sekarang," kata Pradipta dengan tenang.Arjuna membungkuk dan memeriksa Eliska dengan hati-hati. Gadis itu tertidur nyenyak, tetapi sudut matanya sedikit basah."Aku memberinya pil penenang," ujar Pradipta.Arjuna berucap ringan, "Terima kasih.""Kumohon bantuanmu untuk menjaganya baik-baik di masa mendatang," kata Pradipta lagi sebelum melangkah pergi."Kalau kamu ingin bertemu dengannya, aku nggak akan melarang," ujar Arjuna. Namun, hanya itu
Itu juga masa lalu Eliska, saat dia paling tulus dan penuh cinta membara. Bagaimana mungkin dia tidak merasakan kesedihan yang sama?Setiap kata yang diucapkan Pradita mengingatkannya kembali pada kenangan yang sama. Memori lama yang sempat terlupakan itu kini satu per satu terlintas di benaknya."Apa anak itu akan dinamai Bara?" tanya Pradipta tiba-tiba."Belum diputuskan," sahut Eliska.Pradipta berkata, "Eli, aku mohon sekali lagi padamu, biarkan aku menjadi ayah angkat anak itu ya? Kalau punya kesempatan, aku janji akan memperlakukannya dengan baik."Air mata Eliska mengucur kian deras. Dia tidak bisa menolak."Berjanjilah padaku. Aku mungkin nggak akan hidup cukup lama untuk mendengarnya memanggilku ayah angkat. Anggaplah kamu sedang menghiburku. Sebenarnya aku nggak sulit dipuaskan. Biarpun itu hanya kata-kata kosong, aku pasti memercayainya," tambah Pradipta dengan lembut.Eliska buru-buru membalas, "Kamu harus hidup dengan baik.""Berjanjilah ya?" bujuk Pradipta.Di kehidupan l
Eliska tidak tahu ke mana Pradipta hendak membawanya. Dia juga tidak bertanya.Pradipta menunduk, menatap Eliska yang hanya diam. Gadis itu tampak sangat patuh dalam dekapannya, tetapi ada kesan berjarak yang terasa, tanda bahwa dia menolaknya.Hal ini sudah Pradipta duga sejak awal. Jika suatu hari Eliska mengetahui identitas aslinya, dia pasti akan bereaksi seperti ini.Pradipta sangat mencintai gadis itu. Setelah menjalani kehidupan kedua, rasa cinta itu hanya makin mendalam. Dalam hidupnya yang sepi, jika tidak ada Eliska, semuanya tidak ada artinya.Namun, Eliska sudah tidak mencintainya. Hanya Pradipta seorang yang terkungkung di masa lalu, tidak pernah bisa keluar selamanya."Sudah lama aku nggak menggendongmu seperti ini," ujar Pradipta dengan nada rindu. "Sepertinya hanya ketika kamu jatuh waktu belajar berkuda, aku menggendongmu kembali ke Paviliun Ramaya. Kamu mengeluhkan sikapku yang dingin padamu.""Tapi, hari itu kamu menyinggung nama Yanuar. Kamu bilang dia punya kuda ya
Eliska merasakan firasat buruk. Mengapa pasukan ini menyerang para wanita di kota? Mungkinkah ini hanya taktik pengecoh? Pertama, hal itu akan melemahkan moral prajurit. Kedua, Yardin terpaksa harus membagi pasukan.Bagaimanapun, meski Karno menduga ini adalah jebakan, dia tidak punya pilihan selain mengirim sebagian pasukan ke sini. Jika dia bahkan tidak melindungi keluarga prajuritnya, siapa yang kelak bersedia berjuang demi Yardin?Namun, bagaimana bisa orang-orang Belani memasuki kota dengan begitu mudah? Siapa yang telah membantu mereka? Dengan penjagaan ketat di perbatasan, seorang prajurit biasa tidak akan bisa melakukannya. Orang ini pastilah harus memiliki jabatan tinggi.Eliska menebak, di titik ini Arjuna boleh jadi sudah tahu siapa orangnya.Sebagai menantu Kediaman Raja, para musuh mungkin berniat menculik Eliska dan menggunakannya untuk mengancam Arjuna. Pemuda itu sudah pasti akan menyelamatkannya.Namun, bila Arjuna menyerah demi seorang wanita, itu akan menjadi alasan
Eliska menunduk. Sebenarnya dia ingin menunggu sebulan lagi untuk memastikan kakaknya baik-baik saja. Namun, dengan kehamilannya sekarang, dia tidak bisa bertindak gegabah. Lagi pula, selain mencegah Giandra mencelakai Raynar, tidak ada lagi yang bisa dilakukannya. Lebih baik dia tidak menjadi beban di sini."Baiklah, aku akan kembali," kata Eliska.Arjuna sedikit terkejut, tidak menyangka Eliska akan begitu mudah dibujuk."Tapi, kamu harus menulis surat untukku setiap beberapa waktu," tambah Eliska. Meski dia tahu Arjuna baik-baik saja di kehidupan lampau, dia tetap khawatir. Bagaimanapun, tidak semua hal di kehidupan ini berjalan persis seperti di masa lalu."Baik," sahut Arjuna."Mengenai para gadis penghibur itu, kamu harus mencari cara untuk membebaskan mereka," pesan Eliska.Arjuna tertegun. Bagaimana Eliska bisa tahu ada gadis penghibur di militer? Namun, dia lalu menebak bahwa para istri perwira lain yang menyebutkan hal ini padanya."Baiklah," ujar Arjuna dengan serius."Kamu
Sejak hari itu, Eliska tidak pernah bertemu Pradipta lagi. Pemuda itu menepati janji untuk tidak mengganggunya lagi.Menurut penuturan Utari, Pradipta telah kembali ke Kabupaten Palau bersama Astri. Dia juga berkata bahwa Pradipta memperlakukan istrinya dengan sangat baik, tidak pernah ada rumor wanita lain di dekatnya. Astri pun selalu memuji Pradipta dalam setiap kesempatan.Jika Pradipta bisa menjalani hidupnya dengan baik, Eliska rasa itu bagus. Dia tidak perlu merasa bersalah atau berusaha menebus kesalahan padanya.Eliska sudah tidak membencinya, dia hanya ... tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.Hari demi hari berlalu.Arjuna juga sibuk. Selama periode itu, dia hanya sempat kembali satu kali untuk menemani Eliska makan. Itu pun tanpa melepas baju zirahnya.Eliska tidak tahu apa alasannya, kali ini dia merasa sangat enggan berpisah dengan Arjuna. Dia bahkan berinisiatif memeluknya untuk waktu yang lama.Arjuna tentu saja senang. Hanya saja, karena takut baju zirah itu akan m