Share

BAB 2 : Mengakhiri Hubungan

Tubuh Yesha kaku seketika. Hatinya memaki tiada henti. Ia benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang paling tidak ingin ia temui, apalagi dalam waktu dekat.

Dengan cepat Yesha menuju pintu pagar rumah untuk menghindari Raefal. Namun, gerakan Raefal lebih cepat. Pemuda itu mencengkeram lengannya dan membawanya ke dalam dekapan pemuda itu.

“Lepaskan aku!” ucap Yesha sedikit berteriak dan mencoba melepaskan diri dari dekapan Raefal. Namun, laki-laki itu justru mendekap Yesha dengan lebih erat lagi.

Berdasarkan ingatan pemilik tubuh, Raefal adalah adik Rezvan dan juga orang yang dicintai oleh pemilik tubuh. Yesha benar-benar tidak mengerti kenapa mereka bisa berakhir seperti ini jika mereka berdua—pemilik tubuh dan Raefal—saling mencintai.

“Aku tidak akan melepaskanmu.”

Raefal menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Yesha. Dan itu membuat Yesha semakin berusaha keras untuk melepaskan diri dari Raefal.

Yesha tidak ingin orang-orang melihat dirinya dipeluk oleh orang lain dan membuat mereka salah paham. Dan yang paling penting, ia tidak ingin Rezvan menganggapnya wanita yang tidak bermoral karena sebagai seorang wanita bersuami, ia dengan santainya berpelukan di depan rumah mereka dengan adik iparnya.

Walaupun bukan dirinya yang memeluk pria itu lebih dulu, tetapi tetap saja orang tidak akan mau tahu kebenarannya. Karena apa yang mereka lihat, itulah yang mereka percayai.

Yesha menghentikan aksinya untuk lepas dari cengkeraman Raefal setelah berusaha keras tetapi tetap tidak berhasil. Ia hanya bisa pasrah dan menunggu kesempatan Raefal melonggarkan pelukannya untuk bisa kabur.

Raefal yang mendapati Yesha tidak memberontak pun menghela napas lega dalam hatinya.

“Aku dengar kamu mencoba bunuh diri dengan meminum obat tidur hingga overdosis,” nada bicara Raefal terdengar sedih dan khawatir. “Tapi sekarang aku bersyukur kamu sudah sehat dan baik-baik saja.”

Yesha mengernyit bingung.

Bagaimana Raefal bisa tahu jika dirinya mencoba bunuh diri?

Siapa yang telah memberitahunya?

Yesha yakin jika Rezvan tidak mungkin akan memberitahu Raefal. Karena laki-laki itu tidak peduli dengannya. Jadi sangat mustahil Rezvan akan memberitahu Raefal.

“Aku tahu aku salah,” lanjut Raefal sebelum Yesha sempat membuka mulut untuk bertanya dari mana pemuda itu tahu. “Tidak seharusnya aku memaksamu secepat mungkin untuk menceraikannya.”

Dalam ingatan pemilik tubuh, sebelum pemilik tubuh mengakhiri hidupnya, Raefal memang sering meminta dirinya untuk menceraikan Rezvan dan berlari ke pelukan Raefal. Namun, entah kenapa pemilik tubuh justru memilih untuk menghabisi nyawanya sendiri.

“Seharusnya aku bisa bersabar lebih lama lagi, tetapi aku tidak sanggup melihatmu tersiksa setiap hari di rumah itu,” lanjut Raefal. “Aku tahu kamu juga sulit untuk menghadapi ini semua. Karena itulah aku ingin kamu secepatnya menceraikannya agar kita bisa segera bersama.”

Yesha memutar mata mendengar omong kosong Raefal.

Raefal melepaskan pelukannya dan mencengkeram kedua lengan bagian atas Yesha. “Aku tahu aku salah. Aku minta maaf, oke? Jadi berhentilah menghindariku.” Raefal frustasi menghadapi Yesha yang hanya diam saja. “Yesha, katakan sesuatu!”

Yesha meringis kesakitan karena cengkeraman Raefal semakin kuat. “Raefal, sakit.”

Raefal segera melepaskan cengkeramannya dari lengan Yesha.

“Maafkan aku, Yes. Aku tidak bermaksud menyakitimu.” Raefal berkata dengan panik dan juga khawatir.

Yesha segera menjauh beberapa langkah ke belakang setelah Raefal melepaskannya. Ia tidak ingin Raefal kembali memeluknya.

Yesha dapat melihat dengan jelas sorot mata terluka Raefal. Namun, tidak ada simpati sedikitpun di benaknya. Sebab Yesha yang dikenal Raefal berbeda dengan Yesha yang sekarang. Karena Yesha yang dikenal oleh Raefal sudah mati.

Mereka memang memiliki nama yang sama, hanya berbeda nama belakang saja. Walau begitu, kepribadian mereka berdua pun sangat jauh berbeda. Ia tidak mungkin akan berpura-pura menjadi pemilik tubuh.

Yesha menatap Raefal. “Raefal, mari kita akhiri hubungan kita.”

“Tidak!” Raefal berteriak cepat. “Kamu sudah berjanji kepadaku jika kamu akan menceraikan Rezvan dan kita akan bersama. Maafkan aku karena selalu mendesakmu hingga membuatmu tertekan. Aku berjanji aku tidak akan mendesakmu lagi dan akan sabar menunggumu. Jadi kumohon jangan pernah berkata ingin mengakhiri hubungan kita, Yes.”

Yesha menggeleng pelan. “Maafkan aku. Sepertinya aku harus menarik kembali kata-kataku. Aku ingin hubungan kita berakhir sampai di sini.”

“Kamu tidak bisa melakukan itu kepadaku, Yesha!” nada suara Raefal sedikit meninggi.

Ia tidak terima Yesha mengakhiri hubungan mereka begitu saja. Lagi pula Yesha sudah berjanji akan meninggalkan Rezvan dan kembali kepadanya.

“Maafkan aku, Raefal, tapi aku ingin mengakhiri hubungan kita.” Mana mungkin Yesha akan meninggalkan Rezvan dan memilih Raefal. Walau mereka saudara, tetapi Raefal tidak setampan Rezvan. Yesha tidak ingin meninggalkan orang setampan Rezvan demi laki-laki di hadapannya.

Yesha tidak peduli orang akan mencibir dirinya karena menyukai orang dari fisiknya. Lagi pula ia menikah sekali seumur hidup, jadi ia tidak ingin menghabiskan hidupnya tinggal bersama orang jelek. Walau suaminya tidak mencintai dirinya, setidaknya biarkan ia tinggal dan melihat laki-laki tampan seumur hidupnya.

Raefal menghela napas dan berkata dengan pelan, “Sepertinya kamu sangat tertekan dengan permintaanku tampo hari. Lebih baik sekarang kamu istirahat dan menenangkan diri. Aku akan sabar menunggumu.”

“Kamu tidak perlu menungguku.”

Raefal mengabaikan ucapan Yesha dan mendekati wanita itu, tetapi dengan cepat Yesha menghindar dari jangkauan Raefal.

Perasaan kecewa terpancar jelas di mata Raefal kala mendapat penolakan dari orang yang dicintainya. “Baiklah. Aku pulang dulu.”

Yesha tidak mengatakan apa-apa yang membuat Raefal semakin kecewa dan juga sedih. Ia segera pergi dari hadapan Yesha, berjalan menuju ke mobilnya yang terparkir beberapa meter dari rumah Rezvan.

Yesha menghela napas lega dan segera memasuki pagar. Ia tidak ingin berdiam diri lebih lama karena takut Raefal akan kembali lagi dan memeluk dirinya.

Di rumah, ia disambut oleh Hanna yang mengkhawatirkan dirinya. Yesha hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Ketiga anak tirinya juga sudah pulang dan makan siang saat ia bertanya kepada Hanna.

Yesha meminta Hanna untuk menyiapkan makan siangnya. Sejak keluar dari tempat Zaidan tadi, perutnya terasa lapar. Usai makan, Yesha kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Mungkin karena dirinya baru saja ditransmigrasikan ke tubuh Yesha Altezza, sehingga ia merasa lelah setelah bepergian selama setengah hari.

Yesha merasa prihatin dengan kehidupan pemilik tubuh. Sebagai nyonya rumah Wibisana, ia tidur di kamar terpisah dengan suaminya. Dan lagi, kamar yang ia tempati begitu kecil untuk seorang nyonya rumah.

Yesha tidak habis pikir dengan cara berpikir kedua orang itu—Rezvan dan pemilik tubuh. Jika mereka tidak saling menyukai, kenapa mereka masih mempertahankan pernikahan mereka dan saling menyakiti?

Bukankah lebih baik mereka berdua berpisah dan mencari kebahagiaan masing-masing?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status