Share

Terlahir Kembali Sebagai Istri Duda Kaya Bucin
Terlahir Kembali Sebagai Istri Duda Kaya Bucin
Author: Namaku Malaja

BAB 1 : Kelahiran Kembali

“Kau sudah sadar?” suara dingin dan juga sinis menyapa indra pendengaran Yesha ketika memasuki ruang makan.

“Kau sudah pulang?” bukannya menjawab, Yesha justru bertanya balik.

Yesha benar-benar terkejut dengan keberadaan sosok Rezvan di ruang makan. Berdasarkan ingatan dari pemilik tubuh, Rezvan seharusnya berada di luar kota hingga dua hari ke depan.

Ya, Yesha telah bertransmigrasi atau dilahirkan kembali ke tubuh seorang wanita bersuami duda dengan tiga orang anak beberapa jam yang lalu.

Yesha menghampiri meja makan dan duduk di samping Ravindra—anak bungsu Rezvan. “Bukankah kau masih pulang besok lusa?”

“Apakah ucapanku yang terakhir merupakan candaan untukmu?” Rezvan mengabaikan ucapan Yesha dan kembali mengingatkan wanita itu mengenai apa yang sudah ia katakan sebelumnya kepada Yesha.

Tujuannya pulang dengan cepat bukan karena mengkhawatirkan wanita itu, tetapi untuk memastikan wanita itu tidak mati di rumahnya. Ia tidak ingin rumahnya dijadikan tempat untuk bunuh diri.

“Maksudmu?” tanyanya tidak mengerti.

Meski Yesha memiliki semua ingatan pemilik tubuh, tetapi saat ini ingatan yang masuk ke kepalanya hanya ingatan-ingatan yang sangat jelas dan kuat. Untuk hal-hal kecil, Yesha tidak menemukannya pada ingatan pemilik tubuh.

Rezvan menatap tajam Yesha. Membuat wanita itu seketika bergidik ngeri. Tidak pernah ia melihat tatapan setajam itu di kehidupan sebelumnya.

“Bukankah aku sudah memperingatimu sebelumnya? Aku tidak melarangmu untuk bunuh diri, tetapi tidak di rumahku! Ini adalah yang terakhir, tidak ada lagi yang ketiga kalinya.”

Ini adalah yang kedua kalinya wanita itu mencoba untuk bunuh diri. Sebelumnya wanita itu memotong urat nadinya yang beruntung berhasil diselamatkan. Dan sekarang wanita itu mencoba bunuh diri dengan meminum banyak obat tidur sekaligus yang membuatnya hampir overdosis, bersyukur Hanna menemukan wanita itu dengan cepat dan memanggil dokter sehingga nyawa wanita itu bisa terselamatkan.

Rezvan tidak masalah jika Yesha ingin bunuh diri hinga meninggal, tetapi tidak di rumahnya. Namun, Rezvan tidak ingin ada berita yang keluar dari rumahnya atas kematian Yesha.

“Itu tidak akan terjadi lagi. Aku berjanji!” ucap Yesha cepat dan mantap.

Ia bukanlah pemilik tubuh, jadi ia tidak akan melakukan hal-hal bodoh untuk menghabisi nyawanya sendiri hanya karena masalah sepele. Karena ia sudah pernah merasakan bagaimana sakitnya meninggal. Jadi tidak akan pernah ada percobaan bunuh diri untuk yang ketiga kalinya atau selanjutnya.

Rezvan sedikit terkejut dengan nada tegas Yesha menjawab ucapannya. Selama ini wanita itu selalu menanggapi kata-katanya dengan suara pelan dan lirih. Tidak pernah sakalipun berkata tegas dan mantap.

“Baguslah kalau begitu.” Rezvan masih berkata dengan nada datar dan tajam, mengabaikan perubahan pada diri Yesha “Jika sampai hal ini terulang kembali, aku sendiri yang akan membunuhmu.”

Rezvan tidak peduli apakah wanita itu berubah atau tidak. Sejak awal ia tidak pernah menyukai istrinya itu. Yang ia inginkan hanyalah agar Yesha tidak pernah mencoba untuk bunuh diri di rumahnya lagi.

Yesha hanya bisa tersenyum kecut mendengar ucapan Rezvan.

“Anak-anak, ayo kita berangkat!” Rezvan bangkit dari dudukya diikuti oleh Raka dan Revan.

“Kalian berangkat sekarang?” tanya Yesha.

Namun, Rezvan dan kedua anak kembarnya mengabaikan ucapannya dan pergi meninggalkan ruang makan. Meninggalkan dirinya bersama Ravindra di ruang makan.

Yesha tidak terkejut dengan sikap Rezvan dan anak kembarnya yang mengabaikan dirinya. Berdasarkan ingatan pemilik tubuh, Rezvan dan anak kembarnya memang mengabaikan Ravindra. Hanya saja ia tidak habis pikir kenapa ada seorang ayah yang tega mengabaikan darah dagingnya sendiri.

Yesha tersentak dari pikirannya kala Ravindra turun dari kursi dan meninggalkan ruang makan tanpa mengatakan satu kata pun.

Yesha menghela napas pelan sebelum melanjutkan sarapannya sembari memikirkan berbagai macam cara untuk membuat suami dan ketiga anak tirinya bisa menerima kehadirannya.

Walau di kehidupan sebelumnya ia belum menikah, tetapi Yesha tidak akan menyerah dan berusaha untuk menjadi istri dan ibu yang baik untuk suami dan ketiga anak tirinya.

*

*

*

Yesha meninggalkan area pemakaman dan segera menuju ke tempat detektif swasta, di mana ayahnya di kehidupan sebelumnya sering meminta bantuan.

Yesha keluar dari taksi yang berhenti di sebuah gedung berlantai dua. Sesaat ia menatap gedung di hadapannya sebelum membuka pintu yang langsung disambut oleh seorang wanita muda yang sangat ramah dan sopan.

Wanita itu mengajak Yesha ke lantai dua di mana ruang kerja Zaidan setelah ia mengatakan keinginannya untuk bertemu sang detektif.

Di dalam ruangan, Zaidan duduk di sofa panjang berwarna biru yang terbuat dari kain beludru. Zaidan bersandar di sandaran sofa sambil membaca koran dengan kaki bersilang. Zaidan menurunkan koran yang dibacanya dan mengalihkan pandangannya kepada Yesha dan juga karyawannya yang segera pergi meninggalkan mereka berdua.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Zaidan setelah mempersilakan Yesha duduk.

“Saya ingin Anda mencari tahu semua tentang Yesha Altezza dan Rezvan Wibisana,” ucap Yesha langsung ke intinya. Ia tidak takut Zaidan memandangnya aneh karena mencari informasi mengenai dirinya sendiri karena saat ini Yesha telah menyamar.

“Saya ingin informasi sedetail mungkin dari kedua orang ini. Saya ingin mendapatkan informasi mereka berdua secepatnya. Jika bisa, dalam dua hari saya sudah mendapatkannya. Untuk masalah biaya saya akan membayar berapa pun. Anda tinggal sebutkan saja berapa biayanya.”

Walau Yesha tahu tentang pemilik tubuh dan suaminya melalui ingatan pemilik tubuh, tetapi ingatan itu hanya memberinya sedikit informasi. Ia ingin mengetahui semua tentang pemilik tubuh dan suaminya mulai dari keluarga, teman, pergaulan dan segalanya. Berjaga-jaga supaya tidak ada orang yang bisa memanfaatkan dirinya seperti di kehidupan sebelumnya.

Sebenarnya bisa saja ia bertanya kepada Hanna dengan alasan jika ia kehilangan ingatan akibat overdosis percobaan bunuh diri. Namun, Yesha tidak ingin mengambil risiko. Ia lebih merasa aman jika menyewa seorang detektif swasta. Dengan begitu, ia bisa mengetahui semua informasi sekecil apapun tentang latar belakang Rezvan dan pemilik tubuh.

“Baiklah. Anda tidak perlu menunggu dua hari. Saya berjanji malam ini juga informasi atas dua orang itu akan saya kirimkan ke email Anda.” Zaidan berkata dengan percaya diri.

Baginya, hal seperti ini adalah masalah kecil dan tidak perlu baginya untuk membuang-buang waktu.

“Terima kasih, Detektif. Saya akan menunggu informasi dari Anda.” Yesha menyerahkan secarik kertas bertuliskan alamat emailnya. “Anda bisa mengirimkan informasi ke alamat ini.” Yesha menyodorkan sebuah cek kosong. “Isilah berapa biaya yang Anda inginkan.”

Zaidan mengambil kertas dan cek itu tanpa sungkan. “Saya berjanji malam nanti, paling lambat pukul sepuluh malam Anda akan menerima semua informasi yang Anda butuhkan.”

“Sekali lagi terima kasih, Detektif. Kalau begitu saya permisi dulu.”

“Ya. Silakan.” Zaidan memberi isyarat dengan tangannya.

Yesha bangkit dari duduknya dan segera meninggalkan ruangan. Saat di lantai satu, ia kembali bertemu karyawan wanita tadi dan tersenyum kepadanya sebelum meninggalkan kantor Zaidan dan kembali pulang.

Yesha yang baru keluar dari taksi seketika dikejutkan dengan suara seorang pria yang memanggil namanya.

“Yesha!”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status