Share

BAB 3 : Pendekatan

Para pelayan yang ada di dapur menatap kedatangan Yesha dengan terkejut. Pasalnya selama menjadi nyonya rumah, Yesha tidak pernah sekali pun melangkahkan kaki ke dapur.

Yesha mengabaikan tatapan tidak percaya para pelayannya. Karena tujuan utamanya ke dapur adalah memasak makan malam untuk suami dan ketiga anak tirinya.

“Kalian lakukan saja apa yang menjadi tugas kalian. Mulai saat ini, aku yang akan memasak makan malam untuk suami dan ketiga anakku,” ucap Yesha tegas dan tidak dapat dibantah ketika Hanna mencegah dirinya untuk memasak.

“Baik, Nyonya,” jawab para pelayan secara bersamaan.

Para pelayan yang berada di dapur segera mengerjakan tugas mereka masing-masing.

“Hanna, apakah kamu tahu makanan kesukaan Rezvan dan anak-anak?” tanya Yesha.

“Ya. Tuan suka sekali makan masakan kari, tuan muda Raka dan Revan suka rendang dan berbagai macam olahan ayam goreng. Kalau untuk tuan muda Ravindra sendiri, dia tidak pemilih dan memakan apa yang dimasak.”

Yesha mengangguk pelan. “Kalau begitu bantu aku menyiapkan bahan-bahannya.”

Hanna segera menyiapkan semua bahan-bahan yang diminta oleh Yesha.

Ada pepatah yang mengatakan jika hal utama dalam hidup seseorang itu adalah perutnya, jika perut kenyang, maka apapun akan menjadi mudah. Jadi hal pertama yang harus ia lakukan adalah mengisi perut suami dan ketiga anaknya terlebih dahulu. Dengan begitu, maka ia akan dengan mudah untuk meluluhkan hati mereka berempat.

Lagi pula memasak bukanlah hal yang sulit bagi dirinya. Di kehidupan sebelumnya, ia suka sekali memasak. Tidak jarang ia pun membantu ibunya memasak.

“Hanna, tolong panggil tuan dan anak-anak,” perintah Yesha saat melihat waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

“Baik, Nyonya.” Hanna bergegas meninggalkan dapur untuk memanggil Rezvan dan ketiga tuan mudanya.

Yesha tersenyum lebar menatap masakan yang sudah selesai ia buat. Dengan bantuan Nanda, Yesha membawa masakannya ke meja makan. Senyum lebar menghiasi wajahnya untuk menyambut Rezvan dan ketiga anaknya. Dengan cekatan Yesha menyiapkan makanan di piring mereka masing-masing sebelum mengambil duduk di samping Ravindra.

Terkejut?

Tentu saja. Tidak hanya Rezvan, ketiga anaknya pun terkejut dengan tindakan Yesha. Pasalnya selama ini wanita itu tidak pernah melayani mereka, karena surat perjanjian yang sudah mereka tandatangani bersama. Meski begitu, tidak ada perubahan ekspresi di wajah Rezvan. Masih seperti biasanya, selalu memasang wajah datar.

Berbeda dengan Raka dan Revan. Ekspresi terkejut sekaligus heran jelas tergambar di wajah mereka yang menatap Yesha. Sementara Ravindra, meski anak itu terkejut, tetapi ia tetap memasang wajah datar, sama seperti ayahnya.

“Ayo kita makan!” ajak Yesha.

Raka dan Revan memasang senyum mencibir. Bagi mereka berdua, Yesha adalah sosok wanita munafik.

“Sungguh wanita yang munafik,” ucap Raka pelan, tetapi masih dapat didengar oleh mereka semua.

Pada awalnya Yesha memang baik kepada mereka bertiga, dan ketiganya pun menyambut Yesha dengan suka cita saat ayahnya menikahi Yesha yang begitu baik. Namun, semua kebaikan Yesha di mata ketiga anak-anak itu, terutama Raka dan Revan, hancur ketika mereka tidak sengaja melihat Yesha berpelukan dengan paman mereka saat mereka pulang sekolah.

Sejak saat itu mereka membenci Yesha dan selalu mengeluh kepada Rezvan. Meminta ayahnya untuk berpisah dengan Yesha. Mereka berdua tidak suka memiliki ibu tiri yang suka berselingkuh seperti istri kedua ayahnya, ibu Ravindra.

Tentu saja Rezvan tidak menuruti keinginan anaknya begitu saja. Banyak hal yang harus ia pertimbangkan sebelum menceraikan Yesha. Apalagi mereka baru menikah, jika ia sampai bercerai dengan Yesha, Rezvan takut berita itu bisa mempengaruhi perusahaannya dan membuat orang-orang yang bekerja sama dengan perusahaannya akan memutus kontrak kerja sama mereka.

Yesha tidak memasukkan ke hati dengan tanggapan suami dan ketiga anak tirinya. Ia tahu mereka tidak menyukai dirinya, jadi wajar saja mereka tidak memberikan respon apapun atas tindakannya. Namun, Yesha yakin, lambat laun suami dan ketiga anaknya akan luluh dengan apa yang ia lakukan.

“Ravindra, bagaimana masakan bunda? Enak?” Yesha mengabaikan ucapan si kembar dan bertanya kepada Ravindra yang baru saja menelan suapan pertamanya.

Di balik wajah datarnya, Rezvan tertegun mendengar makan malam yang mereka makan adalah masakan Yesha. Sementara Raka dan Revan kembali menatap Yesha dengan terkejut. Dan seketika itu juga, si kembar memuntahkan makanan di mulut mereka.

“Raka, Revan, ada apa?” Yesha terkejut dan panik secara bersamaan dengan apa yang terjadi kepada Raka dan Revan.

Si kembar menatap Yesha dengan tatapan sengit. Mereka berpikir sikap baik Yesha hanyalah kepura-puraan. Dan itu membuat mereka sangat membenci Yesha.

“Kami tidak sudi memakan masakan yang kau buat,” ucap Raka setelah meminum segelas air putih.

“Papa, ayo kita makan di luar,” pinta Revan yang sudah tidak memiliki nafsu makan lagi.

Meski kedua anak kembarnya terkesan tidak sopan karena membuat kegaduhan di meja makan, tetapi Rezvan tidak sanggup untuk memarahi mereka berdua. Ia terlalu sangat mencintai kedua anaknya itu.

“Kalian mau kemana?” tanya Yesha cepat ketika Rezvan dan si kembar bangkit dari duduknya.

“Bukan urusanmu,” jawab Rezvan datar dan dingin.

Pria itu menggenggam masing-masing tangan Raka dan Revan, meninggalkan ruang makan untuk makan di luar.

Yesha menghela napas pelan. Ia menatap Ravindra yang menyantap makanannya dengan tenang.

“Ravindra, bagaimana? Apa kamu menyukai masakan yang bunda buat?” tanya Yesha kembali sembari menatap Ravindra, mencoba untuk melupakan apa yang baru saja terjadi.

Ravindra menganggukkan kepala sebagai jawaban. Bagi Ravindra, makanan apapun enak. Ia tidak pilih-pilih dalam makanan, karena bagi Ravindra, bisa makan saja dirinya bersyukur.

Yesha tersenyum lebar mendapati jawaban Ravindra, meski hanya sebuah anggukan. “Jika begitu makanlah yang banyak. Besok bunda akan memasakkan makanan lainnya yang enak untukmu.”

Walau Ravindra jauh lebih pendiam daripada si kembar, tetapi Ravindra adalah anak yang mudah mengekspresikan perasaannya. Sama seperti kedua kakak kembarnya.

“Terima kasih,” ucap Ravindra lirih, tetapi masih bisa didengar oleh Yesha.

Yesha memeluk Ravindra dan tersenyum lebar. “Sama-sama, Sayang.”

Mereka berdua menyantap makan malam dalam diam.

Usai makan malam, Ravindra segera meninggalkan meja makan dan memasuki kamarnya. Sementara Yesha memilih untuk ke kamar Rezvan. Membiarkan pelayan yang membersihkan meja makan serta kekacauan yang dilakukan oleh Raka dan Revan.

Malam ini Yesha memutuskan akan tidur bersama Rezvan. Mereka adalah pasangan suami istri, tidak ada salahnya tidur di tempat tidur yang sama. Sambil menunggu kepulangan Rezvan dan si kembar, Yesha membaca informasi yang sudah dikirimkan oleh Zaidan pada pukul enam sore tadi. Namun, sebelum ia selesai membaca informasi tentang Rezvan, ia dikejutkan dengan suara menggelegar milik pria itu.

“Apa yang kau lakukan di kamarku?!”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status