Share

Bab 2

Author: Lilia
Nia berdiri di mulut tangga, mengenakan gaun putih polos yang membuatnya terlihat memilukan.

Dia melihatku dan segera menunjukkan senyum manis. "Kamu pasti Alisa, 'kan? Aku Nia, senang bertemu denganmu."

Aku tidak menjawab, hanya memandangnya dalam diam.

Abbas melangkah keluar dari ruang tamu. Saat melihat Nia, raut wajahnya yang biasanya dingin tiba-tiba menampakkan kelembutan yang jarang terlihat.

"Nia, kamu pasti capek, 'kan? Biarkan Alisa mengantarmu ke kamar untuk beristirahat."

"Terima kasih, Paman Abbas," sahut Nia dengan manis dan patuh.

"Pergilah ke kamar Alisa. Di sana pencahayaannya paling baik, cocok untuk pemulihanmu," kata Abbas.

Aku menoleh padanya. "Kamarku?"

"Mulai hari ini, itu akan menjadi kamar Nia. Kamu pindah ke lantai tiga, di sana ada kamar kosong."

Aku tersenyum sinis. "Nggak usah."

Aku berbalik dan naik ke lantai atas untuk mulai membereskan barang-barangku.

Tiga puluh menit kemudian, aku menuruni tangga sambil menyeret koper.

Melihat koperku, Abbas mengernyit. "Kamu mau ke mana?"

"Pergi dari sini," jawabku tanpa menoleh. "Lagi pula, aku sudah bukan lagi anak Keluarga Elio, nggak ada alasan untukku tinggal di sini."

"Alisa!" teriaknya menghentikanku. "Dua minggu lagi kamu akan menikah. Jangan bertingkah seenaknya!"

"Aku tahu." Aku membuka pintu. "Dua minggu lagi aku akan hadir tepat waktu di pernikahan, menepati kesepakatan kita."

Pintu tertutup dengan keras. Aku mengemudikan mobil meninggalkan rumah Keluarga Elio.

Tujuan pertamaku adalah langsung menuju hotel mewah terbaik di kalangan elite Kota Persy.

"Aku mau suite termahal yang kalian punya," kataku ke resepsionis.

"Untuk berapa malam?"

"Dua minggu."

Saat membayar, aku memakai kartu tambahan yang diberikan Keluarga Elio.

Kartu ini punya limit 60 miliar, biasanya jarang kugunakan.

Namun, hari ini, aku ingin memakainya sampai habis.

Setelah masuk ke suite, aku memulai balas dendam lewat belanja besar-besaran.

Aku menghubungi desainer pribadi, Vera dan memesan tiga gaun pengantin berbeda, masing-masing bernilai lebih dari dua miliar.

Lalu, aku membeli sepuluh set perhiasan dan dua jam tangan Rolex edisi terbatas.

Dalam sehari, aku menghabiskan hampir 50 miliar.

Tak lama kemudian, telepon dari Abbas masuk.

"Alisa! Kamu gila ya? Sehari sudah habis hampir 60 miliar!"

"Memang kenapa?" Aku bersandar di sofa kulit hotel dengan santai. "Aku akan menikah ke tempat yang jauh dari sini, jadi setidaknya aku harus belanja sedikit untuk menaikkan gengsi."

"Kamu butuh banyak uang hanya untuk menjaga gengsi?"

"Tentu saja." Aku minum sampanye. "Aku akan menikahi penerus Keluarga Fathir, mana boleh terlihat pelit? Lagi pula, Keluarga Fathir akan memberikan dana pernikahan 6 triliun, apa artinya aku menghabiskan beberapa ratusan miliar?"

"Kamu!" Abbas kesal sampai tak bisa berkata apa-apa.

"Ayah, oh, salah, seharusnya aku memanggilmu Pak Abbas." Aku tersenyum. "Bukankah kita sudah putus hubungan? Jadi, kalau aku pakai uangmu, ya memang salah sih. Begini saja, begitu dana pernikahan masuk, aku akan langsung mengembalikannya."

Setelah menutup telepon, aku melanjutkan rencanaku berbelanja.

Aku harus mengosongkan arus kas Keluarga Elio sebelum dana pernikahan itu cair.

Nantinya, uang 6 triliun itu akan langsung ditransfer ke rekeningku. Jika Abbas ingin mengambilnya kembali, dia harus memohon kepadaku.

Lihat saja nanti, apakah dia masih berani memihak ibu dan anak itu.

Saat aku bersiap untuk melakukan pembelanjaan terakhir, ponselku bergetar.

Ternyata pesan dari Farel: [Kamu sudah tiga hari nggak ke kantor, ada apa?]

Aku menatap pesan itu, jantungku tiba-tiba berdebar.

Namun, aku segera menenangkan diri.

Farel cuma kesal karena aku tidak mengikuti arahan dia, cuma itu saja.

Aku membalas: [Ada urusan keluarga, beberapa hari lagi selesai.]

Farel tidak membalas lagi.

Keesokan paginya, saat aku hendak keluar untuk melanjutkan berbelanja, resepsionis hotel menghentikanku, "Nona Alisa, maaf, akun Anda dibekukan. Anda nggak bisa membayar biaya kamar lagi."

"Maksudnya?"

"Anda harus segera melunasi tagihan, atau ...." Dia berhenti sejenak dengan sopan. "Anda harus meninggalkan hotel."

Satu jam kemudian, aku berdiri di depan hotel sambil menyeret koper.

Tanpa uang sepeser pun, tanpa tempat tinggal.

Aku tidak rela dan tidak ingin menjual barang-barang mewah yang sudah kubeli karena semua ini akan kubawa untuk pernikahanku.

Aku sempat berpikir menelepon temanku, tetapi sadar bahwa aku tak punya teman sejati.

Orang-orang di sekitarku hanya tertarik pada kekuasaan Keluarga Elio.

Sekarang aku sudah diusir dari rumah, siapa yang mau peduli padaku?

Hari makin gelap, aku menyeret koper dan berjalan tanpa tujuan di jalanan.

Akhirnya, aku duduk di sebuah bangku di taman.

Malam sudah larut, taman sunyi, hanya sesekali terdengar suara mobil dari jauh.

Aku memeluk lutut, menghitung mundur lima hari menuju pernikahan, tetapi aku tak bisa terus-terusan berkeliaran di jalan.

Saat aku sedang bingung, beberapa pria mabuk berjalan sempoyongan mendekatiku.

"Hai, cantik, sendirian nih?" Salah seorang mendekat, baunya alkohol murah menyengat.

Aku berdiri dengan waspada. "Menjauh dariku!"

"Jangan dingin gitu dong." Pria itu mengulurkan tangan ingin menyentuhku. "Temani kami minum sebentar, yuk?"

Aku mundur selangkah, tetapi terhalang oleh bangku panjang.

Saat itu, terdengar suara berat.

"Dia sudah ada yang menemani."

Aku menoleh, melihat Farel muncul dari bayangan, ekspresinya sangat muram.

Beberapa pemabuk yang melihat aura Farel langsung minggat.

Farel berjalan ke depanku, memandang koperku, lalu melihat bangku panjang itu.

"Sudah nggak punya rumah, masih juga nggak mau mencariku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ternyata Jodoh Selalu di Sampingku   Bab 22

    Alisa belajar tunduk pada takdirnya di hari kedua puluh tujuh dia dikurung.Dia tidak lagi melawan, tidak lagi mogok makan, bahkan terkadang tersenyum pada Farel.Awalnya, Farel masih curiga. Namun, perlahan-lahan dia mulai percaya bahwa Alisa benar-benar sudah menyerah."Pagi ini mau makan apa?" tanya Farel sambil merapikan dasi di tepi ranjang.Alisa bersandar di sandaran kasur, rambut panjangnya terurai. Dia menjawab dengan datar, "Apa pun yang kamu masak."Gerakan tangan Farel sempat terhenti. Dia sedikit terkejut, lalu segera tersenyum dan menjawab, "Baik."Setelah itu, dia pun berbalik menuju dapur. Langkahnya jarang terasa begitu rileks.Alisa menatap sosok Farel lenyap di ambang pintu, lalu cepat-cepat menyingkap selimut. Dari bawah kasur, dia mengeluarkan sebuah komputer mini.Itu adalah hasil curian dari ruang kerja Farel minggu lalu.Dia mengetik cepat di papan ketik, memasukkan kata sandi.Diam-diam dia menembus sistem keamanan pulau dan memancarkan sinyal permohonan pertol

  • Ternyata Jodoh Selalu di Sampingku   Bab 21

    Sebab ada urusan bisnis di Grup Keano yang perlu ditangani, Farel terpaksa kembali ke kota selama beberapa hari.Senja hari di pulau pribadi.Hari ketiga sejak kepergian Farel, Alisa berdiri di depan jendela besar, menatap cahaya terakhir matahari yang perlahan ditelan garis khatulistiwa.Seorang pelayan masuk dengan hati-hati, meletakkan segelas susu hangat di meja. "Nyonya, setidaknya minumlah sedikit," ucap pelayan itu.Alisa tidak bergerak, hanya bertanya, "Kapan dia kembali?""Pak Farel bilang akan segera kembali setelah urusan perusahaan selesai," jawab pelayan itu.Prang!Gelas kaca melayang menghantam dinding dan pecah berantakan. Susu tumpah ke lantai."Aku bukan nyonya siapa pun. Keluar dari sini!" tegur Alisa dengan dingin.Pelayan itu ketakutan dan cepat-cepat mundur.Alisa membungkuk, memungut pecahan kaca paling tajam dari lantai.Pada saat yang sama, di kantor pusat Grup Keano.Ruang rapat penuh orang, Farel duduk di kursi utama mendengar para karyawannya melapor. Jari-j

  • Ternyata Jodoh Selalu di Sampingku   Bab 20

    Pagi hari di pulau pribadi.Helikopter mendarat di landasan tengah pulau, suara baling-balingnya akhirnya melambat, menyisakan suara ombak yang pecah di karang.Farel menggendong Alisa turun dari helikopter. Begitu kakinya menyentuh tanah, Alisa langsung mendorong Fajar menjauh."Penahanan ilegal, ya?" tanya Alisa. Dia mendengus dingin, gaun pengantinnya berkibar liar ditiup angin laut. "Sejak kapan kamu juga mulai pakai cara licik seperti ini?" tanya Alisa.Alih-alih marah, Farel justru tersenyum tipis. "Memangnya kenapa?" tanya Farel.Jarinya yang dingin menyapu pelan wajah Alisa, tetapi tatapannya membara, "Alisa, kamu milikku."Dia melanjutkan, "Seumur hidupmu, jangan pernah bermimpi jadi milik orang lain."Di vila utama.Farel menuntun Alisa berkeliling pulau."Semua yang ada di sini milikmu," ucap Farel sambil membuka pintu kaca raksasa. Hembusan laut yang asin langsung menyerbu ke dalam. "Mulai dari taman, kolam renang, perpustakaan, bahkan samudera itu."Alisa tidak tergerak sa

  • Ternyata Jodoh Selalu di Sampingku   Bab 19

    Sehari sebelum pernikahan, di mansion pribadi Keluarga Fathir.Alisa duduk di depan meja rias di kamar pengantin, jarinya menelusuri taburan berlian di gaun pengantin.Di luar jendela, matahari bersinar hangat. Para pelayan sibuk menata lokasi acara pernikahan besok. Segala sesuatu tampak begitu sempurna.Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu."Putri Kecil?" panggil Hendra.Hendra masuk sambil membawa secangkir teh bunga hangat dan sebuah kotak beludru mungil di tangan lainnya.Dia mengenakan setelan hitam rapi, kerah kemejanya terbuka sedikit, tatapannya sangat lembut."Kamu hampir nggak makan sarapan," ucap Hendra sambil memberikan cangkir teh ke tangan Alisa. Dia lalu berkata, "Bibi di dapur bilang kamu cuma minum setengah gelas susu."Alisa mendongak, kemudian tersenyum dan bertanya, "Apa kamu mencoba mendidikku?""Aku mana berani," ucap Hendra sembari menunduk sedikit, lalu menyerahkan kotak itu ke tangan Alisa. "Aku cuma takut kamu kelaparan," lanjut Hendra.Alisa membuka ko

  • Ternyata Jodoh Selalu di Sampingku   Bab 18

    "Bukankah Keluarga Fathir di Kota Appia dan Keluarga Keano di Kota Persy nggak pernah berhubungan? Itu Pak Farel, 'kan? Kenapa dia ada di sini?"Bisikan para tamu menyebar di seluruh aula pesta.Semua mata serentak tertuju pada sosok tegap yang berdiri di pintu. Farel mengenakan jas yang rapi dan berdiri tegap di sana, tetapi tatapannya suram menakutkan."Kenapa mata Pak Farel menatap langsung ke Nona Alisa setajam itu. Jangan-jangan, dia datang untuk merebutnya?"Hendra segera memeluk Alisa ke dalam dekapannya. Lengannya terentang di depan tubuhnya, seolah ingin meleburkan gadis itu ke dalam darah dan dagingnya sendiri.Alisa perlahan berubah tenang.Dia menatap Farel, lalu tersenyum. "Untuk apa Pak Farel datang? Membawa hadiah pernikahan untuk kami?" tanya Alisa.Kata-kata itu bagai sebilah pisau yang menancap di dada Farel.Rahangnya menegang, urat di pelipisnya tampak menonjol. Farel berkata dengan suara sangat serak, "Alisa, ikut aku pulang."Senyum Alisa justru makin dalam. "Pula

  • Ternyata Jodoh Selalu di Sampingku   Bab 17

    Hendra pun berkata, "Sepuluh tahun lalu, di pesta kapal pesiar itu ….""Kamu lupa siapa yang pernah kamu selamatkan?" tanya Hendra,Alisa tertegun. Ingatannya seperti ditarik kembali ke masa sepuluh tahun silam.Malam pesta itu, Alisa berdiri di tepi dek, membiarkan angin laut menerpa wajah. Tiba-tiba dia mendengar suara tubuh jatuh ke air.Seorang anak laki-laki tercebur.Sebelum orang-orang di sekitar sadar, Alisa sudah melompat ke laut.Air laut dingin sampai menusuk tulang. Alisa berenang sekuat tenaga ke anak itu sampai beberapa kali tersedak air. Akhirnya, dia berhasil menyelamatkan anak itu ke atas kapal."Kamu nggak apa-apa?" tanya Alisa. Tubuhnya basah kuyup, tetapi dia hanya fokus memberi pertolongan darurat.Anak itu akhirnya memuntahkan air asin, lalu membuka mata. Bulu matanya masih basah, menggantung butir air.Alisa melepas jaketnya, membungkus tubuh kecil yang gemetar dan berkata, "Bocah, lain kali hati-hati. Jangan lari ke dek lagi."Anak itu menggenggam ujung jaketnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status