Menghadapi pertanyaan dari Farel, aku memilih diam.Dia berdiri di tepi ranjang, menunggu jawabanku.Namun, aku hanya menatap langit-langit dan tidak menjawab sepatah kata pun.Tiba-tiba, ponsel Farel berdering.Terdengar suara manja Nia dari ujung telepon, "Kak Farel, tanganku sakit sekali," Sekejap saja, ekspresi di wajah Farel langsung melunak."Aku segera ke sana," ucap Farel. Dia menutup telepon, lalu berkata padaku, "Pikirkan baik-baik kesalahanmu."Seperti sebelumnya, dia meninggalkanku sendirian lagi demi Nia.Kini sisa aku sendirian di bangsal.Sekitar sejam kemudian, pintu bangsal terbuka.Nia masuk dengan tangan kanan berbalut perban tebal, tetapi wajahnya terlihat segar."Kak Alisa, gimana perasaanmu?" tanya Nia seolah peduli.Aku menoleh, tetapi tetap diam.Nia menarik kursi dan duduk di samping ranjang. Sambil tersenyum manis, dia berkata padaku, "Sayang, aku mau bercerita sesuatu.""Aku nggak mau dengar," ucapku."Tapi cerita ini ada hubungannya denganku. Ini tentang al
Read more