Share

Bab 4

Author: Catatan Riska
last update Huling Na-update: 2025-07-15 16:10:25

Kirana duduk di meja makan di antara hidangan yang tak tersentuh. Nasi hangat, sup bening, ayam goreng favorit Arga.

Semua ia tata rapi, tapi bukan karena ingin merayakan apa pun—melainkan karena ingin melihat seberapa jauh suaminya bisa berpura-pura.

Jam menunjukkan pukul 21.10 saat suara mobil terdengar di halaman depan. Kirana segera berdiri. Detak jantungnya menggema di telinga. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi malam ini, ia butuh kebenaran—seburuk apa pun bentuknya.

Pintu terbuka. Arga masuk dengan langkah pelan, membenarkan dasinya sambil menghela napas.

“Hai, Ran,” sapanya dengan pelan, seperti biasa. Tapi malam ini, tidak ada balasan dari Kirana. Hanya tatapan tajam yang menembus dada.

Arga menghentikan langkah, menyadari ada yang berbeda. Ia menatap wajah istrinya yang pucat, namun matanya menyala seperti bara.

“Ada apa?” tanyanya gugup.

Kirana tak menjawab langsung. Ia memutar badan, mengambil segelas air dari atas meja, dan berkata tanpa menoleh, “Siapa Alya?”

Suara itu lirih, tapi tajam. Seperti pisau yang meluncur perlahan tapi dalam.

Arga membeku. Tangannya berhenti membuka kancing lengan bajunya. Wajahnya berubah.

“Apa maksudmu?” tanyanya pura-pura bingung.

Kirana menoleh, matanya mulai berkaca. “Aku tanya sekali lagi. Siapa Alya?”

“Alya siapa, Kirana?” Arga tertawa kecil dan tampak gugup. “Di kantorku ada banyak yang namanya Alya.”

“Berhenti berbohong, Mas!” suara Kirana meninggi. “Kamu pikir aku nggak tahu? Aku lihat sendiri pesan dari ‘Alya’ di HP kamu! Dan hari ini, saat aku datang ke kantormu, sekretarismu bilang kamu keluar bersama Bu Alya!”

Wajah Arga memucat. Ia menunduk sesaat, lalu mengangkat tangannya untuk menenangkan. “Ra, ini nggak seperti yang kamu pikirkan—"

“Oh ya?” Kirana tertawa sinis dan matanya mulai basah. “Kalau memang nggak ada yang kamu sembunyikan, kenapa kamu selalu gelisah tiap kali aku ada di dekatmu? Kenapa kamu tiba-tiba menolak disentuh, menghindar, dan berbohong soal lembur padahal kamu keluar dengan perempuan lain?!”

“Kirana, dengar dulu—”

“AKU UDAH DENGER SEMUANYA, ARGA!!” suara Kirana pecah. Tangannya mengepal di sisi tubuh. “Kalau kamu masih punya sedikit rasa hormat padaku sebagai istri … jawab! Siapa dia sebenarnya?!”

Arga terdiam lama.

Hening menggantung di antara mereka. Detik berlalu seperti jam. Napas Kirana memburu, tubuhnya gemetar menahan luapan emosi yang nyaris tak terbendung.

Akhirnya, Arga menurunkan bahunya. Ia menarik napas panjang, seperti hendak mengakui dosa yang selama ini dikuburnya dalam-dalam.

Dengan suara berat, ia berkata, “Alya … adalah istri keduaku. Kami menikah secara siri tiga bulan yang lalu.”

Kirana membeku. Dunia seketika runtuh di hadapannya.

Segelas air yang tadi ia genggam terlepas dari tangan, jatuh menghantam lantai dan pecah berkeping. Tapi Kirana bahkan tidak tersadar.

Ia tidak bisa merasakan apa pun kecuali gelombang keterkejutan yang melumpuhkan tubuhnya.

Arga melanjutkan lirih, “Dan … dia sedang hamil anakku.”

Tubuh Kirana bergetar. Mata kirinya berkedut. Napasnya sesak. Tapi ia tetap berdiri tegak. Diam. Tak bergerak.

Seolah jika dia tidak bergerak, maka kenyataan itu juga akan berhenti.

“I-istri kedua …?” suaranya nyaris tak terdengar. “Kamu … menikah lagi? Tanpa sepengetahuanku? Dan sekarang … dia hamil?!”

Arga menunduk tak sanggup menatap mata istrinya. “Aku nggak pernah berniat menyakitimu. Awalnya aku cuma kasihan sama Alya. Dia pernah bantu banyak dalam proyek besar. Lalu kami dekat … dan … semuanya terjadi begitu cepat.”

“Cepat?” Kirana menyeringai getir. “Cepat? Kamu menikah dan menghamili perempuan lain secepat itu, dan kamu bilang tidak berniat menyakitiku?”

Arga mencoba menyentuh lengan Kirana, tapi Kirana menepisnya dengan tajam.

“Jangan sentuh aku.”

Kirana mundur selangkah. Wajahnya penuh luka, bukan luka fisik—tapi luka yang jauh lebih dalam dari itu. Luka yang lahir dari pengkhianatan orang yang paling ia percaya.

“Selama ini …,” suaranya gemetar. “Aku selalu berusaha jadi istri yang baik. Aku temani kamu dari nol, dari saat kamu belum punya apa-apa. Aku yang setia jaga rumah, jaga hati, bahkan resign dari tempat kerjaku. Dan sekarang? Kamu malah bagi cinta dan janji dengan perempuan lain?”

“Ran … aku minta maaf. Aku nggak tahu harus gimana saat tahu dia hamil,” ucap Arga dengan suara pelan.

“Ya, kamu nggak tahu. Kamu bahkan nggak pernah pikirin aku. Kamu pikir aku ini apa, Arga? Hanya istri pertama yang bisa kamu gantikan semaumu?”

Arga menghela napasnya dengan panjang menatap wajah Kirana yang sudah basah oleh air mata.

“Kamu tidak paham dengan ucapanku tadi, Kirana?” ucap Arga.

Kirana hanya menatap Arga tanpa mau bertanya apa maksud dari ucapannya tadi.

“Dia hamil dan itu adalah anakku. Padahal kami baru tidur sekali tapi dia sudah hamil. Sedangkan denganmu? Sudah tiga tahun kita bersama, kamu belum juga memberiku anak.”

Sontak ucapan itu membuat Kirana menegang. Jiwanya benar-benar terguncang oleh ucapan suaminya tadi.

“Kamu menganggap kalau aku mandul, Mas?” bisiknya lirih.

“Tidak, Kirana. Aku hanya terus terang saja. Dan karena dia sedang hamil muda, aku mau dia tinggal di sini, dengan kita.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ternyata Selama ini Aku Punya Madu   Bab 7

    Kirana mencoba menenangkan hatinya dengan cara memasak. Ia tahu rumah ini tak lagi seperti dulu. Namun, Kirana merasa harus kuat untuk hidupnya yang masih harus berjalan, meski tertatih.Ia memutuskan untuk membuat ayam kecap kesukaan Arga, lengkap dengan sayur bayam bening dan sambal terasi buatan sendiri. Masakan yang selama ini selalu membuat Arga tersenyum puas di meja makan.Ia ingin percaya, bahwa dengan menyajikan cinta dalam bentuk masakan, mungkin—hanya mungkin—Arga akan teringat tentang Kirana yang dulu. Tentang rumah ini yang dulu jadi tempat mereka berbagi tawa.Suara langkah pelan mendekat dari belakang membuat Kirana menoleh.Alya muncul di ambang pintu dapur, mengenakan daster mewah, rambut terikat setengah dengan pita putih.“Oh, Kak Kirana lagi masak ya?” tanyanya sambil tersenyum lebar.Kirana mengangguk pelan. “Ya,” jawabnya dengan singkat.Alya berjalan masuk sambil menepuk-nepuk perutnya yang sedikit buncit itu. “Aduh, aku juga jadi pengin bantu-bantu, nih. Katany

  • Ternyata Selama ini Aku Punya Madu   Bab 6

    Sudah tiga hari sejak Arga membawa Alya masuk ke rumah mereka. Tiga hari yang terasa seperti tiga tahun bagi Kirana. Ia berjalan di antara ruang-ruang yang dulu dia isi dengan cinta, kini menjadi saksi kehadiran orang ketiga yang tak diundangnya bahkan tak pernah ada dalam list hidupnya.Memiliki madu, menjadi istri tua dan harus melihat kemesraan suaminya bersama istri mudanya. Ini bukan dunia, ini adalah neraka yang telah diciptakan oleh Arga—suami yang dulu sangat dia cintai, kini menjadi orang yang paling menyakitinya.Namun, Kirana tahu, dirinya sedang diuji. Tapi tak pernah dia bayangkan, bahwa ujiannya akan datang dari rumahnya sendiri—dari suami yang pernah dia percaya, dan perempuan yang kini menggantikan posisinya secara perlahan. Ini benar-benar menyakitkan.Pagi ini, Kirana berjalan menuju ruang keluarga hendak menyapu dan merapikan beberapa barang yang berserakan.Tapi langkahnya terhenti di ambang pintu. Matanya menangkap pemandangan yang membuat dadanya sesak.Alya seda

  • Ternyata Selama ini Aku Punya Madu   Bab 5

    “Kamu gila, hah?” pekik Kirana sembari mengepalkan tangannya mendengar ucapan Arga tadi. “Nggak. Aku nggak mau. Aku menolaknya, Mas. Kamu carikan saja rumah untuk dia, jangan pernah kamu bawa wanita itu kemari!”Arga menggeleng dengan pelan. “Tidak bisa. Aku sudah mengiyakan permintaan dia untuk tinggal di sini dengan kita. Tolong, Kirana. Aku tahu aku salah. Tapi, aku harap kamu mengerti kalau aku tidak punya pilihan lain selain bertanggungjawab padanya.”Kirana tertawa getir mendengarnya. “Tanggung jawab? Apa aku nggak salah dengar?” ucapnya kemudian menghela napasnya dengan panjang.“Apa pun keputusanmu, aku tetap akan membawanya ke rumah ini. Bersikap baik padanya, dia sedang hamil muda,” ucapnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Kirana yang masih berdiri di meja makan dengan hati yang penuh luka.Kirana menundukan kepalanya sambil menangis. Tangannya mengepal erat, tidak menyangka selama ini ternyata dia punya madu.“Tega sekali kamu menghamili wanita lain dan sekarang kamu men

  • Ternyata Selama ini Aku Punya Madu   Bab 4

    Kirana duduk di meja makan di antara hidangan yang tak tersentuh. Nasi hangat, sup bening, ayam goreng favorit Arga.Semua ia tata rapi, tapi bukan karena ingin merayakan apa pun—melainkan karena ingin melihat seberapa jauh suaminya bisa berpura-pura.Jam menunjukkan pukul 21.10 saat suara mobil terdengar di halaman depan. Kirana segera berdiri. Detak jantungnya menggema di telinga. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi malam ini, ia butuh kebenaran—seburuk apa pun bentuknya.Pintu terbuka. Arga masuk dengan langkah pelan, membenarkan dasinya sambil menghela napas.“Hai, Ran,” sapanya dengan pelan, seperti biasa. Tapi malam ini, tidak ada balasan dari Kirana. Hanya tatapan tajam yang menembus dada.Arga menghentikan langkah, menyadari ada yang berbeda. Ia menatap wajah istrinya yang pucat, namun matanya menyala seperti bara.“Ada apa?” tanyanya gugup.Kirana tak menjawab langsung. Ia memutar badan, mengambil segelas air dari atas meja, dan berkata tanpa menoleh, “Siapa Alya?”Suar

  • Ternyata Selama ini Aku Punya Madu   Bab 3

    Pesan itu terus terngiang di benaknya. Kalimat pertanyaan ingin dibawa ke rumah ini dari seorang perempuan yang sama sekali tidak dia kenal cukup menguras hati dan jiwanya.Hatinya sakit dan dadanya terasa sesak. Tapi Kirana terus mencoba menyangkalnya. Mencoba percaya bahwa dia hanya salah paham.Mungkin itu nama kontak lama. Mungkin cuma kolega. Mungkin sekadar bercanda. Mungkin … mungkin ….Kirana ingin menepis semua kemungkinan buruk. Tapi semakin ia mencoba berpikir positif, semakin pikirannya memberontak."Kalau memang hanya teman kantor, kenapa dia minta datang ke rumah? Apa yang disembunyikan Mas Arga sebenarnya?” gumamnya kemudian menghela napasnya dengan panjang.Pertanyaan-pertanyaan itu mengiris pelan-pelan. Ia tahu, ada sesuatu yang disembunyikan Arga. Dan rasa percaya yang selama ini dia pertahankan mulai retak.“Apa aku harus menanyakannya langsung? Tapi kalau aku salah, dia akan tersinggung. Tapi … kalau aku benar?”Pertanyaan itu menggema di kepalanya, semakin keras,

  • Ternyata Selama ini Aku Punya Madu   Bab 2

    Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Sepi merambat di antara dinding ruang keluarga, menelusup ke dalam hati Kirana yang sedang duduk di ujung sofa.Sudah lebih dari dua jam sejak mereka menyantap makan malam bersama—tanpa obrolan, tanpa tawa, bahkan tanpa tatap mata yang biasanya selalu mereka tukar.Makan malam itu terasa lebih seperti ritual wajib, bukan momen kehangatan dua insan yang dulu saling memuja.Arga duduk tak jauh darinya, di sofa seberang, tubuhnya sedikit membungkuk, tatapannya terpaku pada layar ponsel yang tak lepas dari tangannya sejak beberapa menit terakhir.Jemarinya bergerak cepat, seperti sedang mengetik sesuatu dengan penuh perhatian.Sesekali, senyum kecil muncul di sudut bibirnya—senyum yang tak pernah lagi ia berikan pada Kirana selama beberapa minggu terakhir.Namun setiap kali Arga sadar Kirana tengah menatapnya, ia buru-buru menyembunyikan ekspresi itu, kembali mengeraskan wajahnya menjadi datar, dingin, tak terbaca.Kirana menelan ludah. Hatinya pe

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status