Dafa hanya duduk diam diruang tamunya, makanan yang sudah ia beli tadi kini sudah dingin dan entah Dafa pun tidak selera untuk makan malam ini.
Ia teringat kedua orang tuanya yang sudah meninggal 10 tahun yang lalu ia benar-benar sebatang kara tidak memiliki siapapun kecuali Kayla istrinya. Dafa tidak sengaja tertidur diruang tamu dan terbangun saat mendengar pintu terbuka Tepat jam 23.00 Kayla baru sampai dirumah. “Kay kamu dari mana aja?” Tanya Dafa ia heran istrinya sangat senang sekali pulang malam dan melupakan dirinya. “Kenapa sih mas? Itu urusanku mau pergi kemana juga jadi kamu gak usah cerewet,” Jawab Kayla dengan nada ketus. “Kamu tanya kenapa? aku suami kamu Kay ingat suami kamu!” Tegas Dafa. “Stop ya mas gak usah berlagak jadi suami suami apalah, kamu aja gak mampu nurutin apapun kebutuhanku,” geram Kayla ia merasa suaminya itu tidak becus mencari uang. “Kay kamu tahu kan aku berusaha selama ini lagipula pekerjaan ku setiap hari menghasilkan uang, aku bukan gak bisa nurutin semua keinginan kamu Kay aku cuma pengen pengeluarkan kita dibatasi aku juga harus nabung buat masa depan kita,” Dafa mencoba menjelaskan selama ini ia memang belum mampu memenuhi kebutuhan dan gengsi istrinya tapi itu semua ia lakukan demi masa depan rumah tangga mereka. “Terserah mas aku capek mau tidur,” Kayla langsung pergi dan akan masuk kedalam kamar namun Dafa menahan lengannya. “Kamu belum jawab tadi kamu habis pergi kemana? Kenapa pulang malam?” Tanya Dafa ia sudah emosi dengan sikap semena-mena Kayla. “Aku habis hangout sama Ziva sama Laras PUAS!”Kayla masuk kedalam kamarnya dan membanting pintu kamarnya. Dafa hanya bisa mengelus dadanya melihat tingkah istrinya yang seperti ABG padahal dia seorang wanita yang sudah bersuami. Dafa membuka pintu kamarnya dan ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Kayla namun ternyata wanita itu sudah tidur, Dafa mendekati Kayla duduk dipinggir ranjang dan mengelus kepala wanita yang sudah menjadi istrinya selama ini lalu menutupi tubuh istrinya dengan selimut dan pelan agar tidak menganggu tidurnya. Dafa keluar dari kamarnya dan kini duduk di teras rumahnya, menghela napas pelan sambil menikmati angin malam yang sejuk menerpa kulitnya. Suara jangkrik dan hewan malam lainnya memenuhi udara, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Dafa merasa lelah setelah seharian bekerja sebagai ojek online, tapi momen seperti ini memberinya kesempatan untuk relaksasi dan merefleksikan hari yang telah berlalu. Dengan mata tertutup, dia membiarkan angin malam membawa ketenangan ke dalam dirinya, merasa bersyukur atas kehidupan sederhana yang dia jalani. Dafa tidak bisa menyangkal perasaan lelah yang mulai menghantuinya dalam menghadapi sikap dingin istrinya, Kayla. Meskipun dia berusaha untuk menjadi suami yang baik dan pencari nafkah yang tangguh, dia merasa bahwa hubungan mereka semakin jauh dan dingin. Dalam hati kecilnya, Dafa mengakui bahwa dia merasa kelelahan secara emosional, tidak tahu bagaimana cara untuk mendekatkan diri lagi dengan Kayla. "Apakah ini yang dinamakan kehidupan pernikahan?" dia bertanya pada dirinya sendiri, merasa bahwa ada sesuatu yang hilang dalam hubungan mereka. “Apa kamu tidak bisa bersabar sayang aku pun sedang berusaha mengumpulkan uang untuk membeli rumah agar kamu lebih nyaman,” Dafa ingin menjelaskan semuanya pada istrinya namun setiap diajak berbicara Kayla selalu emosi dan pergi. “Mas Dafa,” ucap sesorang. Saat Dafa tengah duduk melamun diteras rumah ada seorang gadis cantik yang menghampiri Dafa dan Dafa menengok ternyata gadis itu adalah tetangga Dafa yang tempat tinggalnya hanya berjarak 100 meter dari rumah sewanya. “Eh Tiara, kamu baru pulang?” Tanya Dafa basa basi dengan ramah karena Tiara dengan dirinya sudah lama kenal namun karena Dafa sudah beristri ia menjaga jarak dari wanita manapun kecuali Kayla. “Iya mas,” Tiara berjalan 5 langkah menghampiri Dafa ia berdiri di ujung teras karena tidak enak dilihat orang jika terlalu dekat dengan Dafa. “Kok mas Dafa belum tidur?” Tiara melihat jam di pergelangan tangannya dan saat ini waktu suduh menunjukkan pukul 01.00.“Kamu kenapa sih mas? Gara-gara persoalan kemarin? Kamu udah gak ikhlas nafkahin aku lagi iya!“ ucap Kayla penuh penakanan. Dafa hanya bisa memejamkan matanya rasa sakit pada perutnya tak sebanding dengan sakit hatinya yang tak dihargai. “Udah deh mending kamu diem, mas mau berangkat kerja,” Dafa hendak berdiri namun perutnya semakin sakit. “Mas mending kamu duduk dulu aku ambilin minum sebentar,” Kayla pergi ke dapur ia sedikit khawatir kalau sampai Dafa sakit bagaimana ia bisa mendapatkan uang nantinya. Dafa mengangguk lemah sepertinya ia sakit karena seharian kemarin ia tidak makan apapun dan saat malam hari ia kehujanan membuat tubuhnya menjadi drop. “Ini mas minum dulu,” Kayla menyodorkan segelas air putih pada Dafa. Dafa meminumnya hingga habis tenggorokannya sangat kering dan kepalanya sedikit pusing. “Mas mau siap-siap dulu,” ucap Dafa pada Kayla yang duduk disampingnya. “Mas yakin mau kerja, kalau memang lagi sakit istirahat aja mas,” Dafa sedikit tersentuh de
Evelyn marah besar! Setelah hampir satu jam mengikuti Dafa, dia tiba-tiba menghilang entah kemana. Evelyn berteriak kesal pada dua bodyguard-nya. "Bagaimana bisa kalian kehilangan jejak dia?” Ucap Eve dengan ketus “Maaf nona pria itu cepet banget bawa motornya saya gak bisa ngejar nona karena-“ ucap Bima terpotong. “UDAH CUKUP!” Bentak Evelyn “Lebih baik kita pulang!” Evelyn bersedekap dada menyandarkan punggungnya di jok mobil sembari menghela nafas kasar. “Awas saja kamu Dafa,” ucap Dalam hati Evelyn sangat kesal namun juga sangat penasaran dengan Dafa tentang bagaimana kehidupannya. “Baik nona,” ucap Gio dan Bima penuh semangat. “Kalian semangat banget kalau pulang apa kalian sudah bosan kerja sama aku heuh?” Tegas Evelyn dengan mata melotot Bima bisa melihat ekspresi garang nonanya itu dari kaca mobil. “Bukan begitu nona kami tentu saja senang bekerja dengan nona karena nona sangat baik, iya kan Bim?” Tanya Gio dan menyenggol lengan Bima. “I-iya tentu saja nona, n
Ucapan Dafa terpotong karena Gio menyela pembicaraan mereka. “Nona ini sudah larut malam lebih baik kita pulang tuan besar pasti akan sangat marah mendengar nona kelayapan sampai larut malam,” ucap Gio. “Ck, apa kalian tidak lihat aku sedang sibuk?” Ucap Evelyn. “Tidak,” jawab Gio dan Bima bersamaan. “Ish,” Evelyn menghenttakkan kakinya lalu menoleh ke Dafa yang tatapannya masih lurus memperhatikan hujan tanpa memperdulikan perdebatan Evelyn dan bodyguardnya, “Pokoknya aku tidak mau pulang, iya kan Dafa kau mau tidak menemaniku jalan-jalan malam ini?” Dafa melirik Evelyn sekilas lalu menjawab “Tentu saja tidak!” Evelyn hanya melongo sudah berapa kali Dafa menolak dirinya, apa pria itu tidak lelah selalu menolak dirinya. “Kalian semua memang menyebalkan,” teriak Evelyn di tengah-tengah derasnya hujan. Ketiga pria itu hanya masa bodoh tidak perduli apalagi Dafa. “Sudahlah nona lebih baik dramanya di sambung besok lagi, sekarang kita pulang nanti akan saya belikan es
Melihat Evelyn menunduk, Dafa sedikit merasa bersalah. Ia tidak sengaja mengkasari gadis itu, mungkin karena pikirannya yang sedang kalut. Dafa menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri. “Ini sudah larut malam lebih baik kamu pulang, lalu dimana bodyguardmu?” Tanya Dafa. “Mereka aku tinggal,” ucap Evelyn dengan entengnya tanpa merasa bersalah. “Astagaa,” Dafa hanya menggeleng-geleng melihat gadis didepannya ini. Tiba-tiba turun hujan sangat deras, Evelyn menarik tangan Dafa tanpa disadari Dafa pun mengikutinya untuk berteduh di halte di dekat taman itu. Mereka berlari bersama, mencari perlindungan dari hujan yang semakin deras. Di halte, mereka berdiri berdekatan, mencoba mengeringkan pakaian yang basah. Dafa memandang Evelyn, yang tertawa kecil sambil menyibakkan rambut yang basah. "Kamu baik-baik aja?" tanya Evelyn dengan suara yang lembut. Dafa hanya mengangguk sedetik kemudian ia menepuk keningnya ia baru sadar bagaimana bisa ia berteduh dengan wani
Dua manusia berbeda gender itu sedang merenungi nasibnya masing-masing, si pria yang memikirkan nasib rumah tangganya dan si wanita yang memikirkan nasib masa depannya. mereka duduk ditaman kota saling membelakangi. Dua manusia itu menghela napas bersamaan dengan desiran angin malam sepoi-sepoi, berharap masalah yang menghantui mereka bisa segera selesai. Mereka berharap bisa menemukan jalan untuk memperbaiki keadaan. Namun, untuk saat ini, mereka hanya bisa berharap dan merenung, mencari solusi untuk masalah yang tampaknya semakin rumit. Setelah melampiaskan sedikit rasa kekesalan mereka walaupun hanya dengan duduk dikeramaian orang mereka segera beranjak karena waktu semakin berjalan dan malam sudah semakin larut. Dan saat mereka hendak Pergi dan berbalik , kedua mata mereka bertemu dengan penuh keterkejutan.DEG ! “Dafa.” “Kamu.” Dafa mengerutkan keningnya bagaimana bisa gadis ini berada disini mana bodyguardnya apa dia lepas lagi. “Dafa,” panggil Evelyn ia mengh
Dafa melangkah masuk ke rumah dengan langkah yang lambat, malam yang sunyi dan gelap sepertinya membungkus seluruh suasana. Tidak biasanya dia pulang larut malam seperti ini, tapi hati yang kalut membuatnya malas untuk kembali pulang lebih awal. Pikiran-pikiran yang berputar di kepalanya membuatnya merasa lelah dan tidak bersemangat. Setelah melepas sepatu dan jaketnya, Dafa berjalan masuk kedalam rumah dengan langkah yang berat, berharap kembali kerumah bisa menghilangkan beban pikiran yang menghantuinya. Dafa beridiri diambang pintu melihat Kayla duduk di sofa matanya yang tertuju pada ponselnya, tersenyum sendiri sambil membaca pesan atau menonton video. Dia terlihat sangat asyik dengan dunianya sendiri, tidak menyadari kehadiran Dafa yang baru saja masuk ke rumah. Dafa memperhatikan Kayla dari jauh, merasa sedikit kesal karena Kayla tidak menyambutnya atau bertanya tentang harinya. Kayla terlalu tenggelam dalam dunianya sendiri, tidak peduli dengan perasaan Dafa yang mungk