Share

Semangat Dafa

Author: Riani
last update Last Updated: 2025-09-13 22:08:43

Dafa tersenyum ketika melihat saldo yang ada di aplikasi handphone miliknya. Pendapatan hari ini cukup memuaskan seketika rasa lelah dan letihnya hilang dalam sekejap.

“Kayla pasti seneng banget aku harus cariin makanan buat dia dulu sebelum pulang,” senyum di wajah tampan Dafa tak pernah surut ketika mengingat istrinya dirumah.

Setiap hari, Dafa harus menghadapi kemacetan di jalanan ibukota saat pulang dan pergi bekerja sebagai ojek online. Namun, baginya ini sudah menjadi bagian dari tanggung jawabnya sebagai pencari nafkah bagi keluarganya.

Dafa telah terbiasa dengan rutinitas ini dan telah mengembangkan strategi untuk menghadapi kemacetan, seperti memilih rute alternatif atau memanfaatkan waktu untuk beristirahat sejenak.

Meskipun melelahkan, Dafa tetap semangat dan fokus pada tujuannya untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya. Dengan kesabaran dan ketekunan, Dafa terus berjuang menghadapi tantangan di jalanan ibukota.

Dafa langsung menatap layar handphonenya saat mendengar bunyi notifikasi masuk.

"Orderan baru, gimana ya? Kayla dirumah sendiri aku batalin aja deh.”

Dafa tetap melanjutkan perjalanan pulang ia takut Kayla istrinya sendirian, Namun saat ia sudah sampai dirumah sewanya rumah itu dalam keadaan gelap dan kosong.

“Kay, Kayla kamu dimana sayang?” Dafa sedikit berteriak memanggil-manggil istrinya. “Aku telepon aja deh pasti dia pergi sama temen-temennya.”

Dafa mendial nomor istrinya namun sudah 3 kali panggilan tidak ada jawaban dari Kayla “Hufft kamu kemana lagi sih Kay,” Dafa mengusap wajahnya kasar lalu ia membuka pintu rumahnya dengan kunci serepnya .

Saat Dafa menghidupkan lampu ternyata rumah itu masih berantakan, pakaian Kayla dan bekas makanan Kayla tidak dibereskan sama sekali. Pemandangan seperti ini sudah bukan sekali dua kali tapi sudah hampir setiap hari Dafa mengalami hal ini.

“Ya tuhann Kayla,” Dafa mendengus kesal lalu ia segera mengambil alat bersih-bersih dan membereskan rumahnya yang kotor padahal saat ia pergi bekerja tadi pagi rumah itu sudah bersih tapi saat ia pulang semuanya menjadi berubah berantakan.

30 menit kemudian rumah sewanya sudah kembali bersih dan wangi, Dafa memang pria idaman dia sangat menyukai kebersihan.

Ditempat lain disebuah pusat perbelanjaan Kayla sedang tertawa bahagia dengan dua orang temannya Laras dan Ziva.

“Handphone lo bunyi terus tuh Kay angkat dulu siapa tau suami lo,” ucap Laras.

“Memang suami gue, biarin ajalah gak penting,” jawab Kayla yang masih asyik menyuapkan dessert kedalam mulutnya.

Laras dan Ziva hanya geleng-geleng kepala melihat sikap Kayla yang sangat keterlaluan.

“Kay,” panggil Ziva.

“Hmm,” Jawab Kayla.

“Astaga Kay kayanya lo dulu bucin banget sama Dafa kenapa jadi begini lo?” Tanya Ziva dengan eksrpesi kesal melihat sahabatnya sangat acuh pada suaminya.

“Males gue, Dafa sekarang udah kismin alias Miskin,” ucap Kayla dengan nada ketus.

“Berarti lo dulu mau sama Dafa karena Dafa tajir?” Tanya Laras.

“Iyalah apalagi hidup butuh duit tau gak, gue heran padahal duit Dafa dulu banyak banget tapi sekarang duit dia udah gk ada gak tau deh dikemanain tuh duit,” ucap Kayla.

“Ya namanya duit kalau dipakai terus juga bakalan abis Kay apalagi lo boros banget gayanya sama langit masih tinggi langit,” ucap Ziva.

“Iya tapi gue baru pakai sedikit duitnya kata dia udah gak ada lagi apa gak pelit tuh laki, kesel gue,” Ucap Kayla bersungut-sungut.

“Iya dia enggak mungkin Kay abisin semua tabungan dia, kalian punya masa depan kalau dihabisin nanti masa tua kalian gimana,” ucap Ziva.

“Udah deh Ziva lo tuh enggak tau rasanya punya suami miskin, malu-maluin tau enggak mana kerjanya ngojek lagi tahu gitu gua dulu ogah nikah sama Dafa,” perkataan Kayla membuat kedua sahabatnya hanya melongo mulut wanita itu benar-benar jahat.

“Astaga Kay sadar Kay siapa dulu yang ngejar-ngejar Dafa? lo sendiri kan dan sekarang apa?” Ucap Laras ia ikutan kesal karena Kayla tega berkata seperti itu.

“Padahal Dafa ganteng, tinggi, baik menurut gue juga dia bertanggung jawab mau bekerja jadi ojol padahal pekerjaan dia dulu bersanding sama bos besar tapi dia gak malu dan mau kerja jadi ojek online loh Kay kamu harus beruntung kurang apalagi coba Kay si Dafa?” ucap Ziva ia berharap Kayla mau merubah sikapnya pada Dafa.

“Apa perlu Ziv gue perjelas? Lo harusnya tau jawabannya yang pasti dia itu kurang kaya!” Tegas Kayla.

“Kay Kay,” ucap Ziva dan Laras bersamaan dan mereka berdua menghela nafas pelan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ternyata Suami Orang   Penguntit Kayla

    “Aku gak bisa terus kayak gini aku harus temuin Dafa,” Evelyn bersiap-siap hendak pergi menemui Dafa. Sejak tadi pagi, ia sudah berusaha menghubungi Dafa, namun tidak ada jawaban, bahkan nomor ponsel pria itu justru tidak aktif. Dengan langkah hati-hati, Evelyn menuruni lift. Ia bergegas keluar dari mansion secara diam-diam, memastikan tidak ada satu pun pelayan yang menyadari kepergiannya. Evelyn segera memasuki garasi. Ia menekan remote untuk membuka kunci mobil Porsche yang dipilihnya pagi itu, lalu bergegas masuk dan melesat pergi. “Akhirnya…” Saat ia tiba di persimpangan jalan Evelyn menghela napas lega, merasa telah berhasil meloloskan diri. Evelyn menyalakan musik di mobil Porsche-nya. Ia mulai bersenandung ria mengikuti irama lagu, tanpa peduli bahwa nadanya terdengar cempreng. “Wahh udah lama banget aku gak bawa mobil sendiri kayak gini, kemana-mana pasti sama duo cecunguk itu,” Meski

  • Ternyata Suami Orang   Doa penjual koran

    Dafa teringat pada lingkaran pertemanan yang ramai saat ia masih berkecukupan. Ironi itu mencekiknya ia tidak tahu di mana mereka semua kini, dan keraguan muncul, 'Apakah mereka masih pantas disebut sahabat setelah dirinya jatuh miskin?.“Hufftt…” lagi dan lagi helaan nafas keluar dari bibir Dafa. Suhu malam yang cukup dingin membuat tubuh Dafa menggigil, belum lagi perih lukanya dan ngilu di lengannya yang seakan bersatu padu menyiksanya dalam kesendirian di luar rumah."Apa aku ke rumah Cecep saja, ya?" Dafa bergumam. "Ah, tidak. Dia pasti banyak tanya. Yang ada malah tambah pusing."“Mas koran mas,” Seorang pria muda mendekat ke arah Dafa, lalu menjulurkan tangannya seraya menawarkan koran.Dafa menoleh, kehadiran pria muda itu seketika membuyarkan lamunannya. “Berapa?” Tanyanya.“Terserah deh mas berapa aja koran saya baru laku sedikit hari ini,” ucap penjual koran itu.Dafa merasa iba melihat semangat pria penjual koran itu.

  • Ternyata Suami Orang   Pergi dari rumah

    Dada Dafa terasa sesak setiap kata yang mendesak keluar dari lubuk hatinya seolah tertahan oleh beban tak terlihat di tenggorokannya.“Mas aku… aku cuma temenan sama dia gak lebih,” ucap Kayla sesenggukan, suaranya tercekat di antara isakan. Bahkan di hadapan fakta yang sangat akurat, Kayla tetap membentengi diri dengan dusta, seolah kebohongan itu adalah satu-satunya perisai yang ia miliki.“Aku tahu Kay aku miskin, aku gak bisa kasih apapun yang kamu mau tapi apa dengan ini cara kamu melampiaskan kekesalan kamu selama nikah dengan aku? Dafa sudah tidak memperdulikan ucapan kebohongan Kayla karena semua yang terucap dari mulut wanita itu adalah ‘dusta’.“Mas please aku kayak gini karena cuma untuk seneng-seneng aja gak lebih,” Kayla mengambil satu langkah untuk berusaha mendekat, namun Dafa dengan refleks cepat langsung memundurkan tubuhnya.“Seneng-seneng? Kamu gampang banget ngomong kayak gitu Kayla, sedangkan aku?! Lihat aku!” S

  • Ternyata Suami Orang   Luka batin

    Entah mengapa, benak Evelyn tak henti-hentinya dihantui oleh Dafa firasat buruk menyelimuti perasaannya terhadap pria itu. Sudah sejak tadi Evelyn berusaha memejamkan mata, namun bayangan Dafa terus mengusik dan menghalangi tidurnya. Evelyn terbangun, lalu menggeser tubuhnya untuk bersandar pada kepala ranjang. “Hufft… kenapa aku harus segila ini mikirin suami orang.” Evelyn mendongak, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari, lalu mengembuskan napas panjang. “Besok ada briefing jam 7 pagi kalau aku gak cepet-cepet tidur pasti tanduk daddy langsun naik.” Tangan Evelyn meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dengan jari-jari lentiknya, ia membuka sebuah aplikasi, lalu mengetik nama Dafa di kolom pencarian. “Aku hubungi aja deh dari pada penasaran,” gumamnya. Setelah profil Dafa terbuka, jari Evelyn yang lentik terdiam sejenak di atas kolom chat sebelum ia akhirnya mulai mengetikkan kata-kata. [“Dafa, apa kamu baik-baik aja?”] Pesan yang baru dikiri

  • Ternyata Suami Orang   Kesialan bertubi-tubi

    “Ayo mas aku bantu ya,” Tiara ingin membantu Dafa yang terlihat kesakitan namun ia tidak ingin lancang menyentuh Dafa yang bisa menimbulkan kesalahpahaman walaupun niatnya hanya menolong.“Gak apa-apa Ti, aku masih kuat ko,” ujar Dafa, ia melepaskan sepatunya namun sedikit kesulitan dan Tiara yang melihat posisi Dafa seperti itu langsung membantu Dafa.“E-eh Ti gak usah,” Dafa merasa terkejut dan tidak enak hati.“Udah mas gak apa-apa kok,” Tiara dengan hati-hati dan telaten melepaskan ikatan tali sepatu Dafa yang kencang.Dafa memaksakan diri melangkah masuk ke dalam rumah, kakinya terasa berat dan pincang, sementara Tiara setia menjadi sandaran bagi tubuhnya.Tiara menuntun Dafa hingga terduduk di sofa bahkan gerakan pelan itu membuat Dafa sedikit meringis kesakitan. Hati Tiara mencelos karena rasa tidak tega. Ia bisa merasakan betapa sakitnya kondisi Dafa saat ini.“Mas luka kamu lumayan deh, aku panggilin bidan Gisha ya buat

  • Ternyata Suami Orang   Dafa kecelakaan

    “Oke sekali lagi terima kasih,” ucap Dafa Ia melihat evelyn yang mulai menjauh, awalnya Dafa ingin menolak ajakan Evelyn untuk bertemu tapi entah kenapa hatinya mengatakan bahwa dirinya harus menerima tawaran gadis itu. Dan ternyata Evelyn membawa surprise untuknya. “Sial! Awas saja kau Kayla!” Kemarahan memuncak dalam diri Dafa. Genggaman tangannya mengeras, mencengkeram kekosongan di udara saat bayangan kelakuan bejat Kayla melintas. Minuman yang dingin itu terabaikan, tak disentuh sedikitpun di atas meja. Suara nyaring dari kafe itu dentuman musik dan tawa para pengunjung melayang, tak tertangkap oleh indra pendengarannya. Fokus Dafa telah sepenuhnya ditarik masuk ke dalam pusaran ingatannya yang pahit. Dafa segera menyambar kunci motornya dan tanpa pikir panjang, ia meninggalkan kafe itu. Jalanan malam yang lenggang memberinya izin ia memacu motornya dengan kecepatan penuh, membiarkan angin membelah amara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status