LOGIN"Kamu udah berani sama aku, heh."
"Kenapa aku takut sama kamu. Sekarang aku istri pertama dan kamu istri kedua," sahut Sandra menantang Dewi. "Kamu jadi istri pertama saja bangga. Kamu harus ingat, perempuan yang dicintai Farel itu adalah aku bukan kamu. Farel nikah sama kamu gara-gara dia ingin membuat aku panas saja. Kamu jangan sombong deh," sindir Dewi. Sandra meremas kedua tangannya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Dewi. Tapi dia tidak boleh kalah dari Dewi seperti saat sekolah. Sekarang dia ada yang berkuasa di rumah ini. "Ada apa sih, teriak-teriak tidak jelas. Kek di dalam hutan saja," kata bi Ijah mendekat ke arah mereka berdua. "Kamu ke sini," panggil Dewi kasar. "Eeiiit … kamu siapa berani bersikap kasar," sahut bi Ijah tidak terima. "Kamu berani melawan aku, hah!" bentak Dewi. "Memangnya kamu siapa di sini. Tuan rumah juga bukan," ujar bi Ijah tidak takut. "Aku ini istri Farel. Jadi otomatis aku juga pemilik rumah ini." "Ini aku yang pikun atau kamu yang sudah pikun. Rumah ini kan milik Nyonya Sandra. Jadi selain Nyonya Sandra memerintahkan aku, aku tidak peduli. Kamu tidak berhak menyuruh-nyuruh aku," sahut bi Ijah cuek. "Kamu lancang sekali. Awas saja kamu, aku akan menyuruh Farel untuk memecat kamu," ancam Dewi. "Memangnya Farel bisa memecat Bi Ijah. Asal kamu tahu, selain nek Ningsih hanya aku yang berkuasa di rumah ini. Kamu harus ingat, rumah ini telah menjadi milik aku. Jadi kamu jangan bersikap kasar. Aku bisa kapan saja mengusir kamu," Ancam Sandra balik. "Awas aja kamu Sandra. Kalau Farel akan menjadi bos baru di perusahaan, semua akan menjadi milik Farel kembali. Saat itu aku yang akan mengusir kamu dari rumah ini," balas Dewi. Dewi sangat yakin jika harta itu akan kembali kepada Farel suatu saat. Dia hanya menganggap jika nek Ningsih hanya mengancam Farel saja. Mana ada orang yang mau menyerahkan semua harta untuk orang lain. Dewi yang sangat emosi segera pergi ke kamar. Dia menyiapkan barang-barangnya untuk pergi dari rumah itu. Mending dia belanja dan menghabiskan waktu bersama teman-temannya. "Bi," panggil Sandra dengan bergetar setelah Dewi pergi. Sandra baru pertama kali dengan tegas melawan Dewi. Tubuhnya masih belum terbiasa. Dia langsung duduk dengan lemas. "Nyonya, Nyonya jangan takut. Pokoknya hanya Nyonya yang Bi Ijah akui sebagai Nyonya di rumah ini. Bi Ijah tidak akan pernah mau mengikuti perintah wanita ular itu," kata bi Ijah membantu Sandra berdiri. Sandra segera duduk di sofa dengan bantuan bi Ijah. Bukan hal mudah baginya untuk bersikap tegas. Dia lebih sering dimarahi daripada memarahi. "Bibi akan selalu mendukung Nyonya Sandra. Di mana pun Nyonya berada, jangan kalah ya," pintanya. "Terima kasih, Bi. Bibi tenang saja, Sandra akan tetap kuat. Sandra tidak boleh kalah sama Dewi." "Gitu dong Nyonya. Nyonya yang semangat. Jika wanita itu berbuat kasar sama Nyonya, Nyonya laporin saja sama Bibi. Biar Bi Ijah yang hadapin," kata bi Ijah memukul dadanya. Sandra tersentuh dengan bi Ijah. Sekarang Sandra tidak lagi sendiri lagi. Dia ada yang membela. Tidak ada yang perlu ditakutkan sekarang. Dia harus berfokus untuk merebut hati suaminya, sebelum Farel benar-benar terjerat oleh Dewi. *** Sandra menghabiskan waktu sorenya berjalan-jalan di mall. Dia ingin menikmati layaknya seorang miliarder. Sekarang dia bisa lihat-lihat dengan bebas tanpa takut merusak barang orang. Dulu dia paling anti ke mall. Dia dulu pernah tidak sengaja memecahkan barang pajangan orang. Mau tidak mau Sandra harus membayar barang yang telah dia rusak. Sandra hanya berjalan sendiri. Dia belum ada teman sama sekali. Orang-orang yang dia kenal masih menganggap jika dia seorang gembel. Jadi buat apa dia mencari teman yang pilih-pilih berdasarkan status. Sandra juga tidak mungkin mengajak bi Ijah. Bi Ijah masih ada banyak pekerjaan di rumah. Dia pergi hanya diantar oleh sopir pribadi nek Ningsih. Sandra memutuskan membeli beberapa pakaian. Kali ini Sandra membeli baju yang layak untuk kaum sosialita. Dia tidak ada baju yang bagus sama sekali. Ini juga usulan atau perintah nek Ningsih sebelum pergi. Sandra harus membeli baju yang bagus supaya Farel tidak bosan melihatnya. Penampilan adalah nomor satu. Dia juga tidak lupa membeli beberapa alat make up. Dia akan mencoba dandan untuk suaminya. Sekarang di tangan dia sudah banyak kantong belanjaan. Dia memutuskan untuk pulang saja. Dia sudah capek berkeliling dari tadi. "Sandra! Sandra!" Sandra melihat ke arah asal suara yang memanggilnya. Ternyata yang memanggilnya adalah Tika, salah satu sekolah teman sekolah dia. Tika juga sedang bersama Dewi dan dua teman lainnya, Anita dan Evi. Mereka berada di sebuah restoran tidak jauh darinya. Dewi, Tika, Anita dan Evi, mereka berempat satu kelompok saat sekolah. Kelompok yang paling sering membullynya. "Kamu ngapain di situ, Sandra. Kamu ke sini dong," panggil Evi. "Masa kamu sombong sih, sama teman-teman kamu," sambung Tika. "Iya dong Sandra, kamu jangan sombong," sambung Anita. Mereka bertiga tertawa cekikikan. Mereka belum puas hanya membully Sandra saat sekolah. Sekarang mereka ingin membully Sandra lagi. Kapan lagi ada mainan bagus. Di sisi lain, Dewi kaget melihat Sandra. Apalagi temannya memanggil Sandra. Bisa gawat jika Sandra membocorkan rahasianya. Sandra menatap mereka berempat dengan ragu. Tapi keraguannya hilang saat melihat Dewi yang terlihat panik. 'Sebaiknya aku menghampiri mereka. Aku ingin tahu apa yang akan mereka lakukan lagi. Aku juga mau tahu Dewi berbohong lagi atau nggak kalau dia menikah dengan seorang pegawai kantoran biasa. Pasti dia mengaku menikah dengan orang kaya. Mana mungkin dia mengaku miskin. Sebaiknya, nanti aku mengaku miskin saja. Biar mereka terkejut saat tahu sendiri kalau aku sudah jadi seorang miliarder,' batin Sandra. Bersambung …."Sandra, sini dong," panggil mereka lagi.Sandra mendekat ke arah mereka berempat. Dia meletakan tas belanjaan di dekat kakinya. "Ayo duduk sini," suruh Tika.Sekarang posisi duduk Sandra berhadapan dengan Dewi. Sedangkan Tika berhadapan dengan Evi dan Anita. Dewi menatap Sandra dengan harap-harap cemas. Dia takut kalau Sandra akan menyinggung status mereka. Dewi tidak mau jika teman-teman tahu jika dia hanya istri kedua. Apalagi Sandra yang menjadi istri pertama. Martabat dia bisa jatuh."Terima kasih," ucapan Sandra setelah duduk dengan nyaman."Kamu ngapain di sini, Sandra? Apa hanya melihat-lihat saja?" tanya Tika memulai membully Sandra."Itu barang kamu banyak amat. Jangan bilang kamu habis dijajanin sama om-om lagi. Upss … maaf Sandra, aku keceplosan ya," hina Evi."Oh ini, ini barang punya nenek yang aku jaga kok," jawab Sandra tidak sepenuhnya berbohong. "Aduh, kasihan sekali kamu. Kamu hanya belanja untuk nenek yang kamu asuh ya. Apa kamu jadi pembantu?" sahut Anita sambi
"Kamu udah berani sama aku, heh.""Kenapa aku takut sama kamu. Sekarang aku istri pertama dan kamu istri kedua," sahut Sandra menantang Dewi. "Kamu jadi istri pertama saja bangga. Kamu harus ingat, perempuan yang dicintai Farel itu adalah aku bukan kamu. Farel nikah sama kamu gara-gara dia ingin membuat aku panas saja. Kamu jangan sombong deh," sindir Dewi.Sandra meremas kedua tangannya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Dewi. Tapi dia tidak boleh kalah dari Dewi seperti saat sekolah. Sekarang dia ada yang berkuasa di rumah ini."Ada apa sih, teriak-teriak tidak jelas. Kek di dalam hutan saja," kata bi Ijah mendekat ke arah mereka berdua."Kamu ke sini," panggil Dewi kasar."Eeiiit … kamu siapa berani bersikap kasar," sahut bi Ijah tidak terima."Kamu berani melawan aku, hah!" bentak Dewi."Memangnya kamu siapa di sini. Tuan rumah juga bukan," ujar bi Ijah tidak takut. "Aku ini istri Farel. Jadi otomatis aku juga pemilik rumah ini.""Ini aku yang pikun atau kamu yang sudah pikun
Sandra sebelum ke ruang makan pergi ke dapur dulu. Dia akan mengambil makanan yang telah dia siapkan untuk Farel. Tangannya meletakkan sarapan pagi berupa nasi goreng dengan telaten. Setelah semua selesai ditata rapi di atas meja, Sandra duduk di sebelah kanan Farel. Sedangkan di sebelah kiri duduk Dewi. "Lho, kok hanya ada dua piring. Buat aku mana, Sandra?" tanya Dewi tidak kebagian piring."Kamu kan masih sehat. Kamu bisa ambil piring sendiri di dapur," sahut Sandra.Sandra meneruskan kegiatannya. Dia menaruh nasi goreng dan lauk pauk ke dalam piring Farel."Kenapa kamu tidak sekalian ambil piring buat aku," protes Dewi."Dewi, aku ini bukan pembantu kamu. Kamu ini istri kedua Farel. Seharusnya kamu lebih menghormati aku sebagai istri pertama Farel. Sudah untung aku mau masak lebih buat kamu. Kamu itu harus bersyukur. Kamu sebagai seorang istri hanya tahu mengurus diri. Kamu juga masak buat suami kamu dong," tegur Sandra."Benar apa yang dibilang Sandra, Dewi. Kamu seharusnya juga
Beberapa hari setelah Dewi dan Farel sudah resmi menjadi suami istri. Nek Ningsih benar-benar pergi meninggalkan Sandra sendiri dengan sangat cepat. Dia pergi sesuai perkataannya. Sekarang Farel juga masih bekerja sebagai pegawai kantoran biasa. Dia hanya menerima gaji layaknya pegawai rendahan. Semua kartu kredit dia sudah ditarik kembali oleh nek Ningsih. Farel menyerahkan semua itu mau tidak mau. Semua dipegang oleh Sandra.Lain Farel lain Dewi, Dewi sama sekali tidak rela. Dia akan tetap bertahan karena yakin jika semua itu hanya akalan nenek Farel saja. Farel dan Dewi tetap tinggal satu rumah dengan Sandra. Dewi tidak mau tinggal di kontrakan. Dia percaya kalau harta Farel tidak mungkin diserahkan semuanya untuk Sandra. Apalagi dia sudah mendapatkan info, sebulan lagi Farel akan dilantik menjadi bos baru di perusahaan. Dengan begitu, Dewi akan bisa menguras harta Farel. Dia harus bertahan selama sebulan saja. Setelah itu dia bisa menyingkirkan Sandra.***Saat ini Sandra sedang
Beberapa saat setelah Farel dan Dewi meminta restu.Sandra menuntun nek Ningsih ke dalam kamarnya. Dia mendudukkan nek Ningsih pada kasur, tempat yang biasa digunakan untuk tidur. Ketika dia ingin menaikkan kaki nek Ningsih agar bisa segera tidur, tapi nek Ningsih menolaknya."Ada apa Nek?" tanya Sandra heran."Nenek tidak capek. Nenek tidak mau tidur dulu," jawab nek Ningsih."Bukannya tadi Nenek katanya mau tidur?" "Itu hanya alasan Nenek saja. Nenek tidak mau lama-lama di sana." "Oh begitu," kata Sandra sedikit menghindar tatapan nek Ningsih.Sandra masih kecewa dengan keputusan nek Ningsih yang merestui hubungan Farel dan Dewi barusan. Besok Farel, suaminya akan menikah lagi. Dia akan dimadu oleh orang yang sering menyakitinya."Kamu kenapa Sandra? Apa kamu marah sama Nenek?" tanya nek Ningsih khawatir.Nek Ningsih telah menganggap jika Sandra adalah bagian dari keluarganya. Tidak ada bedanya dia dan Farel. Mereka berdua sama-sama cucunya."Maaf jika Sandra egois. Sandra tidak b
Aku beralih menatap Dewi dan Farel. Farel terlihat senang. Sepertinya kehilangan harta bagi dia tidak masalah asal bisa menikah dengan Dewi. Tipe bucin tingkat akut yang tidak ada obatnya. Aku heran bagaimana kehidupan Farel saat sekolah. Aku yakin jika dia sering dimanfaatkan orang.Kemudian aku beralih ke arah Dewi. Wajah yang ditunjukkan oleh Dewi seakan matanya mau keluar. Aku yakin kalau Dewi tidak akan setuju. Mana mau orang matre menikah dengan orang yang tidak memiliki harta lagi.Tapi dibanding itu semua, aku tidak tahu kenapa nek Ningsih memilih syarat seperti itu. Syarat itu bisa merugikan mereka jika aku jadi penghianat dan membawa kabur semua harta itu."Kalian setuju?" "Iya, aku setuju," sahut Farel."....""Kamu setuju kan sayang. Tadi kamu bilang kamu akan mencintai aku apa adanya. Kamu mencintai aku bukan karena harta kan? Jadi kamu tidak apa-apa kalau aku akan kehilangan semuanya," tanya Farel beralih ke Dewi.Dewi hanya diam. Dia belum menjawab apapun. Mana mungkin







