LOGIN"Sandra, sini dong," panggil mereka lagi.
Sandra mendekat ke arah mereka berempat. Dia meletakan tas belanjaan di dekat kakinya. "Ayo duduk sini," suruh Tika. Sekarang posisi duduk Sandra berhadapan dengan Dewi. Sedangkan Tika berhadapan dengan Evi dan Anita. Dewi menatap Sandra dengan harap-harap cemas. Dia takut kalau Sandra akan menyinggung status mereka. Dewi tidak mau jika teman-teman tahu jika dia hanya istri kedua. Apalagi Sandra yang menjadi istri pertama. Martabat dia bisa jatuh. "Terima kasih," ucapan Sandra setelah duduk dengan nyaman. "Kamu ngapain di sini, Sandra? Apa hanya melihat-lihat saja?" tanya Tika memulai membully Sandra. "Itu barang kamu banyak amat. Jangan bilang kamu habis dijajanin sama om-om lagi. Upss … maaf Sandra, aku keceplosan ya," hina Evi. "Oh ini, ini barang punya nenek yang aku jaga kok," jawab Sandra tidak sepenuhnya berbohong. "Aduh, kasihan sekali kamu. Kamu hanya belanja untuk nenek yang kamu asuh ya. Apa kamu jadi pembantu?" sahut Anita sambil tersenyum meledek. Sandra mengabaikan semua perkataan mereka. Dia akan melihat sampai mana mereka akan membully nya. Dia akan langsung membalas semuanya nanti sekaligus. Apalagi Sandra sudah mengetahui suami Tika yang bekerja sebagai manager di perusahaan milik Farel. Dia bisa mengurusnya nanti. Tika akan terkejut jika mengetahui kalau dia jadi pemilik perusahaan tempat suaminya bekerja. Sedangkan suami Evi dan Anita bekerja di cabang perusahaan milik keluarga Farel juga. Sandra ingin tahu bagaimana reaksi mereka sebulan lagi saat tahu jika dia sudah jadi miliarder. "Iya, aku hanya bisa lihat-lihat tanpa bisa beli. Kan aku tidak punya uang," sahut Sandra melirik ke arah Dewi. "Nasib kamu memang jelek dari dulu Sandra. Persis seperti wajah kamu," ujar Evi. "Apa kamu mau aku kenalin sama om aku. Dia sudah ada istri sih, tapi dia pasti akan tertarik sama kamu. Kamu bisa jadi simpanan om aku. Hitung-hitung buat permak muka kamu. Haha ….," kata Tika dengan bangga. "Tika, bukannya om kamu sudah berumur lima puluh tahunan ya. Kamu bisa saja menjodohkan om kamu sama Sandra," sahut Anita. "Tidak apa kalau tua Sandra. Yang penting kamu bisa dapat uang, ya nggak." Sandra bersabar dengan tiga teman Dewi yang terus memojoknya. Sekarang matanya beralih ke arah Dewi. Dewi menatapnya dengan takut-takut. Dia sama sekali tidak berani bersuara. "Apa yang kamu lihat Sandra. Oh kamu melihat kalung baru Dewi ya," kata Tika yang salah mengartikan arah pandang Sandra. Mata Sandra beralih ke arah kalung yang dipakai oleh Dewi. Dia tadi tidak melihat kalung yang dipakai dewi kalau Tika tidak menyinggungnya. "Kalung Dewi itu keluaran baru. Dia baru membelinya berapa hari yang lalu. Katanya Dewi berhasil menikah dengan calon pemilik perusahaan nomor satu di kota kita. Calon istri bos baru," ujar Tika sang ember. Dewi segera menutup kalungnya agar tidak dilihat oleh Sandra. Tapi Sandra sudah duluan melihat kalung itu. Dewi jadi semakin berkeringat dingin. "Kalungnya bagus. Berapa harganya Dewi?" tanya Sandra menatap Dewi dengan datar. "Ini … ini tidak mahal kok," dalih Dewi. "Aduh Dewi, kamu jangan malu-malu gitu. Tidak apa kalau Sandra tahu harga kalung itu. Dia pasti tidak akan mampu membelinya." "Kasih tahu aja Dewi, biar Sandra tidak bisa tidur mikirin harga kalung kamu." "Sandra … Sandra tidak perlu tahu harganya kan. Ini hanya imi …." "Harganya itu tujuh puluh lima juta," potong Tika. Dewi rasanya ingin menenggelamkan Tika di air comberan. Mulut Tika tidak ada saringan sedikit pun. Dia sudah masih matian berusaha agar Sandra tidak mengetahui harganya. Dia bahkan berniat bilang jika itu hanya kalung imitasi. Dia takut jika Sandra tahu asal usul kalung itu. "Enak bener jadi kamu ya Dewi. Kamu bisa mendapat kalung semahal itu dari suami kamu. Sedangkan aku tidak dibelikan apapun oleh suami aku," ucap Sandra dengan berpura-pura sedih. Dewi semakin mati kutu. Katakata Sandra seperti ancaman baginya. "Kamu sudah menikah, Sandra?" "Iya." "Siapa suami kamu?" "Suami kamu pasti hanya buruh bangunan ya. Atau tukang kredit sapu keliling? Haha …." "Suami aku bukan buruh bangunan," sanggah Sandra. "Terus?" "Suami aku hanya pegawai kantoran biasa." "Kamu memang tidak pernah berubah Sandra. Miskin tetap miskin." "Makanya, kamu setuju saja untuk menjadi simpanan om aku. Kan lumayan bisa buat tambahan uang belanja. Istri om aku sangat galak. Kamu hanya perlu jangan sampai ketahuan saja." "Maaf Tika, tapi sekarang aku lagi berusaha untuk mempertahankan suami aku agar tidak diambil oleh perempuan lain," ujar Sandra dengan raut wajah sangat lelah. "Apa? Suami kamu selingkuh?" "Bukan selingkuh, dia menikah lagi dengan perempuan lain," sahut Sandra melirik ke arah Dewi. 'Gawat, jangan-jangan Sandra mau membocorkan rahasia aku. Aku tidak boleh membiarkan Sandra seperti ini,' batin Dewi sambil menggigit jari. "Ya ampun, kasihan sekali nasib kamu. Kamu sudah menikah dengan orang miskin, diduakan lagi. Ckck," ujar Evi berdecak lidah senang. "Kami doakan agar yang menjadi perempuan kedua itu digigit tikus sampai busuk," doa Anita tidak suka sama pelakor. "Kalau aku diposisi kamu, aku sudah jambak rambut perempuan itu. Aku kutuk dia jadi cewek mandul. Sekalian saja burung suami aku, aku potong. Berani sekali dia menikah lagi," sambung Tika. 'Dasar teman setan. Beraninya kalian mengutuk aku. Mulai sekarang aku tidak mau berteman dengan kalian,' batin Dewi kesal. Sandra menaikkan sebelah alisnya. Dia menatap heran dengan respon temannya. Tadi mereka dengan semangat menyuruh dia jadi simpanan. Sekarang mereka malah mengutuk perempuan perebut laki orang. Ternyata sejahat-jahatnya mereka, mereka juga tidak akan membela pelakor. "Makanya, kamu cari suami seperti Dewi dong. Dia itu sudah menikah dengan anak calon bos di perusahaan nomor satu di kota ini. Dia begitu mencintai Dewi dan membelikan apapun yang diminta oleh Dewi," terang Evi. "Benarkah?" "Iya, bulan depan dia akan dilantik menjadi bos di perusahaan," sambung Tika yang sudah tahu bocoran dari sang suami. "Wah Dewi, kamu dapat suami yang kaya raya ya. Bukan seperti aku yang hanya 'karyawan kantoran biasa'," kata Sandra dengan menekan kata karyawan kantor biasa. "Bukan kok, suami aku hanya pegawai kantoran biasa," sanggah Dewi berkeringat dingin. "Kamu jangan merendah seperti itu, Dewi. Susah loh, seorang calon bos menyamar jadi seorang manager. Suami aku juga salah satu manajer di kantor yang sama dengan suami kamu Dewi. Pasti mereka saling kenal." "Bisa jadi," jawab Dewi gagap. Dewi meraih minumannya. Temannya terlalu banyak bicara. Dia menyesal menceritakan tentang Farel yang ditambahkan dengan kebohongan. Dewi tidak mau jika temannya tahu jika Farel menyamar sebagai karyawan kantoran biasa, jadi dia bilang sama temannya sebagai manajer dan akan dilantik sebagai bos segera. Padahal masalah itu masih rahasia perusahaan. Dewi takut jika kabar ini sampai ke telinga Farel dan nek Ningsih. Mereka pasti akan langsung mencium bau ada orang yang membocorkan rahasia perusahaan. Jika diselidiki lebih lanjut akan sangat merugikan dia. Sandra kembali menatap Dewi. Dia ingin tahu seberapa banyak rahasia perusahaan yang diketahui oleh Dewi. Dia akan segera melaporkan masalah ini segera ke nek Ningsih. Masalah ini bukan lagi masalah kecil. Sudah ada tikus besar yang berkeliaran di kantor. Tidak rugi dia bergabung dengan Dewi. Bersambung …."Sandra, sini dong," panggil mereka lagi.Sandra mendekat ke arah mereka berempat. Dia meletakan tas belanjaan di dekat kakinya. "Ayo duduk sini," suruh Tika.Sekarang posisi duduk Sandra berhadapan dengan Dewi. Sedangkan Tika berhadapan dengan Evi dan Anita. Dewi menatap Sandra dengan harap-harap cemas. Dia takut kalau Sandra akan menyinggung status mereka. Dewi tidak mau jika teman-teman tahu jika dia hanya istri kedua. Apalagi Sandra yang menjadi istri pertama. Martabat dia bisa jatuh."Terima kasih," ucapan Sandra setelah duduk dengan nyaman."Kamu ngapain di sini, Sandra? Apa hanya melihat-lihat saja?" tanya Tika memulai membully Sandra."Itu barang kamu banyak amat. Jangan bilang kamu habis dijajanin sama om-om lagi. Upss … maaf Sandra, aku keceplosan ya," hina Evi."Oh ini, ini barang punya nenek yang aku jaga kok," jawab Sandra tidak sepenuhnya berbohong. "Aduh, kasihan sekali kamu. Kamu hanya belanja untuk nenek yang kamu asuh ya. Apa kamu jadi pembantu?" sahut Anita sambi
"Kamu udah berani sama aku, heh.""Kenapa aku takut sama kamu. Sekarang aku istri pertama dan kamu istri kedua," sahut Sandra menantang Dewi. "Kamu jadi istri pertama saja bangga. Kamu harus ingat, perempuan yang dicintai Farel itu adalah aku bukan kamu. Farel nikah sama kamu gara-gara dia ingin membuat aku panas saja. Kamu jangan sombong deh," sindir Dewi.Sandra meremas kedua tangannya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Dewi. Tapi dia tidak boleh kalah dari Dewi seperti saat sekolah. Sekarang dia ada yang berkuasa di rumah ini."Ada apa sih, teriak-teriak tidak jelas. Kek di dalam hutan saja," kata bi Ijah mendekat ke arah mereka berdua."Kamu ke sini," panggil Dewi kasar."Eeiiit … kamu siapa berani bersikap kasar," sahut bi Ijah tidak terima."Kamu berani melawan aku, hah!" bentak Dewi."Memangnya kamu siapa di sini. Tuan rumah juga bukan," ujar bi Ijah tidak takut. "Aku ini istri Farel. Jadi otomatis aku juga pemilik rumah ini.""Ini aku yang pikun atau kamu yang sudah pikun
Sandra sebelum ke ruang makan pergi ke dapur dulu. Dia akan mengambil makanan yang telah dia siapkan untuk Farel. Tangannya meletakkan sarapan pagi berupa nasi goreng dengan telaten. Setelah semua selesai ditata rapi di atas meja, Sandra duduk di sebelah kanan Farel. Sedangkan di sebelah kiri duduk Dewi. "Lho, kok hanya ada dua piring. Buat aku mana, Sandra?" tanya Dewi tidak kebagian piring."Kamu kan masih sehat. Kamu bisa ambil piring sendiri di dapur," sahut Sandra.Sandra meneruskan kegiatannya. Dia menaruh nasi goreng dan lauk pauk ke dalam piring Farel."Kenapa kamu tidak sekalian ambil piring buat aku," protes Dewi."Dewi, aku ini bukan pembantu kamu. Kamu ini istri kedua Farel. Seharusnya kamu lebih menghormati aku sebagai istri pertama Farel. Sudah untung aku mau masak lebih buat kamu. Kamu itu harus bersyukur. Kamu sebagai seorang istri hanya tahu mengurus diri. Kamu juga masak buat suami kamu dong," tegur Sandra."Benar apa yang dibilang Sandra, Dewi. Kamu seharusnya juga
Beberapa hari setelah Dewi dan Farel sudah resmi menjadi suami istri. Nek Ningsih benar-benar pergi meninggalkan Sandra sendiri dengan sangat cepat. Dia pergi sesuai perkataannya. Sekarang Farel juga masih bekerja sebagai pegawai kantoran biasa. Dia hanya menerima gaji layaknya pegawai rendahan. Semua kartu kredit dia sudah ditarik kembali oleh nek Ningsih. Farel menyerahkan semua itu mau tidak mau. Semua dipegang oleh Sandra.Lain Farel lain Dewi, Dewi sama sekali tidak rela. Dia akan tetap bertahan karena yakin jika semua itu hanya akalan nenek Farel saja. Farel dan Dewi tetap tinggal satu rumah dengan Sandra. Dewi tidak mau tinggal di kontrakan. Dia percaya kalau harta Farel tidak mungkin diserahkan semuanya untuk Sandra. Apalagi dia sudah mendapatkan info, sebulan lagi Farel akan dilantik menjadi bos baru di perusahaan. Dengan begitu, Dewi akan bisa menguras harta Farel. Dia harus bertahan selama sebulan saja. Setelah itu dia bisa menyingkirkan Sandra.***Saat ini Sandra sedang
Beberapa saat setelah Farel dan Dewi meminta restu.Sandra menuntun nek Ningsih ke dalam kamarnya. Dia mendudukkan nek Ningsih pada kasur, tempat yang biasa digunakan untuk tidur. Ketika dia ingin menaikkan kaki nek Ningsih agar bisa segera tidur, tapi nek Ningsih menolaknya."Ada apa Nek?" tanya Sandra heran."Nenek tidak capek. Nenek tidak mau tidur dulu," jawab nek Ningsih."Bukannya tadi Nenek katanya mau tidur?" "Itu hanya alasan Nenek saja. Nenek tidak mau lama-lama di sana." "Oh begitu," kata Sandra sedikit menghindar tatapan nek Ningsih.Sandra masih kecewa dengan keputusan nek Ningsih yang merestui hubungan Farel dan Dewi barusan. Besok Farel, suaminya akan menikah lagi. Dia akan dimadu oleh orang yang sering menyakitinya."Kamu kenapa Sandra? Apa kamu marah sama Nenek?" tanya nek Ningsih khawatir.Nek Ningsih telah menganggap jika Sandra adalah bagian dari keluarganya. Tidak ada bedanya dia dan Farel. Mereka berdua sama-sama cucunya."Maaf jika Sandra egois. Sandra tidak b
Aku beralih menatap Dewi dan Farel. Farel terlihat senang. Sepertinya kehilangan harta bagi dia tidak masalah asal bisa menikah dengan Dewi. Tipe bucin tingkat akut yang tidak ada obatnya. Aku heran bagaimana kehidupan Farel saat sekolah. Aku yakin jika dia sering dimanfaatkan orang.Kemudian aku beralih ke arah Dewi. Wajah yang ditunjukkan oleh Dewi seakan matanya mau keluar. Aku yakin kalau Dewi tidak akan setuju. Mana mau orang matre menikah dengan orang yang tidak memiliki harta lagi.Tapi dibanding itu semua, aku tidak tahu kenapa nek Ningsih memilih syarat seperti itu. Syarat itu bisa merugikan mereka jika aku jadi penghianat dan membawa kabur semua harta itu."Kalian setuju?" "Iya, aku setuju," sahut Farel."....""Kamu setuju kan sayang. Tadi kamu bilang kamu akan mencintai aku apa adanya. Kamu mencintai aku bukan karena harta kan? Jadi kamu tidak apa-apa kalau aku akan kehilangan semuanya," tanya Farel beralih ke Dewi.Dewi hanya diam. Dia belum menjawab apapun. Mana mungkin







