Baru ini Bastian pagi-pagi buta pergi ke pasar tradisional, rupanya pasar sudah ramai, banyak lapak dan toko yang sudah buka. Rahma cekatan belanja kebutuhan dapur, Bastian hanya mengekor di belakang sambil menjinjing kantong belanjaan. Setelah semua terbeli, barang belanjaan segera dimasukkan mobil.
"Sebentar ya, Bos. Ada yang mau kubeli," kata Rahma.
Dia berlari ke toko baju yang baru dibuka, dia memilih-milih dalaman, lagi haid gini risih tidak ganti celana dalam. Bastian mengikutinya tanpa Rahma sadari. Lelaki itu segera meraih gamis biru muda dan jilbab sarung senada, setelah membayar dia segera masuk ke dalam mobil, Rahma menyusulnya beberapa saat.Setelah sampai rumah, Rahma langsung mencuci daging dan merebusnya, tidak lupa dia mananak nasi di magicom. Sambil nunggu dagingnya empuk, dia segera menuju kam
"Kita mau ke mana, Mbak?" tanya Dodit ketika di perjalanan"Ke rumahku dulu, Dit. Aku mau mengambil pakaian ganti dan motorku," kata Rahma pada pria muda yang usianya baru menginjak dua puluh tujuh tahun itu.Setelah sampai rumah Rahma, ternyata Fauzan sudah menunggu di sana. Rahma segera pindah duduk dari bangku belakang ke depan."Dodit, Mbak minta tolong ya? Berpura-puralah menjadi kekasih Mbak, di depan pria itu," kata Rahma."Waduh, nanti Pak Bastian marah, Mbak.""Gak akan, diakan menyuruhmu menjaga aku," kata Rahma.Mereka segera keluar dari mobil. Fauzan menatap kedua pasang
Setelah rapat, Bastian segera menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Papanya belum masuk ruang operasi, sehingga dia masih bisa berbincang dengan Papanya."Bagaimana hari pertamamu kerja?" tanya Pak Sagala"Cuma rapat terbatas persiapan rapat Direksi besok, Pa," jawab Bastian."Untuk PT Inti Sari Besi, angkat wakil direkturnya, jadi direktur utama. Dia anak pemilik perusahaan yang lama," kata Papa Sagala"Iya, tadi ada usulan seperti itu," jawab Bastian."Perusahaan itu dulu milik teman Papa, ketika perusahaan itu sedang jaya-jayanya pemiliknya meninggal sekeluarga karena kecelakaan. Akhirnya perusahaan itu dilanjutkan oleh adik Almarhum, namun karena tidak bisa mengelola akhirnya perusahaannya bangkrut. Papa sengaja membelinya, untuk mengenang teman Papa itu. Dulu, dia selalu men-suport Papa dengan ilmu bahkan dana ketika baru membuka usaha konstruksi, tapi belum sempat Papa membayar hutang Papa, dia keburu meninggal. Ada yang mengatakan
Rapat Direksi sudah dimulai pukul sepuluh pagi. Dihadiri oleh empat direktur utama dan dua puluh direktur cabang, beserta wakil direkturnya. Masing-masing perusahaan juga membawa General Manager dan Sekretaris profesional perusahaan, juga dihadiri beberapa orang undangan khusus yang akan menduduki jabatan Direktur. Beberapa orang perwakilan dari kantor pusat juga hadir beserta anggota Dewan kehormatan, kode etik dan kinerja.Agenda pertama adalah pidato dari Pak Jonathan selaku Presiden Direktur sementara menggantikan Pak Sagala."Karena Presdir utama kita Bapak Sagala Wibisono tengah sakit, maka saya menggantikan sementara tampuk pimpinan di BSW Group. Namun, sekarang karena putra beliau sudah siap menggantikan ayahnya, maka saya bisa pensiun dengan tenang, saya hanya memantau dan membimbing dari jauh perusahaan ini. Kita sambut Presdir baru kita, seorang anak muda yang cakap dan masih penuh semangat, ini dia Bapak Bastian Sagala Wibisono ...."Bastian se
"Alif ... sebenarnya Bunda Rahma bukan ibu kandung Alif," kata Fitri dengan suara lembut."Apaaa??"Selembut apapun nada bicara Fitri, tapi berita itu bagai gelegar petir di telinga Alif, menggungcang jiwa kecilnya, sehingga tubuh kecilnya meluruh bersimpuh ke tanah."Tante Fitri bohong, kan? Tidak mungkin Bunda bukan ibu kandung Alif."Tangis anak itu pecah, ditangkupkan kedua tangannya ke wajah yang ditopang kedua kakinya.Fitri sudah menduga semua ini pasti terjadi, tapi dia harus bisa membesarkan hati anak itu. Diraihnya kedua tangan anak itu, kemudian dipeluknya anak itu dengan erat, diusap air mata yang membasahi pipinya."Alif, kamu harus tenang, sayang. Demi Bunda ... kau harus tahu kenyataannya dari sekarang, karena akan ada badai yang akan menghantam kalian berdua," kata Fitri membuat anak itu menatapnya dengan serius, dihapusnya air mata yang masih terus mengalir."Dulu, Bunda Rahma memiliki teman, dia teman
"Ma, Mama ...," panggil Fauzan, suaranya menggema di rumah gedongan dua lantai.Rumah selalu sepi, dulu mereka memiliki tujuh orang pembantu, dua orang supir dan dua orang Satpam. Namun, ketika Fauzan menginjak bangku kelas satu SMA perusahaannya pailit, dia hanya mampu menggaji seorang pembantu, sejak Fauzan bisa bekerja dia bisa membayar dua orang pembantu. Hasil penjualan perusahaannya itu untuk membayar hutang, sisanya hanya untuk biaya kuliahnya dan Adiknya Farah. Namun sayang, akibat salah pergaulan, Farah kecanduan narkoba hingga dia meninggal dunia akibat Over dosis ketika belum menyelesaikan kuliahnya."Ada apa, Zan?" tanya Pak Gunadi Winata, Ayah Fauzan.Lelaki paruh baya itu tengah memberi makan ikan arwana di aquarium besar yang terletak di ruang tengah."Papa, Fauzan ada berita besar! Fauzan diangkat jadi Direktur utama PT Intisari Besi," seru Fauzan, membuat Pak Gunadi membulatkan mata, dia segera mendekati Fauzan dan memeluk anak lelakinya
"Nurhadi selama menjadi staf Papa, termasuk orang yang bisa diandalkan, loyalitas dan integritasnya Papa akui bagus," kata Sagala membuat Bastian sedikit tenang."Papa sudah pensiun, tetapi kenapa masih ikut campur dalam menangani perusahaan?" tanya Bastian kecewa"Apa maksudmu?" tanya Sagala mengerutkan dahi, tidak suka dengan ucapan Bastian."Papa masih menyuruh Romi pergi sendiri membuka cabang Plaza di Manado, padahal nyuruh orang lain bisa, kan? Tanpa Romi aku seperti pincang berjalan," kata Bastian protes pada Papanya."Romi di sana cuma dua hari, Bas. Dia bukan cuma utusan kantor pusat, tetapi dia utusan pemilik perusahaan. Gak usah lebay, kau!" Sanggah Sagala.Lelaki paruh baya itu menggelengkan kepala heran, ternyata putranya tidak sekuat yang dia bayangkan, yah ... selama ini mereka memang menjadi patner bisnis yang kesolidannya diatas rata-rata."Bas, itu Pak Nurhadi sudah datang," seru Bunda Asti yang baru datang dari ruang depan
"Pak Bas, kenapa Bapak tolak Bella menjadi sekretaris Bapak? Dia termasuk sekretaris terbaik, Pak. Untuk mencari sekretaris lain butuh waktu, sementara pekerjaan Bapak sudah keteteran. Beri dia kesempatan, jika tidak bagus kerjanya, nanti kita buka lowongan saja," kata Pak Nurhadi ketika di perjalanan untuk meninjau lokasi proyek."Aku kurang sreg aja, Pak," kata Bastian"Apa tidak ada sekretaris pria?" Lanjutnya"Tidak ada, Pak. Mereka sudah memiliki job masing-masing. Tinggal Bella yang belum kebagian job, karena baru ditarik dari kantor cabang," kata Pak Nurhadi"Aku tidak suka dengan cara berpakainnya, cara berdandannya. Seperti seorang penggoda daripada sekretaris. Kalau memang tidak ada lagi orang lain, suruh dia merubah penampilannya, berdandan yang biasa-biasa saja. Katakan jangan pakai high heel, karena pekerjaannya berat, saya tidak mau alas kakinya membatasi geraknya, katakan juga bicara padaku sewajarnya, tidak perlu menggunakan intonasi s
"Pak Bastian, Awaaass!!" teriak Pak Nurhadi, dalam waktu beberapa detik, tubuh Bastian sudah terpental didorong Pak Nurhadi.Sebuah Crane yang membawa balok Besi, tiba-tiba muatannya terlepas tepat di atas Bastian, Pak Nurhadi yang tanpa sengaja melihatnya segera mendorong tubuh Bastian, namun karena ukuran Balok besi itu yang panjang walau tidak terlalu besar tetapi karena terbuat dari logam besi, maka bisa berakibat fatal. Balok besi itu tetap menimpa Bastian, bagian kakinya bahkan terjepit timpahan balok.Sementara Pak Nurhadi sendiri tubuhnya bahkan tertimpa sepenuhnya. Kecelakaan itu tepat ketika para pekerja kembali ke lokasi setelah istirahat makan siang, sehingga para pekerja beramai-ramai membantu mereka. Darah segar mengalir dari pelipis Pak Nurhadi, sementara Bastian kakinya cidera berat. Kedua orang tersebut tidak sadarkan diri, hingga sebuah Ambulance membawa mereka ke Rumah Sakit terdekat. Kabar kecelakaan itu menyebar dengan cepat di kantor pusat bahkan