Share

6. Akad

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2025-11-25 22:32:47

Ruang dengan dekorasi warna putih itu menjadi saksi diucapkannya ijab dan kabul oleh Alaric untuk wanita yang bahkan tidak ia cintai sama sekali. Tidak ada yang senang dengan pernikahan itu, termasuk Elena sendiri. Ia setuju untuk menikah dengan tuannya hanya karena ia ingin terus bersama Daryl yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri.

Ruangan itu hanya dihadiri oleh beberapa orang. Dua orang saksi lelaki dewasa, yang mana salah satunya Felix. Pemuda itu sangat terkejut saat tahu jika ia diminta untuk hadir ke ruangan itu sebagai saksi pernikahan bosnya dengan wanita yang jadi cinta pertamanya. Ia tidak tahu harus memasang ekspresi seperti apa. Yang pasti, Felix merasakan patah hati yang paling dalam saat akad nikah dilaksanakan.

Tidak ada resepsi sama sekali. Bagi Alaric naik pelaminan hanya satu kali seumur hidup. Pernikahan dirinya dengan Elena hanyalah sebuah pengesahan atas janji yang ia ucapkan pada mendiang istrinya menjelang ajal menjemputnya.

Mahar yang diberikan oleh Alaric memang tergolong sangat besar, tapi apalah gunanya mahar sebesar itu jika pernikahan mereka hanya untuk sebuah status saja?

Elena mengulurkan tangan hendak mencium punggung tangan Alaric sesaat setelah mereka sah menjadi suami istri. Namun, ulurannya tidak direspons sama sekali oleh Alaric. Lelaki itu lebih memilih mengabaikan, seakan merasa jijik jika bersentuhan.

Elena hanya bisa menghela napas dengan dalam, ia sadar dengan posisinya sekarang. Tidak bisa menuntut untuk diperlakukan seperti istri yang seharusnya.

Setelah doa pasca akad selesai, Alaric lekas berdiri dan beranjak meninggalkan lokasi berlangsungnya acara sakral itu. Ia bahkan tidak menunggu penghulu pamit undur diri terlebih dahulu. Seolah acara itu tidak penting sama sekali untuknya.

Elena hanya bisa mendongak, menatap dengan heran pada lelaki yang baru menjadi suaminya itu. Ia tatap punggung kekar Alaric hingga ia menghilang di balik pintu.

Hening, suasana mendadak sunyi. Semuanya bingung dengan sikap lelaki matang itu. Bagaimana mungkin ia meninggalkan istrinya begitu saja sesaat setelah mereka resmi menjadi pasangan suami istri?

“Maaf Pak Penghulu, mungkin Tuan Alaric ada urusan yang sangat mendesak.” Felix berusaha membersihkan nama tuannya. Tidak ingin orang lain memandang buruk pada Alaric, meskipun sikapnya memang seburuk itu.

Lelaki berpeci hitam itu tersenyum lebar menanggapi ucapan Felix. “Tidak apa-apa, saya bisa mengerti.” Ia menjawab dengan sangat lembut, penuh pengertian.

Felix mengantarkan penghulu itu untuk keluar dari ruangan. Memberikan ucapan terima kasih karena sudah ingin direpotkan datang jauh-jauh hanya untuk menikahkan Elena dan Alaric.

Elena menatap sekitar dengan penuh kebingungan, ia datang ke tempat ini bersama Alaric, jika lelaki itu telah pergi, maka dengan siapa ia akan pulang nanti?

“Kau mencari sesuatu?” Felix langsung bertanya sekembalinya ia dari mengantar bapak penghulu keluar dari ruangan. Ia menatap heran pada Elena yang tampak menatap sekitar.

“Tuan Alaric benar-benar sudah pergi?” Elena bertanya memastikan.

“Kau mencemaskannya?” Felix merasa ada api yang membakar dada. Baru saja ia merasakan jatuh cinta, wanita pujaan hatinya malah menikah dengan lelaki yang begitu ia hormati dan segani, yaitu bosnya.

Elena langsung menggeleng dengan cepat. “Aku lebih mencemaskan diriku. Aku tidak bawa uang sama sekali, bagaimana aku akan pulang?” Wanita itu menatap dengan sorot penuh kebingungan.

Felix tersenyum tanpa sadar, ia senang karena mengetahui bahwa Elena tidak peduli dengan Alaric sama sekali. Meskipun ia tidak akan pernah memiliki kesempatan menjadi pasangan Elena, setidaknya wanita itu tidak jatuh cinta pada lelaki yang menjadi pasangannya.

“Kau mencintai Tuan Alaric?” Felix merendahkan harga diri untuk memuaskan rasa penasarannya pada wanita itu.

Elena terdiam mendengar pertanyaan itu. Ia tatap Felix untuk waktu yang lama hingga ia kembali membuang muka setelah beberapa menit kemudian.

“Aku menikah dengannya karena aku tidak punya pilihan.” Elena menjawab dengan lemah. Ia telah menolak berulang kali, tapi Alaric tetap memaksa agar mereka terikat dalam tali pernikahan. Meskipun sikapnya jauh dari kata baik, tapi Elena tidak bisa mengelak akan takdirnya.

Senyum Felix semakin lebar mendengar jawaban Elena. Sebab ia telah tahu seperti apa perasaan wanita itu kepada tuannya.

“Pulanglah bersamaku.” Felix menawarkan.

Mereka berjalan berdampingan menuju mobil yang terparkir di halaman rumah mewah itu. Rumah mewah milik Alaric yang dihuni hanya sesekali bersama sang istri ketika ingin tenang tanpa ada orang selain mereka berdua. Biasanya mereka menyebut itu sebagai bulan madu mereka. Menghabiskan waktu berdua tanpa ada para pekerja.

Felix membukakan pintu depan untuk Elena, agar ia bisa duduk di samping wanita itu. Namun, Elena menolak dan lebih memilih untuk duduk di kursi penumpang. Ia tidak nyaman jika duduk berduaan dengan lelaki yang belum ia kenali dengan baik. Apalagi ia baru beberapa kali bertemu dan berinteraksi dengan Felix.

Felix tidak bisa protes, ia cukup paham mengapa Elena menolak untuk duduk di sampingnya. Ia sadar jika wanita itu tidak mudah untuk ditaklukkan hatinya.

Mobil mulai melesat dengan kecepatan tinggi menuju istana mewah kediaman Alaric. Mobil milik Alaric tidak ada terparkir di sana setelah mereka tiba di rumah itu. Elena menatap sekitar, mencari sosok suaminya. Ia penasaran dengan sikap Alaric yang tiba-tiba pergi meninggalkannya tanpa berucap sepatah kata pun.

“Kau mencari Tuan Alaric?” Felix menatap dengan penuh kagum pada wanita cantik yang berdiri di hadapannya.

“Ke mana dia pergi? Apa ada hal yang lebih penting dari pernikahan kami?” Elena langsung berucap tanpa jeda. Ia merasa dirinya tidak ada harganya sama sekali. Ditinggal sesaat setelah mereka melakukan akad.

“Aku tidak tahu. Jangan terlalu diambil hati, dia memang seperti itu. Melakukan apa pun seenak hati.” Felix menanggapi dengan antusias. Ia menemani Elena memasuki rumah mewah itu, juga mengekor saat Elena beranjak menuju kamar di mana Daryl ia tinggal.

Elena terkejut saat mendapati tidak ada putranya di sana. Hanya ada botol susu yang isinya bahkan tidak berkurang sama sekali. Ia sudah dengan susah payah menyedot ASI secara manual agar Daryl bisa ia tinggal. Namun, saat kembali ia tidak mendapati hal itu terjadi sesuai dengan yang ia harapkan.

“Ada apa?” Felix bertanya dengan penuh perhatian saat mendapati Elena keluar kamar dengan wajah yang begitu panik.

“Tuan Muda tidak ada di kamarnya.” Elena berucap dengan suara bergetar. Ia berlari mengitari seluruh sudut ruangan seraya memanggil nama putranya. Ia benar-benar panik sekarang. Ia tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan pada bayi mungil itu.

“Tuan Muda dibawa Nyonya Shesyl.” Seorang pekerja menjawab kepanikan Elena.

“Ke mana ia membawanya?” Elena hampir menangis karena merasa begitu panik.

“Ada apa? Kenapa kau panik aku membawa keponakanku? Apa kau lupa jika posisiku lebih tinggi dibanding dirimu? Aku bibinya, harusnya aku lebih berhak menyentuh dia dibanding kau!” Shesyl muncul dari arah belakang.

Elena menghela napas lega saat mendapati jika Daryl baik-baik saja. Segera ia ambil alih bayi itu dari dalam gendongan Shesyl.

“Kau jangan kurang ajar padaku! Perlakukan aku sebagai majikanmu! Posisiku sama dengan mendiang Kak Vanessa.” Shesyl tidak terima dengan perlakuan Elena terhadapnya.

Namun, Elena hanya diam. Ia tidak ingin berdebat dengan siapa pun sekarang. Ia bergegas pergi setelah ia mendapatkan putranya.

“Hei kau benar-benar babu yang lancang! Dari semua babu yang ada di sini, aku paling tidak suka denganmu! Bersiap saja aku akan segera meminta Mas Alaric untuk memecatmu!” Shesyl berucap dengan penuh emosi.

“Sebaiknya kau coba lebih akrab dengan dia.” Felix menatap tidak suka pada Shesyl.

“Aku tidak punya waktu untuk mengakrabkan diri dengan babu seperti dia.” Shesyl langsung membantah dengan angkuh. Sedikit pun tidak ada rasa persahabatan di dalam hatinya untuk wanita itu.

“Kau akan bermasalah jika membuatnya kesal.” Felix memberi peringatan.

“Siapa dia sehingga aku harus takut dengannya?” Wanita muda itu menantang.

“Dia sudah jadi istri Tuan Alaric sekarang.” Felix berucap seraya beranjak pergi dari sana.

Shesyl tersentak mendengar penuturan Felix. Ia yang sudah menunggu Alaric menjadi duda selama ini, tapi malah Elena yang memetik hasil dengan menjadi pengganti kakaknya. Bagaimana mungkin?Ia bahkan tidak tahu kabar pernikahan iparnya itu sama sekali. Tanah kuburan kakaknya masih basah, tapi secepat itu sang ipar membuat keputusan untuk menikah lagi.

“Kau jangan menipuku!” Shesyl tidak percaya dengan kabar itu.

“Tanya saja pada Tuan Alaric jika kau tidak percaya!” Felix menjawab dari kejauhan sana. Membuat Shesyl semakin syok karena tidak percaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   92. Ending

    Menjelang siang Felix datang dengan menenteng ransel hitam. Ada dua koper dan beberapa dus berisi barang yang tergeletak di ruang depan. Elena dan Alaric telah siap untuk berangkat. Resni akan ikut bersama mereka. Sementara Dion akan tinggal untuk mengurus bisnis yang ada di Jakarta.Semuanya tengah makan siang saat Felix masuk begitu saja, ia ikut bergabung di meja makan. Melahap hidangan yang sudah tersedia. Pesawat akan berangkat sore nanti, jadi mereka masih ada waktu untuk berleha-leha meski hanya sebentar saja.“Kita akan ke mana?” Elena bertanya di sela ia melahap makanan. Ia menatap sang suami dengan sorot tanya. Mereka akan berangkat, dan ia belum tahu ke mana mereka akan pergi.Alaric terdiam sejenak, menghabiskan makanan yang ada di mulutnya.“Ke tempat di mana orang tidak akan ada yang mengenal kita.” Lelaki itu menjawab beberapa saat kemudian.“Luar kota?” Elena menebak, alis kanannya terangkat saat menyorot Alaric.“Luar negeri.” Alaric langsung menjawab rasa penasaran E

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   91. Pulang

    Elena tengah bermain bersama Daryl di halaman. Kaki Daryl terlihat semakin kuat dalam berjalan. Anak kecil itu sudah mulai bisa berlari meski sesekali ia terjatuh dan bangkit lagi tanpa ada tangis. Elena merasa sangat senang, sebab ia bisa membesarkan anak dengan sangat baik.Seorang lelaki berjalan memasuki area rumah. Ia mengenakan jaket hitam dengan topi yang melekat di kepala, juga masker yang menutupi sebagian area wajah.Elena berhenti bermain, ia membawa Daryl ke dalam gendongan, lalu menatap sosok lelaki itu dengan sangat dalam.“Ada yang bisa saya bantu?” Elena bertanya dengan bingung saat lelaki itu berhenti tepat di hadapannya.Sejenak tidak ada percakapan. Elena menatap dengan sangat serius, sementara lelaki itu hanya diam. Mereka saling tatap dalam sejenak.Lelaki itu membuka topi beberapa saat kemudian, juga membuka masker yang menutupi wajahnya. Sejenak Elena terdiam menatap wajah yang bisa ia lihat dengan sangat jelas. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Dadanya b

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   90. Penyesalan

    Elena terdiam saat di hadapannya berdiri sosok sang mantan adik ipar. Gadis itu menatap dengan sorot penuh rasa bersalah. Ia datang bersama Felix.Elena hanya diam menatap. Tidak bertanya apa pun. Ia biarkan gadis itu dengan sendirinya mengutarakan maksud dan tujuannya datang ke sana. Di manik mata gadis itu tersorot rasa penyesalan yang teramat besar. Rasa penyesalan yang membuatnya kehilangan sosok kakak yang begitu ia sayang. Terlebih ia tahu hari ini Alaric telah dieksekusi mati setelah dikurung dua bulan lebih.Tergolong cepat mendapatkan keadilan dibanding tahanan yang lain. Biasanya para pidana hukuman mati akan dikurung selama tahunan, berdebar ketakutan menunggu hari kematian. Namun, berbeda dengan Alaric yang hanya hitungan bulan.“Maaf.” Viona berucap dengan lemah. Ia menyesal telah melaporkan Alaric ke kantor polisi setelah ia mendengar penjelasan dari Felix.Elena menghela napas dengan berat.“Maaf untuk apa?” Elena bertanya dengan sorot penuh tanya.“Karena aku telah sal

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   89. Bertemu dengan Alaric

    Elena tengah bermain bersama Daryl dengan televisi menyala. Ia tidak fokus pada layar kaca, televisi dinyalakan hanya untuk membuat keramaian agar tidak terlalu sunyi saja. Sebab, Dion tengah pergi ke kantor polisi. Sementara Resni tengah berbelanja ke pasar.Elena tersenyum pada putranya yang sudah mulai banyak kebisaan. Namun, dalam hati tetap saja ia merasa ada yang kurang, sebab suaminya hingga kini belum ada kabar. Ia sangat rindu, juga khawatir yang bercampur menjadi satu.Fokus Elena teralihkan saat televisi menayangkan suaminya secara langsung dalam konferensi pers. Sidang untuk Alaric dilakukan secara tertutup, jadi tidak ada wartawan yang bisa meliput. Namun, hari ini hasil sidang dipublikasi.Jantung Elena seolah berhenti berdetak saat ia mendengar keputusan hakim yang mengatakan bahwa Alaric akan dihukum mati dengan cara ditembak. Hukumannya akan dilakukan di depan umum, jadi terbuka untuk siapa saja yang ingin melihat eksekusi Alaric.Wajah Elena memucat, dadanya terasa b

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   88. Lebih Dari Aman

    Felix menancap gas dengan kecepatan tinggi menuju kantor polisi setelah ia mendengar penjelasan dari Elena. Jantungnya tengah berdebar dengan sangat cepat. Keringat dingin mulai membasahi punggung dan jidat. Tangannya gemetar dalam mengendalikan setir.Pikiran Felix kini dikuasai oleh hal-hal negatif. Ia takut jika ia benar-benar kehilangan Alaric. Mereka sudah selayaknya saudara. Ia tidak ingin pertemuan terakhir mereka adalah sebuah konflik. Ia tidak pernah mengatakan bahwa ia menyayangi Alaric. Ia ingin agar lelaki itu tahu apa isi hatinya terhadap lelaki itu.Sebagai seorang lelaki, mereka sama-sama gengsi mengungkapkan isi hati. Kasih sayang mereka terhadap sesama sesungguhnya sama besar adanya. Ia belum siap menerima kemungkinan buruk yang akan menimpa Alaric. Meskipun di satu sisi ia bisa kembali mendekati Elena karena wanita itu kembali menjanda. Ia lebih memilih menjauh dari kehidupan mereka daripada ia harus kehilangan Alaric karena kematian yang akan ia dapat sebagai hukuma

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   87. Mengapa Aku Tidak Diberitahu?

    Setelah keluar dari rumah sakit, Elena menjalani hidup seperti biasanya. Melakukan banyak hal layaknya ibu rumah tangga. Ia benar-benar telah pulih total. Bisa melakukan apa pun yang orang lakukan.Hingga kini belum ada kabar sama sekali mengenai Alaric. Dion sudah berulangkali ke kantor polisi untuk membesuk. Namun, Alaric ditempatkan di ruang isolasi. Ia dikurung di ruangan tersendiri. Tidak ada yang boleh menemuinya hingga konferensi pers yang akan dilakukan lusa.Sebagai seorang istri, tentu saja Elena khawatir luar biasa. Ia takut kehilangan suaminya untuk yang kedua kali. Takut ia kembali menjadi janda yang ditinggal mati. Apalagi kini ia telah putus hubungan dengan Viona dan keluarganya. Benar-benar definisi putus hubungan yang sebenarnya. Kontak Elena diblokir oleh mantan mertuanya. Pesan yang ia kirim pada Viona hanya dibaca, tidak pernah mendapat balasan darinya.Elena menghela napas dengan berat. Daryl sudah mulai bisa berdiri sendiri. Perkembangan anak itu mulai terlihat p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status