Share

Bab 5. Mendadak Bulan Madu

Author: Heavenly Key
last update Last Updated: 2023-09-15 18:41:13

"Mas Rian!" teriak Yuan ketika melihat layar ponsel yang menyala.

Riana yang terkejut pun bergegas menghampiri Yuan. Dia meneliti sang kakak ipar untuk mengetahui apakah ada hal yang salah. Namun, tawa Riana pecah ketika Yuan memperlihatkan layar ponsel kepadanya.

Di sana terlihat sebuah nama dengan foto wajah Rian. Deretan huruf itu membentuk kata 'My Hubby'. Ya, Rian sedang melakukan panggilan suara.

Akan tetapi, Yuan yang masih kesal hanya membiarkan  panggilan tersebut. Dia meletakkan ponsel ke atas meja begitu saja. Perempuan tersebut mendaratkan bokong ke atas sofa, begitu juga dengan Riana.

"Kamu kayaknya udah move on dari Mas Andri, ya? Baru semalam malam pertama sama Mas Rian, nama kontaknya udah berubah aja!" seru Riana seraya mencubit pelan lengan atas Yuan.

"Dih, mana ada? Aku aja nggak pernah simpan nomor Mas Rian! Ini pasti ulah masmu itu!" tebak Yuan seraya mendengkus kesal.

"Apa? Jadi kamu nggak nyimpan nomor Mas Rian dalam ponselmu? Keterlaluan banget!" Riana melipat lengan sambil menyipitkan mata.

"A-aku simpan, kok! Tapi, di ponsel Sinta." Yuan tersenyum konyol seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Dasar istri durhakim!"

Perdebatan antara Yuan dan Riana berhenti ketika pintu kantor terbuka lebar. Rian berdiri di ambang pintu sambil menyandarkan lengan atasnya pada kusen. Dia tersenyum lebar seraya melambaikan tangan ke arah Riana.

"Halo, Sayang! Baru beberapa jam, tapi rasanya aku sangat rindu!" Rian membentuk hati kecil menggunakan jempol dan telunjuk, lalu ditunjukkan kepada Yuan.

"Saranghaeyo!" seru Rian menirukan adegan ala drama Korea.

Yuan dan Riana melongo detik itu juga. Tak lama berselang lelaki tersebut menyugar rambut, kemudian berjalan ke arah Yuan. Dia mengulurkan tangan, tetapi Yuan tidak menyambutnya.

"Kamu itu suka drakor, tapi kenapa terlihat kesal ketika mendapat perlakuan manis dariku yang mirip oppa Korea ini?" Rian berdecap kesal kemudian meraih tangan Yuan dan mengecupnya secara paksa.

"Ih, kamu ngapain sih, Mas? Malah bikin aku zizik!" seru Yuan seraya menghapus bekas ciuman Rian di telapak tangan menggunakan tisu.

"Ayo, kita berangkat sekarang! Pihak sekolah sudah memberitahu kalau Sinta pulang sebentar lagi!" Rian melirik arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya.

Mau tak mau Yuan pun berkemas. Dia berpamitan kepada Riana kemudian berjalan berdampingan bersama Rian. Rian membukakan pintu mobil untuk Yuan dan perempuan tersebut langsung masuk tanpa protes.

Perempuan tersebut sudah malas menghabiskan energi untuk kesal kepada sang suami. Dia lebih memilih diam dan tidak menanggapi ucapan Rian dengan serius. Sepanjang perjalanan Yuan hanya diam karena merasa kesal terhadap sang suami.

Yuan kesal karena Rian sudah mengganti gambar layar ponsel miliknya dengan foto lelaki itu tanpa izin. Belum lagi Rian yang menyimpan nomornya dengan nama yang menurut Yuan berlebihan. Ketika mengingat itu semua membuat Yuan semakin sebal.

"Kenapa cemberut?" tanya Rian ringan seraya tersenyum lebar.

"Nggak apa-apa!" seru Yuan ketus.

"Kamu masih kesal karena aku mengganti gambar layar dan menyimpan nomor ponselku dengan nama manis itu?" Rian terkekeh seraya melirik Yuan melalui ekor mata.

"Menurutmu? Sudahlah, Mas! Jangan bahas ini lagi! Bikin aku semakin kesal saja!" bentak Yuan sambil mengerucutkan bibir.

Rian tersenyum kecut. Kali ini dia ingin membuka mata Yuan. Dia ingin mengingatkan sang istri bahwa dia adalah suami sahnya sekarang.

"Begini, Yuan. Aku memang tidak bisa mengontrol hatimu. Aku tahu betul kamu masih mencintai adikku. Tapi, bukankah kita sekarang suami istri?" Rian kembali melirik Yuan yang masih diam tak menanggapi.

"Aku tidak menuntut lebih untuk saat ini. Aku melakukannya agar kamu mau memberikanku kesempatan. Aku tidak menuntutmu untuk melupakan Andri. Aku melakukan semua itu agar kamu sadar bahwa suamimu yang sekarang adalah aku, bukan Andri."

Jantung Yuan seakan berhenti berdetak. Entah mengapa mendengar semua perkataan Rian membuat hatinya begitu nyeri. Dia seperti mengalami dejavu.

Ya, Yuan pernah merasakan apa yang kini dialami oleh Rian. Menjadi pengantin yang tidak dianggap. Namun, Yuan memilih untuk menutup mata untuk saat ini.

Melihat Yuan hanya diam dan malah membuang muka membuat Andri mengembuskan napas kasar. Lelaki itu memilih untuk diam untuk sementara waktu. Sesampainya di sekolah Sinta, Yuan langsung keluar dan menunggu sang putri sambil bersandar pada badan mobil.

"Bunda!" seru Sinta dan Arjuna bersamaan.

Yuan berjongkok sambil merentangkan kedua tangannya. Dua bocah TK tersebut berlari dan masuk ke dalam pelukan Yuan. Setelah itu, Yuan membuka pintu penumpang dan keduanya masuk ke dalam.

Perjalanan pulang kali ini terlihat begitu meriah. Sinta dan Arjuna saling sahut dan melemparkan lelucon. Mereka secara bergantian menceritakan apa yang terjadi di kelas.

Yuan dan Rian menikmati semuanya sampai tidak terasa tiba di rumah. Ketika Yuan membantu Sinta dan Arjuna berganti pakaian, Rian dipanggil oleh Anton. Lelaki itu masuk ke dalam ruang kerja sang ayah dan memilih untuk duduk di sofa.

"Kenapa nggak ambil cuti saja." Anton beranjak dari meja kerja kemudian duduk di samping Rian.

"Nggak, Pak. Rian mau fokus belajar dulu di rumah sakit. Ada beberapa hal yang bisa aku tangani untuk sarana belajar. Sayang kalau dilewatkan."

"Aku rasa liburan lima hari tidak akan membuat urusan rumah sakit kacau, Ian." Anton menyodorkan sebuah amplop kepada Rian.

Rian mengerutkan dahi ketika menerima amplop tersebut. Lelaki itu perlahan membuka benda tersebut. Di dalamnya terdapat dua buah tiket pesawat, serta struk pemesanan kamar hotel bintang lima yang ada di Bali.

"Apa ini, Pak?" tanya Rian berusaha mencerna apa maksud dari sang ayah.

"Hadiah dari bapak. Besok berangkatlah ke Bali bersama Yuan."

"Apa? Kenapa mendadak sekali, Pak?" tanya Rian.

"Sudah, sama berangkat dan takhlukkan Yuan dalam lima hari! Perempuan hanya butuh perhatian lebih. Terus curahkan perhatian dan tunjukkan kasih sayangmu kepadanya. Lambat laun, hatinya yang membeku akan mencair." Anton memberi nasehat kepada sang putra, lalu menepuk bahunya.

Semangat Rian mendadak bangkit. Dia mengantongi dukungan dari orang-orang sekitar. Sekarang tugasnya tinggal satu, yaitu meluluhkan hati Yuan.

"Baiklah, terima kasih, Pak. Doakan saja Rian segera bisa meluluhkan hati Yuan dan memberikan Bapak cucu lagi." Senyum Rian mengembang dan mendapatkan angguk kepala dari dang ayah.

Rian pun berpamitan dan kembali ke kamarnya. Malam itu, Rian memutuskan untuk tidur di kamarnya sendiri. Dia tidak mau punggungnya patah karena kembali didorong oleh sang istri dari atas ranjang.

Semalaman Rian tidak bisa tidur, dia memikirkan cara untuk membawa Yuan ke bandara tanpa perlawanan. Ayam jantan mulai berkokok bersahutan. Rasa kantuk kini menyerang Rian.

Di antara rasa kantuk itu, sebuah ide cemerlang muncul. Rian menjentikkan jari dan matanya kembali segar. Lelaki tampan tersebut langsung menyiapkan koper dan memasukkan beberapa pakaian ke dalamnya.

"Maaf, Yuan! Semoga kali ini kamu bisa mengerti dan mau membuka hati untukku." Rian tersenyum tipis sambil menutup rapat koper yang sudah terisi penuh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 35. Lelaki Berengsek

    Yuan menoleh ke arah jendela mobil. Seorang lelaki bertubuh tegap kini berdiri di samping mobilnya. Tak lama berselang lelaki itu membungkuk.Yuan dapat mengenali siapa orang yang ada di luar sana walau terlihat samar. Dia adalah Burhan, mantan kekasihnya. Bagaimana bisa Burhan mengetahui keberadaannya saat ini?Akhirnya Yuan memutuskan untuk keluar dari mobil. Saat dia kembali menutup pintu mobil, Burhan melepas kacamata hitam yang sejak tadi menyembunyikan sepasang mata lelaki tersebut."Apa kabar, Sayang?" tanya Burhan dengan senyum menyeringai.Yuan tidak menjawab. Dia terus mengepalkan jemari tangan seraya menatap sepasang mata Burhan penuh kebencian. Burhan memasukkan kacamatanya ke dalam saku kemeja dan mulai mendekati Yuan."Kenapa kamu semakin sombong, Yuan? Nyonya muda Ismoyo kita ternyata semakin menggoda!" seru Burhan sembari memindai tubuh Yuan dengan tatapan mesum."Mundur! Ada Sinta di dalam! Jangan sam

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 35. Sinta yang Mulai Protes

    Yuan menepuk dahinya. Dia tidak yakin sang putri akan sabar menunggu. Namun, Yuan akhirnya memaksakan senyum agar Sinta berhenti bertanya lagi soal adik."Baiklah! Sekarang main sama Juna dulu. Bunda mau kerja sama Bunda Riana." Yuan membelai lembut pipi putrinya.Sinta pun membereskan beberapa perlengkapan yang dia pakai untuk mengerjakan tugas sekolah. Begitu juga dengan Arjuna. Setelah itu, mereka berdua masuk ke kamar masing-masing."Aduh, jangan sampai Juna ikut-ikutan minta adik!" celetuk Riana tanpa mengalihkan tatapannya dari laptop.Yuan langsung menoleh ke arah Riana yang masih duduk rapi di sofa depan televisi. Dia berdiri dari atas karpet, lalu berjalan mendekati Riana. Yuan berkacak pinggang seraya menatap tajam adik iparnya itu.Merasa dirinya terus diperhatikan oleh Yuan, Riana pun mendongak. Dia menyengir kuda kemudian mengangkat lengan dengan jemari membentuk huruf 'v'. Tanpa basa-basi Yuan langsung mengimpit ke

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 34. Mulai Sibuk Masing-masing

    Rian melongo mendengar pertanyaan Yuan yang menurutnya tidak masuk akal. Di sisi lain, Yuan terlihat kesal karena pertanyaannya tidak kunjung dijawab oleh Rian. Perempuan tersebut langsung melipat lengan seraya mengerucutkan bibir.Sedetik kemudian, Rian tertawa terbahak-bahak. Dia memegangi perutnya yang terguncang akibat ledakan tawa. Kini Yuan mulai mendaratkan cubitan pada lengan sang suami karena merasa kesal."Aduh, ampun!" teriak Rian tanpa menghentikan tawanya.Yuan tidak segera melepaskan cubitan dari lengan Rian, sampai akhirnya sang suami menarik lengannya paksa, lalu membanting pelan tubuh Yuan hingga istrinya itu terlentang di atas ranjang. Tatapan keduanya saling bertemu, tetapi dada Yuan masih kembang kempis karena menahan amarah."Kamu ini lucu, Sayang. Tentu saja aku akan menuruti semua keinginanmu. Bahkan aku bisa membeli pabrik es krim kesukaanmu, kalau kamu menginginkannya!" seru Rian jemawa.Yuan hanya terse

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 33. Andai

    Rian dapat mendengar kalau Yuan menggumamkan sesuatu walau terdengar samar. Dia akhirnya menoleh dan menanyakan apa yang menjadi ganjalan hati sang istri. Namun, Yuan hanya menggeleng.Rian membuang napas kasar. Dia tidak mau memaksa sang istri mengatakan apa yang memang tidak dia ingin katakan. Akhirnya Rian memilih untuk tetap diam dan terus fokus mengendarai mobilnya."Mau makan di mana?" tanya Rian tanpa menoleh ke arah sang istri."Terserah," jawab Yuan singkat.Rian menelan ludah karena mendengar kata mematikan itu keluar dari bibir sang istri. Dia berpikir sejenak, berusaha mengingat beberapa makanan favorit sang istri.Setelah berpikir hampir 15 menit, akhirnya Rian memutuskan untuk berhenti di sebuah warung tegal. Yuan terdiam sesaat. Tak lama berselang, dia menoleh ke arah Rian."Mas Rian kok berhenti di sini?" tanya Yuan seraya memindai warung sederhana dengan etalase di bagian depannya."Kamu ri

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 32. Dia Suamiku!

    Rian dan Siti pun menoleh ke arah Yuan. Wajah perempuan tersebut tampak merah padam dengan jemari mengepal kuat di samping badan."Nggak boleh!" seru Yuan tegas.Rian dan Siti melongo melihat Yuan yang sedang marah. Perempuan itu kini melipat lengan di depan dada sambil menatap tajam Siti. Hilda ikut melongo melihat Yuan yang tampak emosi.Hilda memandang Yuan dengan tatapan polos. Hilda bergerak dan berdiri di atas kursi. Kini semua tatapan tertuju pada bocah mungil berambut ikal itu."No, no, no! Tante nggak boleh mayah-mayah! Nggak baik kata papa!" Hilda menggerakkan jari telunjuk di depan wajahnya.Yuan mengalihkan pandangannya kepada Hilda. Amarah Yuan padam seketika. Dia mulai berpikir kalau dirinya tidak lebih dewasa dari anak berusia tiga tahun.Yuan akhirnya menyandarkan punggung pada bantal sofa di belakangnya. Bahunya merosot dan tatapan Yuan masih tertuju pada Hilda yang kini mulai turun dari kursi.

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 31. Prahara Rumah Tangga

    Rian mengerutkan dahi ketika melihat Yuan kembali bersikap kekanakan. Dia menggendong Hilda, kemudian menyusul Yuan yang sudah ada di dalam mobil. Rian mengetuk kaca mobil karena melihat istrinya itu duduk di belakang roda kemudi.Di dalam mobil, Yuan berusaha menekan tombol starter. Dia berniat pulang dengan mengendarai mobil sang suami sendirian dan meninggalkan Rian bersama janda gatal bernama Siti itu.Perempuan tersebut sangat jengkel ketika melihat bagaimana Siti tersenyum kepada suaminya. Dia merasa hanya Rian yang dinanti dan disambut kedatangannya. Belum lagi ketika Hilda yang langsung naik ke pangkuan Rian seperti sudah kenal sejak lama."Ah, sial!" Yuan memukul roda kemudi ketika menyadari dia tidak membawa kunci mobil."Pantas saja! Mau aku starter sampai jempolku patah mesinnya nggak akan nyala!" gerutu Yuan, lalu menenggelamkan kepala di antara kedua lengan yang memegang roda kemudi.Sedetik kemudian, Yuan menyadari kalau Rian mengetuk kaca mobil. Dia akhirnya menurunkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status