Share

Bab 3. Salah mengartikan

Author: Akina
last update Last Updated: 2023-06-28 02:48:41

 Di bawah pancuran air, Bela kembali menangis. Meratapi nasibnya yang malang. Menjodohkan, dan menikah setelah SMA tidak pernah terpikir olehnya. Pernikahan yang dilangsungkan pagi ini seakan menghancurkan impian dan masa depan Bela.

 "Argh...." rintih Bela sambil menggedor-gedor dinding kamar mandi. Dia belum bisa menerima nasibnya.

 "Ayah jahat! Jahat! Mengapa kamu tidak peduli dengan masa depan Bela! Ayah jahat!" teriak Bela terus menangis.

 Ada ketukan di pintu. Bela hanya menoleh.

 “Bela,” panggil Deva dari luar kamar mandi. Pria itu terus mengetuk pintu. Namun, Bela hanya menangis dalam diam. Air mata itu tersamarkan oleh percikan air pancuran yang membasahi kepalanya ke seluruh bagian tubuhnya.

 "Bela, kamu baik-baik saja? Bela jawab aku?" teriak Deva.

 "Aku hanya ingin mati!" teriak Bela kemudian.

 Dari luar kamar mandi, Deva yang mendengar ucapan Bela melebarkan matanya. Ia khawatir akan terjadi sesuatu pada Bela. Dia takut Bela nekat menyakitinya. Deva terus mengetuk pintu kamar mandi dan memanggil-manggil nama Bela. Namun, Bela tidak menanggapi sama sekali. Deva kesal.

 "Bela, buka pintunya! Jika tidak, aku akan mendorongnya!" ancam Deva sambil berteriak.

 Dengan isak tangis yang keluar, Bela menjawab, "Pergilah! Pergilah! Aku ingin sendiri! Pergilah!" Tubuh Bela merosot ke lantai kamar mandi. Tubuhnya bersandar di dinding kamar mandi. Bela merasa tubuhnya kembali lemas. Matanya sudah terasa perih dan berat karena terlalu lama menangis dan terkena air dari shower.

 Perlahan mata Bela terpejam oleh isak tangis yang sudah lama tidak terdengar. Sedangkan Deva yang berada di luar kamar mandi mondar-mandir gelisah. Hatinya tidak tenang. Deva lalu kembali ke depan pintu kamar mandi. Jari tengahnya berulang kali mengetuk pintu kamar mandi. “Bela, buka pintunya,” pinta Deva dengan suara lembut. Ia tahu gadis seperti Bela harus dibujuk secara halus, bukan dengan membentak apalagi marah.

Deva tidak berhenti berusaha. Ia mengkhawatirkan Bela. Apalagi saat tidak ada lagi balasan atau teriakan dari Bela disana. Deva menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa diam. Dia harus mendongkrak pintu kamar mandi untuk memastikan Bela baik-baik saja.

 Deva sudah tidak sabar menunggu Bela. Dia langsung mendobrak pintu kamar mandi. Pintunya dirobohkan dua kali dan tidak mau terbuka. Deva tidak menyerah. Dia kembali mendobrak pintu kamar mandi. Akhirnya pintu kamar mandi bisa dibuka. Deva langsung masuk dan mencari keberadaan Bela.

 “Bela,” teriak Deva dengan mata terbelalak saat melihat Bela bersandar di tembok tanpa sadar. Deva buru-buru mendekat.

 Shower yang masih mengganggu Deva langsung dimatikan. Setelah itu, Deva berjongkok dan menepuk pipi Bela. "Bela, bangun!" Deva menelepon dan berusaha membangunkan Bela. Namun, tidak ada tanggapan dari istrinya.

 Deva tidak ingin Bela sakit, maka lelaki itu langsung mengangkat tubuh Bela yang basah. Dia membawa Bela keluar dari kamar mandi. Deva tidak langsung membaringkan Bela di ranjang. Pria itu meletakkan tubuh Bela yang basah di atas sofa. Setelah itu Deva lari ke kamar mandi untuk mengambil handuk Bela.

 Seluruh bagian tubuh Bela yang masih basah dikeringkan dengan handuk oleh Deva. Deva bingung bagaimana dia mengganti pakaian istrinya. Dia tidak ingin menjadi suami yang kasar karena dia pertama kali melihat tubuh istrinya tanpa izin dari pemilik tubuh.

 "Bagaimana ya?" tanya Deva sendirian. Deva tidak bisa meminta bantuan asisten rumah tangganya, karena Deva khawatir nantinya akan menimbulkan masalah baru. Tak lama kemudian Deva berjalan menuju lemari Bela. Dia melihat pakaian Bela satu per satu. Deva lalu mengambil home dress berwarna putih bergambar beruang.

 Langkah kaki Deva kembali membawanya dekat dengan Bela. Dia menatap tubuh mungil Bela terlebih dahulu. Mata Deva perlahan dipenuhi kabut nafsu. Deva semakin merasakan keinginannya. Namun, Deva dengan cepat menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa melakukannya tanpa izin dan sepengetahuan Bela.

 Baju rumah yang dibawa Deva diletakkan di belakang sofa. Deva tidak langsung mengganti baju Bela. Pria itu pergi lagi, kali ini menuju tempat tidur. Deva menarik selimut tebal dan besar itu dan membawanya ke tempat Bela berada. Selimut menutupi separuh tubuh Bela.

 Deva menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. "Bela, maafkan aku jika aku tidak sopan padamu. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu dalam kea begib." Deva memegang ujung bawah baju basah yang masih menempel di badan Bela. Kemudian Deva memejamkan matanya rapat-rapat. Barulah Deva melepas baju basah dari tubuh Bela. Memang agak sulit, tapi Deva harus melakukannya.

 Setelah berhasil melepas baju Bela yang basah, Deva menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh Bela. Lukas perlahan membuka matanya. Bibir Deva menghela nafas panjang. Baju yang ditaruh di belakang sofa, Deva mengambilnya kembali. Bahkan gantungan baju yang masih setia bertengger di gaun itu dicopot oleh Deva.

 Deva kembali menatap wajah Bela yang sudah terlihat pucat. Mungkin juga karena gadis itu merasa kedinginan. Deva segera mengenakan gaun itu dengan hati-hati. “Akhirnya selesai juga,” kata Deva menghela napas lega. Baju rumahan itu kini melekat sempurna di tubuh mungil Bela.

 Agar Bela bisa istirahat dengan nyaman, Deva membawa Bela ke tempat tidur. Deva terlihat begitu telaten merawat Bela. Tubuh Bela diposisikan dengan benar agar tidak menimbulkan rasa sakit saat bangun tidur. Selimut yang tadinya digunakan untuk menutupi tubuh Bela di atas sofa, Deva mengambilnya kembali dan menutupkannya pada tubuh Bela.

Deva mengelus kepala Bela dengan lembut. Deva bahkan mencium kening Bela. “Kamu sedang menguji aku,” seru Deva sambil tersenyum. Setelah itu Deva pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

 ***

 Di tengah malam, Bela terbangun. Kepalanya terasa sangat pusing. Bela menghela nafas kesakitan sambil memegangi kepalanya. Dia kemudian berbalik ke samping tempat tidurnya. Mata Bela melebar sempurna. "Aa..." teriak Bela begitu keras.

 Bela kemudian duduk sambil menutupi tubuhnya dengan selimut. Jantungnya berdetak begitu kencang. karena teriakan Bela begitu kencang, seorang pria yang sedang tidur di samping Bela terbangun dan menatap Bela dengan tatapan datar.

 "Mengapa?" tanya Deva sambil bangun dari tidurnya. Pria itu menggosok matanya berulang kali.

 "Apa yang kamu lakukan di sini?"

 Deva mengangkat alis. “Aku suamimu,” jawab Deva santai. Bela terdiam, dia lupa. Bela ingat kejadian tadi pagi, pernikahannya karena perjodohan ayahnya.

 Mata Bela melebar lagi saat mengingat sesuatu. Bela buru-buru melihat pakaiannya. Bela lalu menatap Deva dengan amarah dan rasa tidak percaya. "Kamu? Apa yang telah kamu lakukan padaku?" marah Bela sambil menatap tajam ke arah Deva.

 Deva mengusap wajahnya dan menghela napas panjang. "Sudah malam, tidurlah!" teriak Deva mengabaikan pertanyaan Bela.

 Bela mengambil guling di sebelahnya. Lalu Bela menggunakan benda itu untuk memukul Deva, air mata Bela jatuh lagi. "Kamu sangat jahat! Kamu pria yang tidak sopan, kamu tahu itu! Apa yang telah kamu lakukan padaku?" kata Bela dengan air mata.

 Deva melindungi dirinya dari pukulan Bela. "Bela, hentikan! Akan kujelaskan," pinta Deva. Namun, Bela tak menghiraukan perkataan Deva. Dia terus memukuli suaminya dengan guling. Akhirnya Bela menjadi lelah dan menghentikan pukulan itu. Bela masih menangis.

 "Kamu telah menghancurkan masa depanku. Aku benci pria sepertimu. Pergi kamu!" Pusing di kepala Bela semakin menjadi. Namun, Bela tidak peduli. Saat ini hati Bela lebih sakit dari rasa sakit di kepalanya.

 Deva menarik napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa Bela saat ini salah paham dengannya. Mengira Deva telah merenggut kehormatannya secara diam-diam dan tanpa izin. Namun, apa yang dipikirkan Bela salah. “Bela…” panggil Deva, namun tidak dijawab oleh Bela. Gadis itu masih menangis.

 Deva harus bersabar menghadapi istri yang kekanak-kanakan itu. "Aku tidak melakukannya," kata Deva pelan.

 "Bohong!" bentak Bela tak percaya.

 Deva mengacak-acak rambutnya sembarangan. "Kamu dengarkan aku, jadi kamu tidak salah paham!" Pidato Deva terhenti sejenak. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. "Ketika aku memanggilmu, kamu tidak menjawab. Aku sangat mengkhawatirkanmu. Aku mendobrak pintu kamar mandi, jadi aku bisa memeriksa kondisimu. Aku melihat kamu masih mandi dalam keadaan tidak sadar. Aku akan menjemputmu dan membawamu ke sofa." Deva menunjuk sofa yang tadinya dipakai untuk mengganti baju Bela.

 Mata Bela mengikuti arah yang ditunjuk Deva. Lagi-lagi mata Bela terbelalak, saat masih melihat bajunya yang basah di atas sofa. Teriaknya, Bela malu dan kesal dengan Deva.

 "Kamu kedinginan, aku tidak ingin kamu sakit. Dan aku tidak bisa membiarkanmu tidur dengan pakaian basah. Ya… aku harus menggantinya." Mendengar kata-kata terakhir Deva, Bela kembali berteriak dan tangisnya semakin keras.

 "Eh.. eh, tenang. aku nggak lihat, tadi aku pejamkan mata, aku juga menutupi kamu dengan selimut," tambah Deva menjelaskan apa yang dilakukannya.

Bela menatap Deva dengan tatapan penuh tanya. "Aku tidak percaya apa yang dikatakan pria." Bela mulai menangis lagi. Dia tidak percaya Deva. Pria tidak bisa saja tertarik dan tidak melakukan apa pun pada wanita yang tidak sadar. Bagaimanapun, itu adalah malam pernikahan pertama mereka. Bela benar-benar tidak percaya dengan perkataan Deva. Bisa jadi Deva hanya berbohong dan kata-kata itu hanya untuk menenangkan Bela.

 “Bela…” Panggil Deva pelan. Bela terus menangis. Bela mengabaikan Deva, dia memilih kembali tidur membelakangi pria yang kini menjadi suaminya.

 "Bela, maaf…."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah dengan Teman Kerja Ayah    Kebahagiaan

    Long weekend membuat Deva banyak waktu bersama keluarga nya. Setelah kemarin ikut mengantarkan sang buah hati ke mall untuk ikut lomba menggambar hari ini Deva memiliki rencana untuk ke panti asuhan dimana dulu ia dibesarkan. Deva ingin menanamkan rasa syukur dan berbagi pada kedua buah hatinya. Kalau Indra mungkin belum mengerti tapi saat ini ia ingin mengajak mereka semua untuk ke panti asuhan."Bu, kapan kita berangkat?" tanya Luna yang sedang antusias untuk berangkat ke panti asuhan. Deva memang sudah menyiapkan beberapa hal yang perlu dibawa ke sana seperti paket alat tulis, uang dan juga paket makanan yang akan diberikan pada penghuni panti asuhan dan ia juga sedang bersiap."Iya, tunggu kakek dan nenek. Kalau mereka sudah datang kita berangkat bersama," jawab Bela. Ia sedang bersiap dengan Indra juga. Tak berselang lama ternyata kakek dan neneknya Luna datang."Yey, kakek dan nenek sudah datang," ucap Luna begitu gembira menyambut kedatangan kakek dan nenek nya. "Apakah semu

  • Terpaksa Menikah dengan Teman Kerja Ayah    Ulang Tahun Pernikahan

    Saat ini Bela sedang menemani Luna belajar. Luna adalah anak yang suka belajar tanpa disuruh. Bela senang melihat anaknya begitu. Meskipun masih duduk di bangku taman kanak-kanak tapi bakat Luna terlihat yaitu senang menggambar. Bela bangga padanya karena ia juga gigih dan sabar. Bela berencana ingin mencoba mengikuti sebuah perlombaan menggambar yang akan digelar di sebuah mall besar."Luna, besok ada lomba menggambar apa kamu mau ikut?" tanya Bela."Dimana, Bu?" balas Luna."Di mall. Ibu nggak minta kamu untuk bisa menang kok yang penting kamu berani saja itu sudah membuat ibu bangga," jawab Bela mencoba memberikan semangat untuk Luna."Iya, Bu, Luna mau ya? Tapi diantar Ibu ya?" pinta Luna."Ya, tentu saja. Besok kita berangkat sama-sama." Bela pun membiarkan Luna melanjutkan menggambar bunga.Keesokan harinya sesuai janji Bela akan mengantarkan Luna ke mall untuk mengikuti lomba. Perlengkapan seperti pensil warna dan alat lain juga sudah disiapkan. Karena hanya tempat menggambar

  • Terpaksa Menikah dengan Teman Kerja Ayah    Lengkap

    Bela sekarang disibukkan dengan mengurus dua anaknya. untung saja Deva selalu menorehkan perhatian lebih kepada Bela. Deva juga selalu membawa pekerjaannya ke rumah untuk menjaga Bela. Deva juga sering mengantar jemput anaknya di sekolah.Seperti saat ini, Deva baru saja pulang dari kantor dengan membawa setumpuk berkas di tangannya. Bela yang berada di teras rumah menatap suaminya dengan tatapan bingung. Setidaknya, Deva bisa mengerjakan berkas itu di kantor. Lagi pula, ini bukan pertama bagi Bela. Deva berjalan mendekat ke arah Bela lalu menaruh beberapa tumpukan berkas itu di meja samping Bela. Deva langsung mengecup kening Bela dengan penuh kasih sayang lalu beralih mengecu kening Indra yang berada di gendongan Bela. “Kenapa kamu membawa banyak tumpukan berkas itu ke rumah? Kamu bisa mengerjakannya di kantor, Dev. Jika seperti ini kamu akan kesusahan nantinya,” ujar Bela. “Tidak. aku tidak akan meninggalkan kamu dengan mengurus dua orang anak sendirian. Aku akan membantu kamu m

  • Terpaksa Menikah dengan Teman Kerja Ayah    Perasaan sedih

    “Maaf, Bel. Aku belum bisa ke sana saat ini. Tetapi aku akan segera ke sana. aku menunggu Alvin pulang,” kata May di telepon. Wanita itu memang tengah bertelepon dengan Bela. Tentu saja untuk mengucapkan selamat karena kelahiran anak keduanya. May ikut senang akan hal itu. Tetapi bila bisa jujur, ia juga merasa sedih. Bagaimana tidak? Di saat dia mengharapkan anak kedua, justru takdir berkata lain kepadanya. Siapa pun wanita seperti May tentu saja akan merasa sangat sedih. Bagi May, ini bukan perkara yang mudah. Bohong bila ia berkata, bahwa ia bisa menerima keadaannya saat ini. Dari hari terdalam, May sangat iri dengan sahabatnya itu.“Tidak apa, aku tahu,” jawab Bela. “Hari ini aku juga sudah bisa pulang,” sambung Bela. “Aku ikut senang, Bel. Jika bisa, aku akan mendatangi kamu sendiri ke sana. Tetapi Alvin mau bersama menengok kamu,” kata May. Alvin juga tadi sempat memberi tahu May bahwa Bela hari ini melahirkan. Alvin juga mengajak May untuk menengok keponakannya itu setelah

  • Terpaksa Menikah dengan Teman Kerja Ayah    Anggota keluarga baru

    Dua bulan sudah berlalu, kini May sudah bisa menerima keadaannya. Walau sempat kondisinya turun.Bela selama kandungannya tua juga sering berada di rumah Alvin saat suaminya tidak ada. Seperti saat ini, Bela sudah berada di rumah May. Mereka baru saja pulang mengantarkan anaknya pulang dari sekolahnya. Dan ini saatnya, mereka bersantai sambil membaca beberapa buku di ruang tamu. “Bel, lihatlah! Ada yang jual pakaian lucu untuk bayi perempuan,” kata May sambil menunjukkan ponselnya kepada Bela. Bela juga terkesima dengan satu set pakaian lucu yang ditinjukan May. “Sangat lucu!” pekik Bela. “Apakah kamu harus membelinya? Sepertinya, iya! Ini edisi terbatas, Bel. Cepat miliki,” kata May lagi. Bela terdiam. Apakah ia harus membelinya? Tetapi untuk apa? jika anaknya perempuan nanti, masih ada pakaian milik Luna. Bukannya berniat memberikan anak yang keduanya berang bekas, tetapi memang pakaian Luna yang dulu masih bagus dan ada beberapa yang baru. Jika membeli lagi bukankah sangat di

  • Terpaksa Menikah dengan Teman Kerja Ayah    Apakah sakit?

    Makan malam hari ini terasa nikmat karena kebersamaan. Ibu Mike sejak tadi juga tidak henti-hentinya bercerita kepada kedua cucu tercintanya. Luna dan juga Inara. Sangat memenangkan! Netra Bela tidak sengaja menatap ke arah May. Wanita itu memegangi perutnya sambil keringat yang membasahi wajahnya. Apakah ada yang terjadi dengan May? “May?” panggil Bela.May langsung saja mengubah posisinya menjadi tegak. May menatap Bela dengan senyum yang wanita itu paksakan. Bela tahu itu! Lagi pula, Bela tidak satu atau dua bulan bersama May. Jelas sangat tahu bagaimana jika May tengah menyembunyikan sesuatu. “Ada apa, Bel?” tanya May. Deva dan juga Alvin kini juga ikut menatap Bela dengan tatapan bingung dan bertanya-tanya. Tidak hanya itu, pak Seno pun juga ikut menatap ke arah Bela. Bela menjadi canggung saat hampir semua netra menatap ke arah dirinya. Bela menggeleng, lalu kembali melanjutkan makannya tanpa jadi berbicara kepada May. Mau tentu sangat penasaran dengan Bela. Tetapi May juga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status