Alia berkali-kali merebahkan kepalanya di atas meja dan beberapa kali mengacak-acak rambut panjangnya yang tergerai. Beberapa temannya memperhatikan tingkah anehnya tersebut dan menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Alia hari ini.
"Kamu kenapa, Al? Kayaknya gelisah banget? "
Alia mendongakkan wajahnya, melihat sahabatnya duduk di depan meja nya. Raut wajah Alia langsung berubah menjadi begitu iba.
"Baby, Kamu harus nolongin aku, aku pengen nangis baby."
Baby memundurkan badannya melihat Alia menyodorkan wajahnya begitu dekat.
"Kamu kenapa? kok kayak orang kesetanan gitu?" tanya Baby pada Alia yang terlihat begitu gusar.
"Tolong aku, Baby."
"Ya tolong apa dulu ini."
"Perusahaan papaku akan bangkrut, Beb. "
"Apa?" sontak saja Baby berdiri saking terkejutnya.
"Duduk." ucap Alia sambil menarik tangan Baby untuk duduk.
"Terus kamu sama keluargamu gimana?" tanya Baby penasaran.
"Entahlah,tapi ada satu cara untuk bisa selamatin perusahaan papaku."
"Caranya? "
" Aku harus mau nikah sama suami nyonya investor."
"Apaaaa......?!"
Suara teriakan baby membuat semua siswa di kelas menoleh ke arah mereka. Baby cepat-cepat menutup mulutnya dan duduk perlahan.
"Terus gimana? kamu setuju? " tanya Baby.
"Belum aku jawab, masih aku pikirkan, makanya aku stress."
"Kalau suaminya investor, berarti udah tua dong, ya ampun."
Alia langsung lemas kehilangan semangat mendengar ejekan Baby tersebut.
"Tapi kan belum tentu kalau dia udah tua, Al. "
"Baby!"
"Hahahaaha, tenang, tenang."
"Nggak bisa tenang aku, Baby."
"Kamu udah ketemu orangnya?"
" Belumlah, Kalau aku setuju baru aku diajak ketemu sama suaminya."
"Wanita gila mana yang rela suaminya nikah lagi? ini malah suaminya dijadikan bahan barteran, gila."
"Aku juga nggak habis pikir, Baby. Cuma karena dia nggak mau repot hamil aja, dia sampai cari istri buat suaminya" jelas Alia.
"Bukankah sekarang bayi tabung bisa? Atau hanya sekedar dengan cara donor sperma juga bisakan?" tanya Baby juga yang merasa kebingungan.
"Mungkin dia punya alasan lain, bukan karena nggak mau repot hamil."
"Terus Dimas udah tahu? "
"Belum, aku mana sanggup ngasih tahu dia."
"Jadi gimana? Memangnya nggak ada solusi lain?"
"Apa aku kawin lari aja ya sama Dimas?" tanya Alia dengan polosnya.
"Kau gila! Kamu pikir orang tua Dimas bakal biarin Dimas menghancurkan masa depannya?"
Mereka berdua saling diam menatap satu sama lain, kemudian sama-sama menarik napas panjang.
"Udahlah, kekantin aja yok kita." Ajak Baby.
Baby menarik tangan Alia yang msih terlihat lesu dan kehilangan semangat. Mereka berjalan melewati lorong kelas yang begitu panjang, melewati beberapa siswa yang sedang bercanda satu sama lain. Mereka menyapa Baby dan Alia yang melewati mereka. Memang tidak dipungkiri bahwa mereka berdua merupakan siswa yang begitu popular disekolahnya. Selain memiliki postur tubuh yang proporsional dan cantik, mereka juga siswa yang berprestasi.
Baby berpretasi dibidang infotaiment dan merupakan model siswa yang sudah go internasional, sedangkan Alia adalah siswa yang berprestasi dibidang akademik. sudah banyak prestasi yang dia sumbangkan kesekolahnya. Semua siswa ingin sekali dekat dengan mereka, tapi mereka kemana-mana selalu berdua, bahkan mereka memiliki julukan Duo Barbie dari teman-temannya.
Baby dan Alia duduk ditempat favorite mereka dikantin, dengan taman sekolah yang memiliki pemandangan yang bagus. Mereka menyeruput teh dingin yang mereka pesan tadi sambil membuang pandangan mereka jauh menerabas awan.
"Hayo, lagi lihat apa?"
Mereka berdua serempak menoleh ke arah suara itu berada. Ternyata Dimas sudah duduk disamping Alia, lalu kembali sama-sama menarik napas panjang sambil kembali menyeruput es teh mereka.
"Kalian berdua ini kenapa?"
"Haaaah......" Kembali mereka menarik napas panjang dan menghembuskan kembali.
"Kok aneh banget kalian hari ini?" tanya Dimas kembali setelah melihat tingkah mereka berdua.
"Dimas, kamu mau kawin lari nggak sama aku?"
Dimas mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan Alia tersebut, kemudian di beralih menatap Baby yang terlihat acuh mendengar ucapan Alia tersebut.
"Kawin lari?" tanya Dimas pada Alia.
Alia mengangguk kepalanya.
"Hahahahaha, kamu pasti bercanda, sayang"
"Aku tidak bercanda, Dimas."
Dimas terdiam sejenak, kemudian menunjukkan raut wajah yang serius.
"Kamu tahukan tanggung jawabku sangat besar dikeluarga? aku pewaris kelaurga Aliando. Sekalipun aku snagat mencintaimu, aku tidak mungkin melakukan tindakan sembarangan. Bersabarlah, aku pasti akan bertanggung jawab atas hidupmu nanti, Alia."
Mendengar jawaban itu, Alia tidak ingin lagi melanjutkan pembicaraan tersebut dan hanya mampu tersenyum kecut.
Bel tanda masuk kelaspun berbunyi, mereka bertiga berjalan bersama memasuki kelas. Dimas berbeda kelas dengan Alia dan Baby. Mereka berpisah di depan kelas Alia. Namun, sebelum berpisah, Dimas menghentikan alia sejenak, memegang kedua tangan Alia dan menatap matanya serta tersenyum manis kepada Alia.
"Kalau kamu ada masalah, cerita ya...jangan kamu pendam sendiri. Barang kali kau bisa bantu kamu, inget ya kalau aku sayang banget sama kamu dan nggak mau kehilangan kamu."
Dia hanya mengangguk dan tersenyum pada dimas. Dimaspun berlalu pergi meninggalkan Alia untuk kembali kekelasnya.
"Alangkah baiknya jika Dimas bisa membantuku dan menyetujui tawaranku."
Alia menarik napas panjang, keluarga Dimas memang keluarga berada dan termasuk keluarga terkaya nomor tiga di negaranya. Di atas keluarga Dimas ada keluarga Megan dan nomor satu keluarga Aditama yang bahkan generasi penerus satu-satunya tidak pernah muncul dipublik. Namun, dia tidak mungkin meminta Dimas untuk membantunya. Alia tidak tahu bagaimana lagi cara untuk menolong keluarganya.
Selepas pelajaran selesai, bel pulangpun berbunyi dan para siswapun berhamburan keluar dari kelasnya. Mereka satu persatu pulang dengan jemputan dari orangtuanya. Sekolah Alia adalah salah satu sekolah konglomerat bergengsi di kota tempat tinggalnya, jadi wajar saja jika setiap siswa dijemput menggunakan kendaraan mewah, begitu juga Alia biasanya dijemput oleh sopir ayahnya yang selalu tepat waktu. Alia sudah berdiri di depan gerbang sekolahnya hampir setengah jam namun belum kelihatan mobil yang biasa menjemputnya, dia sudah mulai terlihat gelisah.
"Belum pulang , Al? Belum dijemputkah?"
Kebetulan sekali Baby baru keluar dari parkiran sekolah dengan ferrarynya. Biasanya memang dia pulang sedikit telat karena langsung menuju lokasi syuting.
"Belum, Beb. Sepertinya jemputanku telat." ucap Alia.
"Ya udah pulang sama aku aja. Ayo aku antar, masuklah."
"Nanti kamu telat syuting kalau nganter aku dulu."
"Hari ini aku nggak ada jadwal syuting kok, cuma pemotretan aja, itupun nanti malam. Ayo masuk.."
Mobil Baby melaju dengan kecepatan penuh menuju komplek perumahan Alia. Tidak memerlukan waktu lama mereka sudah sampai di rumah Alia, namun mereka beruda sungguh terkejut melihat keadaan yang terjadi disana. Barang-barang mereka dikeluarkan dari rumah itu dan orang tua Alia terduduk lemas dikursi taman. Alia dan Baby buru-buru menghampirinya.
" Papa, ini kenapa barang-barang kita dikeluarkan semua?" Tanya Alia dengan panik.
" Rumah kita disita Alia, sekarang kita tidak punya apa-apa. Mobil dan semuanya sudah di sita."
Penjelasan ayahnya itu membuat Alia sangat syok dan terdiam tanpa kata, begitu juga Baby yang berdiri disamping Alia. Tiba-tiba Alia berlari masuk rumah menuju kamarnya, dia ingat bahwa dia masih menyimpan kartu nama Megan sebelumnya. Dia menekan nomor yang ada di kartu tersebut, setelah berdering beberapa saat, akhirnya terhubung. Terdengar suara seorang wanita yang menjawab panggilan tersebut.
" Aku menyetujui tawaran itu dan tolong hentikan mereka menyita barang-barang kami."
Panggilan itupun berakhir, dan tidak lama kemudian, para petugas yang tadi mengeluarkan barang-barang mereka, kembali memasukkannya dan menatanya kembali seperti sedia kala dan asisten ayahnyapun menghubungi bahwa perusahaannya sudah memperoleh investasi yang sangat mencukupi untuk mencegahnya jatuh dalam kebangkrutan. Kedua orang tuanya terlihat begitu bahagia, sedangkan Alia terdiam membisu.
"Semoga ini keputusan yang tepat"
Tidak ada yang tahu bagaimana nasip Alia setelah ini.
"Apakah Nona Alia sudah kehilangan kasih sayang Tuan Dirga?" "Apa maksud kamu?" "Pagi ini, aku melihat Alia berangkat kerja menggunakan taksi, tidak lagi menggunakan mobil mewah seperti sebelumnya."Suara karyawan yang tengah membicarakannya terdengar samar-samar dari ruang kerja Alia. "Mereka seperti tidak ada pekerjaan lain saja." Gumam Alia sendiri.Kalau bukan karena Megan dengan sengaja menggores mobilnya kemarin, tentu saja hari ini dia tidak perlu menggunakan taksi untuk sampai kekantor. Masa perbaikan mobilnya memerlukan beberapa hari pengerjaan karena goresan yang Megan tinggalkan cukup dalam. Di rumahnya hanya ada mobilnya dan mobil milik Dirga. Mobil Dirga tentu saja sedang Dirga gunakan untuk perjalanan bisnisnya.Alia memperhatikan ponselnya beberapa kali dan kemudian meletakkan kembali tanpa melakukan apapun. "Apa aku hubungi Dirga aja ya? Minta dia beliin mobil baru. Tapi, apa pantas?"Alia bergelut sendiri dengan pikiran dan batinnya sendiri, rasa gengsi menyelimu
" Nona, ada seseorang yang mengirimkan bunga untukmu?" "Bunga?" "Iya" "Siapa pengirimnya?" "Tidak ada kartu nama dan ucapannya, Nona." "Mungkinkah Dirga?"Alia bertanya-tanya dalam hati siapa yang mengiriminya bunga setiap hari selama dia di rumah sakit. Dia selalu menerima kiriman bunga Daysi Merah setiap pagi, namun tidak pernah dicantumkan nama pengirimnya. "Good Morning" Ucap Dirga yang baru saja muncul dari balik pintu ruang perawatan Alia. "Kamu kenapa kemari?" tanya Alia "Aku menjemputmu. Kata Dokter hari ini kamu sudah boleh pulang." "Aku bisa pulang sendiri." "Ayolah, aku sudah cukp merasa bersalah beberapa hari ini tidak datang menjengukmu." "Kamu tahu kamu salah?" "Maafkan aku. Kamu sebut saja apa yang kamu inginkan, aku akan memberikannya." "Tidak perlu. Aku tidak menginginkan apapun. Aku akan berkemas terlebih dahulu." "Baiklah, aku akan menunggumu dengan sabar."Alia mengemasi barang-barangnya kedalam tas untuk bersiap meninggalkan rumah sakit. "Siapa yang
Berita itu menyebar begitu cepat bagaikan air yang mengalir begitu deras. Bagaimana tidak, adegan saat Megan menganiaya Alia itu disaksikan oleh hampir setengah karyawan perusahaan Dirga. Terlebih lagi pada saat itu Dirga sedang membawa kliennya menuju ruangannya karena Alia tidak datang membawakan kontrak kerja sama. Hal itu benar-benar menjatuhkan harga diri Dirga, karena bagaimanapun juga publik sudah mengetahui hubungan mereka bertiga. Kejadian itu juga membuat perusahaan Dirga kehilangan kerja sama bernilai jutaan Dolar. "Apakah kamu sudah kehilangan akal sehatmu?!"Ekpresi wajah Dirga menunjukkan amarah yang begitu mendalam terhadap Megan. "Apa kamu sudah tidak waras?!" tanya Dirga kembali. "Dia yang memprovokasiku terlebih dulu! Kenapa kamu melampiaskan emosimu padaku?!" "Kau dengar baik-baik! Kau tidak seharusnya melakukan itu kepadanya tepat dikantorku!" "Siapa suruh jalang sialan itu membuatmu tidak hadir pada malam penting kita!" "Megan!!!!"PLAAAAKK..!!!!Sebuah tamp
"Apakah begitu nyaman berada dipelukan mantan kekasihmu?"Alia yang baru saja membuka pintu rumahnya terkejut mendapati Dirga yang sudah duduk dan menatapnya dengan tatapan tajam. "Kamu mengejutkanku!" ucap Alia seraya duduk di sofa tepat dihadapan Dirga. "Apakah kamu sangat menikmatinya?"Alia membulatkan matanya menatap Dirga penuh keheranan. "Apakah dia memata-mataiku?" gumam Alia dalam hati. "Apa maksdumu?" tanya Alia dengan ekpresi sedikit bingung.. "Jangan kamu kira aku tidak tahu semua perbuatanmu di luar sana." "Kamu memata-mataiku?" "Ingatlah kamu milik siapa!"Alia membelalakkan matanya. Dia sangat tidak menyukai sifat Dirga ketika marah. Alia bersiap meninggalkan Dirga. Dia tidak ingin melihat amarah Dirga semakin memuncak. "Tidak ada seorangpun yang boleh menyentuhmu kecuali aku, Alia!"Dirga menarik tangan Alia dan mencengkram leher Alia dengan kuat serta menghentakkannya di dinding. "Sakit." rintih Alia sambil memegang lengan Dirga. "Kamu tidak bisa pergi begi
"Beginikah caramu bersaing denganku?"Alia terlihat sangat marah saatbmenghampiri Megan di kantornya. Kenapa tidak, dia tidak menyangka bahwa Megan akan menggunakan cara yang sangat kotor. "Apakah kamu sudah lupa? Aku yang menyelamatkan keluargamu dari kebangkrutan, aku juga dapat mengembalikannya dalam keadaan yang sama seperti sebelumnya." ucap Megan dengan angkuhnya. "Apa yang kamu inginkan?" "Sudah jelaskan! Menjauhlah dari Dirga! Kamu sangat tidak layak berada disisinya." "Apakah kamu pikir kamu sendiri layak? Bagaimana reaksi Dirga jika dia tahu kamu melakukan hal seperti ini hanya untuk menjatuhkanku?" "Hahahaha...Apakah kamu bodoh Alia? Dirga ini seorang pebisnis. Dia tidak akan pernah mencampur aduk urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Perusahaan keluargamu dibawah naungan keluargaku dan itu bukan hak Dirga untuk mencampurinya. Lebih baik kamu sadar posisimu! Seberapa keras kamu bersaing denganku, selamanya kamu akan tetap berada dibawahku! Ingat itu!"Alia meninggal
Alia memperhatikan beberapa tamu yang hadir malam itu, dan tidak ada satupun yang dia kenal. Dia berdiri sedikit menjauh dari keramaian, dia tidak begitu nyaman dengan suasana pesta itu. "Pesta orang-orang kaya ternyata begitu membosankan."Pandangan mata Alia tertuju pada sesaorang yang baru saja tiba di pesta itu bersama seorang wanita yang menggandneg tangannya. "Dirga dan megan?" tanya Alia dalam hati.Terlihat Dirga yang tengah sibuk melayani orang-orang yang menyapanya satu persatu. Namun, tatapan mata mereka tiba-tiba bertemu. Alia cepat-cepat memalingkan wajahnya, kemudian menatap kembali ke arah Dirga yang tersenyum nakal meliahat kearahnya kemudian kembali berbincang-bincang dengan tamu yang hadir malam itu.Penampilan Alia yang begitu anggun dengan paras yang cantik membuat beberapa tamu yang hadir meliriknya sesekali. Apalagi Alia berdiri sendiri tanpa sesorangpun yang menemani. Kecantikan wajahnya dan keanggunannya membuat beberapa tamu yang datang malam itu terpesona da