“VINDRY YEMA YUMNA!”Kendrick menggertakkann giginya karena tidak menemukan Vindry di kamar. Raganya sudah lelah menghadapi situasi di kantor, dan pada saat dirinya tiba di rumah, Vindry menghilang.“Tuan mencari nyonya Vindry?” tanya Bibi pas bertemu dengan Kendrick di tangga, jujur saja … sebenarnya ia takut untuk berbicara dengan Kendrick, lebih tepatnya berhadapan dengan Kendrick yang sedang dalam keadaan tidak bisa disenggol.“Ya. Bibi melihatnya?” tanya Kendrick, menatap wanita paruh baya yang sudah bekerja dengannya hampir lima tahun.“Tadi saya lihat ke arah kolam renang, Tuan.”Kendrick segera melangkahkan kakinya untuk ke kolam renang, sedangkan Bibi hanya menggelengkan kepala, memaklumi sikap tuannya yang terkadang memang membuatnya harus mengelus dada.Kendrick berdiri di ambang pintu, kedua matanya menajam untuk memperhatikan punggung Vindry yang terduduk di pinggir kolam renang dengan kedua kaki masuk ke dalam kolam renang.“Kau sedang apa di sini?” tanya Kendrick dari p
“Kau hari ini memang tidak ada jadwal bertemu dengan klien?”Vindry kembali meyakinkan Kendrick bahwa suaminya itu tidak lupa dengan janji bertemu, ini sudah ketiga kalinya sejak tadi pagi bertanya kepada Kendrick. Sedangkan suaminya itu hanya bergumam sebagai jawaban.“Aku tidak seceroboh itu. Kalau menemanimu, berarti aku sudah memastikan bahwa satu hari itu tidak memiliki janji dengan siapapun,” ujar Kendrick panjang lebar, mungkin sudah bosan dengan pertanyaan dari istrinya itu.Vindry terkekeh, mengusap lengan kekar milik Kendrick, mencoba untuk menurunkan tingkat kekesalan suaminya itu kepadanya.“Aku minta maaf yaa,” ucap Vindry dengan lembut dan tulus, hanya ditanggepi dengan bergumam. Keduanya melangkahkan kaki ke carport, dimana mobil kesayangan Kendrick sudah terparkir di sana.Kendrick membukakan pintu untuk Vindry, dan sang istri segera masuk ke dalam, tidak lupa mengucapkan ‘Terimakasih’. Kendrick menutup kembali pintu mobilnya, tetapi menatap Bibi dan satpam rumahnya.“
“Kendrick, aku ingin berbicara denganmu.”Kendrick menatap Chandra yang melangkah masuk ke ruangannya, hari ini dirinya datang ke kantor untuk mengecek pekerjaan karyawannya, sedangkan Vindry sedang berada di rumah Mommy tentu saja Mamih ada di sana.“Tentang?”Chandra menempati bangku kosong di hadapan Kendrick, memberikan beberapa lembar foto kepada Kendrick yang segera menerima dan menatap foto yang merupakan foto Diana. Chandra menarik nafas terlebih dahulu, sebelum akhirnya berbicara.“Diana Danira, mantan kekasihmu. Aku mendapatkan laporan dari orang suruhan bahwa dia mengikuti kalian kemanapun kalian pergi. Kau tidak ingin bertindak tegas kepadanya?” ujar Chandra, memperhhatikan Kendrick yang menampilkan smirk smile. Ia melihat Kendrick mengangkat 10 lembar foto ke udara.“Kau lupa dengan rencanaku? Atau kau tidak percaya dengan rencana yang sudah aku buat?” tanya Kendrick dengan penuh penekana, ia melempar 10 lembar foto tersebut di atas meja kerjanya.“Kau mempercayai Argant
“Menjijikan sekali mendengar perbincangan kau dan Diana.” Kendrick menatap Argantara yang baru saja memasuki ruangannya, sedangkann laki-laki mendelik karena baru saja membuka pintu ruangan sudah disambut dengan kalimat yang menurutnya dapat membuat bulu tangannya berdiri. Argantara mengunci rapat pintu ruangan Kendrick, lalu menghampiri Chandra yang hanya bergeming menatapnya dengan datar. Ia duduk di bangku kosong sebelah Chandra dan menghela nafas lega karena bisa terlepas dari Diana. “Kalau bukan aku, siapa lagi?” tanya Argantara, kedua matanya menatap Kendrick yang bergumam. “Adikmu bagaimana keadaannya? Sudah lebih tujuh tahun dirawat, harusnya ada perkembangan,” tanya Kendrick, jujur saja dirinya ingin tahu perkembangan dari adik sahabatnya itu. Argantara duduk bersandar, “Ya. Satu bulan lagi akan kembali ke sini untuk melanjutkan pengobatan,” jelasnya, diangguki oleh Kendrick. “Zaiden?” tanya Chandra, memastikan bahwa dirinya tidak lupa dengan Argantara yang memang sudah
“Vindry baru saja tidur. Jadi, lebihh baik kau tidur saja di sini.”Kendrick memperhatikan Vindry yang sedang terlelap tidur, lalu mengalihkan atensinya menatap Mommy dan Daddy. Kedua orangtuanya itu berdiri di dekatnya dengan pandangan serius.“Ya, aku akan menginap satu malam di sini, Besok pagi aku akan pergi ke rumah sakit bersama Vindry,” ujar Kendrick, membuat Mommy dan Daddy menatap satu sama lain.Daddy menatap Kendrick, “Kau sakit?” tanyanya, dijawab dengan gelengan kepala.“Zaiden sedang sakit, Dad. Besok aku dan Chandra akan menjenguknya.”Mommy menaikkan sebelah alisnya, nama tersebut tidak asing ditelinganya. Satu nama terlintas di otaknya, memfokuskan atensinyya hanya kepada Kendrick yang duduk di sisi kanan Vindry.“Zaiden adiknya Argantara?” tanya Mommy, diangguki oleh Kendrick. Ia dan Daddy saling melempar pandang, mereka tidak akan lupa dengan perselisihan yang terjadi antara putranya dan Argantara tiga tahun yang lalu.“Kau dan Argantara?” tanya Daddy, menuntut j
“Kendrick, kau harus menyetir dengan hati. Mommy tidak ingin sesuatu terjadi.”Kendrick hanya bergumam saat mendengar ucapan dari Mommy, saat ini dirinya dan Vindry sudah bersiap untuk berangkat ke kantor karena sudah janjian dengan Chandra dan Argantara di kantornya.“Pokoknya kalian harus hati-hati, siapa tau masih ada yang mengikuti kalian,” ujar Daddy, diangguki oleh Vindry dan Kendrick hanya bergumam.“Aku menggunakan mobil baru, mereka tidak akan mengetahuinya,” balas Kendrick, melirik mobil berwarna merah terparkir di garasi. Ya, kemarin dirinya meninggalkan mobilnya di kantor dan menumpang mobil Chandra untuk ke showroom membeli mobil bekas.“Lalu mobilnya kau akan jual kembali?” tanya Daddy, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak. Aku akan menggunakannya saat situasi genting seperti saat ini,” jelas Kendrick. Mommy hanya menggelengkan kepala, sedangkan Vindry hanya bergeming.Vindry melirik ponsel milik Kendrick yang berdering, suaminya itu langsung menerimanya dan berbicar
“Bagaimana keadaanmu?”Kendrick bertanya kepada seorang laki-laki yang terbaring dengan menggunakan pakaian rumah sakit, laki-laki itu merupakan Zaiden Michella-adik dari Argantara Michella. Zaiden tersenyum manis kepada Kendrick.“Aku harus menjawab apa?” tanya Zaidenn, diakhiri dengan terkekeh. Menatap Kendrick yang hanya bergeming dengan tatapan datar, sahabat dari kakak laki-lakinya itu memang susah sekali diajak bercanda.“Kau memang tidak pernah berubah, kak Kendrick,” imbuhnya, kedua iris mata coklat menatap Vindry yang hanya tersenyum manis kepadanya, “Kau siapanya kak Kendrick?” tanyanya penasaran.“Istriku,” jawab Kendrick dengan cepat, tentu saja membuat Zaiden terkejut dengan jawab yang diberikan kepada Kendrick.“Kau kapan menikah? Kau jahatt sekali tidak menungguku sembuh,” oceh Zaiden kesal, menatap Kendrick dengan kedua mata yang menyipit. Kendrick hanya bergumam pelan, dirinya tidak tahu harus berkata apa.“Bulan kemarin kami menikah,” sahut Vindry dengan lembut, ia
“Diana tidak akan tahu kalau kau ke sini?”Vindry menatap lurus suaminya yang duduk di hadapannya, suaminya itu bergumam. Kini mereka berada di salah satu rumah makan yang berada di sebelah kiri rumah sakit, karena Vindry tidak selera makan-makanan yang ada di rumah sakit.“Tidak, ini kota terpencil. Dia hanya tahu kota besar seperti Genus,” ujar Kendrick dengan serius, diangguki oleh istrinya.“Jadi, kita akan menginap?” tanya Vindry, dijawab dengan gelengan kepala .“Kita akann kembali ke Genus, mommy tidak bisa jauh-jauh darimu,” ucap Kendrick, menatap sang istri yang menaikkan sebelah alis.“Mamihku saja tidak ada mencariku,” balas Vindry dengan kesal, ia mengerucutkan bibirnya.Kendrick tidak menanggapinya, ia melirik makanan yang masih tersisa, “Kau tidak menghabiskannya?” tanyanya, membuat Vindry mengikuti arah pandangnya. Istrinya itu mendorong piring untuk mendekat kepada Kendrick.“Kau habiskan saja, aku sudah kenyang.”Kendrick melahap ayam goreng yang tersisa, hanya t