Share

Bab 1| The Real Loser

Tatapan murka itu tak sedetik pun menyingkir dari mata Ayana. Kesal, kecewa, dan marah membaur satu. Kesal, saat mendengar dokter lain menggantikannya untuk mengoperasi Tuan Janson. Kecewa pada dokter  Harold yang sudah bertindak sewenang-wenang dan menyalahi aturan. Marah, karena ternyata Andres adalah orang yang menggantikan dirinya. Benar-benar sial, Ayana merasa hari ini Tuhan tidak mengizinkannya untuk merasa sedikit tenang.

Langkah tak sabar Ayana menunjukkan bahwa gadis itu ingin segera menuntaskan permasalahan ini dengan Andres. Pecundang itu selalu bisa membuat darah Ayana mendidih. Gadis itu sama sekali tidak memedulikan tatapan heran orang-orang. terserah jika orang mau menyebutnya kejam, angkuh, atau jahat sekali pun. Tujuan Ayana kali ini hanya dua yaitu, meminta penjelasan pada dokter Harold dan ingin memberi peringatan pada si pencuri pasien.

"Kali ini kamu harus benar-benar mati, Andares!" umpat Ayana sebelum membuka pintu.

Ayana sudah tiba di depan ruangan Andres, ia memutar kenop pintu dengan perlahan. Namun siapa sangka, ketika Ayana akan membukanya, ada seseorang dari arah berlawanan yang sudah menarik pintu itu ke dalam. Tak ayal tubuh Ayana tertarik dan ia pun jatuh menimpa seseorang.  Kejadian itu mengundang perhatian orang-orang di sekitar, tak lama mereka pun sibuk pada kegiatannya masing-masing. Ayana terbelalak, saat menyadari tubuhnya berada di atas tubuh pria itu. Mata mereka sudah saling bertautan, memancarkan ekspresi yang kontras dari keduanya.

"Caramu berkunjung sangat unik dokter Ayana," ujar Andres usil, pria itu masih bertahan di posisinya.

Tubuh mungil Ayana bukanlah beban berat yang harus segara disingkirkan. Lebih dari itu, Andres merasa kejadian ini sangat menyenangkan. Hiburan di pagi hari, mengapa gadis ini selalu saja membuatnya tak bosan untuk sekadar melayangkan godaan.

"Aku baru saja mau menemuimu. Mungkin ini ya yang namanya sehati?” lanjut Andres sambil menyimpan kedua tangannya di belakang leher.

"Sialan, kamu pasti sengaja!"

Ayana bangkit, dan sempat mendorong pundak Andres, hingga punggung Andres kembali membentur lantai.

"Sengaja apanya, aku bahkan tidak tahu kalau kamu mau berkunjung ke ruanganku.”

Andres sudah bangkit, ia berdiri dengan gagah di depan Ayana. Beberapa saat kemudian pria itu terlihat menepuk pakaian serba biru yang dikenakannya.

"Jangan banyak omong!" bentak Ayana, Andres agak terenyak lalu memutar bola matanya jengah.

"Aku datang ke sini bukan untuk mendengar bualanmu. Cepat jelaskan apa yang terjadi dengan proses operasi Tuan Janson?”

Kening Andres berkeurt, “Jelaskan apanya?”

Ayana menarik surai kecokelatannya ke belakang. Berbicara dengan orang ini memang memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi dan itu sangat sulit untuk Ayana lakukan. Bagaimana dia bisa menahan emosi lebih lama sedangkan setiap kata dan tingkah laku Andres kerap membuatnya naik darah.

"Aku yakin kamu enggak bodoh. Kamu pasti tahu apa yang aku maksud. Cepat jelaskan atau aku hajar kamu!”

“Wow, sukanya main hajar ternyata. Aku tidak keberatan dihajar olehmu tapi jangan di sini, terlalu banyak orang, tidak akan seru. Nanti kita cari tempat sepi, ya?”

Ayana menendang tulang kering kaki Andres sampai laki-laki itu menahan ringisannya. Dia malu kalau harus teriak di tempat umum.

"Cih cukup basa-basinya, aku mau tanya kenapa kamu merebut pasienku? Tuan Janson adalah pasienku sejak awal, aku yang akan mengoperasinya lalu kenapa tiba-tiba kamu campur tangan?”

"Kamu bertanya pada orang yang salah, Sayang. Kalau mau tahu tentang itu harusnya jangan tanya padaku.”

Andres mencolek dagu Ayana dan mendapat tepisan kasar dari gadis itu. Andres terkekeh lucu. “Coba kamu tanya dokter Harold, tanyakan kenapa dia memutuskan mengganti dokter yang akan mengoperasi pasien VIP itu. Apakah aku terlalu hebat atau mungkin ... kemampuanmu yang terlalu standar untuk pasien VIP?”

Andres meramu ekspresi yang benar-benar memuakkan. Ayana ingin melenyapkan wajah itu jika ia bisa.

"Ini ulahmu, kan?" tuduh Ayana tak berdasar.

Andres membentuk seulas senyum. Lengkungan bibir yang tak bisa dibilang indah. Lebih dari itu, ia mulai bosan dengan perbincangan alot ini.

"Memang sulit ya bicara dengan manusia berotak batu. Bebal, tidak bisa diberi tahu.”

Perdebatan semakin memanas, sungguh, mereka sudah terjebak dalam atmosfer kemarahan yang pekat. Andres yakin Ayana tidak akan menyerah sampai salah satu dari mereka kalah. Pria itu mendecih singkat, hawa panas menggerogoti hatinya. Gadis yang satu ini memang sulit diajak berdamai. Kepala batu!

"Karena aku tidak akan pernah memberi kesempatan pada orang munafik untuk memperdayaku.”

Andres mengangguk paham, baiklah, dia menyerah. Ia sudah terlalu banyak membuang waktu untuk bermain dengan Ayana. Masih banyak pekerjaan penting yang harus ia kerjakan ketimbang beradu argumen dengan gadis itu. Sampai mulutnya berbusa pun Ayana tidak akan percaya pada penjelasannya.

"Jangan terlalu angkuh, Ayana, kamu tidak pernah tahu kapan keangkuhan itu akan menghancurkanmu.”

Andres berlalu melewati Ayana, belum sampai tiga langkah kakinya bergeser pria itu berbalik dan mengungkapkan sesuatu yang mengoyak harga diri Ayana.

"Dokter Harold tidak akan mengambil keputusan ini seandainya dia benar-benar percaya padamu. Renungkan saja, mungkin masalahnya ada padamu. Jangan sembarangan menyalahkan orang lain. Kamu tahu, seseorang yang tidak mawas diri adalah pecundang yang sebenarnya."

Nada bicara Andres menguarkan sensasi dingin yang mampu membekukan waktu. Ayana tertegun, ia ingin membalas perkataan Andres, tapi lidahnya kelu. Usai berucap dingin, Andres meleburkan kembali suasana dengan senyuman manis tulus dari hatinya.

"Aku duluan, Tuan Janson pasti sudah menantikan dokter tampan ini di ruang operasi."

Andres menepuk pundak kiri Ayana lalu melengos begitu saja.

“Sial!”

Ayana mendesah kasar, lalu memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Dia belum menyerah, tujuan berikutnya adalah ruang kendali operasi, dr. Harold pasti ada di sana.

Tuan Janson adalah salah satu investor utama di rumah sakit Downtown, tidak heran seluruh tim medis ingin memberikan perawatan dan pelayanan terbaik guna kesembuhan pria paruh baya itu. Hal ini pula yang menjadi alasan dr. Harold turun langsung untuk mengawasi jalannya proses operasi yang akan dilakukan oleh Andres.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status