Home / Rumah Tangga / Terpaksa Menikahi Musuh / Bab 1| The Real Loser

Share

Bab 1| The Real Loser

Author: Senchaaa
last update Last Updated: 2021-08-24 14:04:40

Tatapan murka itu tak sedetik pun menyingkir dari mata Ayana. Kesal, kecewa, dan marah membaur satu. Kesal, saat mendengar dokter lain menggantikannya untuk mengoperasi Tuan Janson. Kecewa pada dokter  Harold yang sudah bertindak sewenang-wenang dan menyalahi aturan. Marah, karena ternyata Andres adalah orang yang menggantikan dirinya. Benar-benar sial, Ayana merasa hari ini Tuhan tidak mengizinkannya untuk merasa sedikit tenang.

Langkah tak sabar Ayana menunjukkan bahwa gadis itu ingin segera menuntaskan permasalahan ini dengan Andres. Pecundang itu selalu bisa membuat darah Ayana mendidih. Gadis itu sama sekali tidak memedulikan tatapan heran orang-orang. terserah jika orang mau menyebutnya kejam, angkuh, atau jahat sekali pun. Tujuan Ayana kali ini hanya dua yaitu, meminta penjelasan pada dokter Harold dan ingin memberi peringatan pada si pencuri pasien.

"Kali ini kamu harus benar-benar mati, Andares!" umpat Ayana sebelum membuka pintu.

Ayana sudah tiba di depan ruangan Andres, ia memutar kenop pintu dengan perlahan. Namun siapa sangka, ketika Ayana akan membukanya, ada seseorang dari arah berlawanan yang sudah menarik pintu itu ke dalam. Tak ayal tubuh Ayana tertarik dan ia pun jatuh menimpa seseorang.  Kejadian itu mengundang perhatian orang-orang di sekitar, tak lama mereka pun sibuk pada kegiatannya masing-masing. Ayana terbelalak, saat menyadari tubuhnya berada di atas tubuh pria itu. Mata mereka sudah saling bertautan, memancarkan ekspresi yang kontras dari keduanya.

"Caramu berkunjung sangat unik dokter Ayana," ujar Andres usil, pria itu masih bertahan di posisinya.

Tubuh mungil Ayana bukanlah beban berat yang harus segara disingkirkan. Lebih dari itu, Andres merasa kejadian ini sangat menyenangkan. Hiburan di pagi hari, mengapa gadis ini selalu saja membuatnya tak bosan untuk sekadar melayangkan godaan.

"Aku baru saja mau menemuimu. Mungkin ini ya yang namanya sehati?” lanjut Andres sambil menyimpan kedua tangannya di belakang leher.

"Sialan, kamu pasti sengaja!"

Ayana bangkit, dan sempat mendorong pundak Andres, hingga punggung Andres kembali membentur lantai.

"Sengaja apanya, aku bahkan tidak tahu kalau kamu mau berkunjung ke ruanganku.”

Andres sudah bangkit, ia berdiri dengan gagah di depan Ayana. Beberapa saat kemudian pria itu terlihat menepuk pakaian serba biru yang dikenakannya.

"Jangan banyak omong!" bentak Ayana, Andres agak terenyak lalu memutar bola matanya jengah.

"Aku datang ke sini bukan untuk mendengar bualanmu. Cepat jelaskan apa yang terjadi dengan proses operasi Tuan Janson?”

Kening Andres berkeurt, “Jelaskan apanya?”

Ayana menarik surai kecokelatannya ke belakang. Berbicara dengan orang ini memang memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi dan itu sangat sulit untuk Ayana lakukan. Bagaimana dia bisa menahan emosi lebih lama sedangkan setiap kata dan tingkah laku Andres kerap membuatnya naik darah.

"Aku yakin kamu enggak bodoh. Kamu pasti tahu apa yang aku maksud. Cepat jelaskan atau aku hajar kamu!”

“Wow, sukanya main hajar ternyata. Aku tidak keberatan dihajar olehmu tapi jangan di sini, terlalu banyak orang, tidak akan seru. Nanti kita cari tempat sepi, ya?”

Ayana menendang tulang kering kaki Andres sampai laki-laki itu menahan ringisannya. Dia malu kalau harus teriak di tempat umum.

"Cih cukup basa-basinya, aku mau tanya kenapa kamu merebut pasienku? Tuan Janson adalah pasienku sejak awal, aku yang akan mengoperasinya lalu kenapa tiba-tiba kamu campur tangan?”

"Kamu bertanya pada orang yang salah, Sayang. Kalau mau tahu tentang itu harusnya jangan tanya padaku.”

Andres mencolek dagu Ayana dan mendapat tepisan kasar dari gadis itu. Andres terkekeh lucu. “Coba kamu tanya dokter Harold, tanyakan kenapa dia memutuskan mengganti dokter yang akan mengoperasi pasien VIP itu. Apakah aku terlalu hebat atau mungkin ... kemampuanmu yang terlalu standar untuk pasien VIP?”

Andres meramu ekspresi yang benar-benar memuakkan. Ayana ingin melenyapkan wajah itu jika ia bisa.

"Ini ulahmu, kan?" tuduh Ayana tak berdasar.

Andres membentuk seulas senyum. Lengkungan bibir yang tak bisa dibilang indah. Lebih dari itu, ia mulai bosan dengan perbincangan alot ini.

"Memang sulit ya bicara dengan manusia berotak batu. Bebal, tidak bisa diberi tahu.”

Perdebatan semakin memanas, sungguh, mereka sudah terjebak dalam atmosfer kemarahan yang pekat. Andres yakin Ayana tidak akan menyerah sampai salah satu dari mereka kalah. Pria itu mendecih singkat, hawa panas menggerogoti hatinya. Gadis yang satu ini memang sulit diajak berdamai. Kepala batu!

"Karena aku tidak akan pernah memberi kesempatan pada orang munafik untuk memperdayaku.”

Andres mengangguk paham, baiklah, dia menyerah. Ia sudah terlalu banyak membuang waktu untuk bermain dengan Ayana. Masih banyak pekerjaan penting yang harus ia kerjakan ketimbang beradu argumen dengan gadis itu. Sampai mulutnya berbusa pun Ayana tidak akan percaya pada penjelasannya.

"Jangan terlalu angkuh, Ayana, kamu tidak pernah tahu kapan keangkuhan itu akan menghancurkanmu.”

Andres berlalu melewati Ayana, belum sampai tiga langkah kakinya bergeser pria itu berbalik dan mengungkapkan sesuatu yang mengoyak harga diri Ayana.

"Dokter Harold tidak akan mengambil keputusan ini seandainya dia benar-benar percaya padamu. Renungkan saja, mungkin masalahnya ada padamu. Jangan sembarangan menyalahkan orang lain. Kamu tahu, seseorang yang tidak mawas diri adalah pecundang yang sebenarnya."

Nada bicara Andres menguarkan sensasi dingin yang mampu membekukan waktu. Ayana tertegun, ia ingin membalas perkataan Andres, tapi lidahnya kelu. Usai berucap dingin, Andres meleburkan kembali suasana dengan senyuman manis tulus dari hatinya.

"Aku duluan, Tuan Janson pasti sudah menantikan dokter tampan ini di ruang operasi."

Andres menepuk pundak kiri Ayana lalu melengos begitu saja.

“Sial!”

Ayana mendesah kasar, lalu memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Dia belum menyerah, tujuan berikutnya adalah ruang kendali operasi, dr. Harold pasti ada di sana.

Tuan Janson adalah salah satu investor utama di rumah sakit Downtown, tidak heran seluruh tim medis ingin memberikan perawatan dan pelayanan terbaik guna kesembuhan pria paruh baya itu. Hal ini pula yang menjadi alasan dr. Harold turun langsung untuk mengawasi jalannya proses operasi yang akan dilakukan oleh Andres.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 69| Jalan Terbaik

    Butir-butir salju melayang di udara bagai dendelion yang tertiup angin. Mendarat dengan tenang di setiap tempat sedikit demi sedikit hingga menciptakan tumpukan yang menggunung menutupi badan jalan. Gundukan putih itu bertengger di atap-atap gedung dan menyampir pada dahan pepohonan. Secangkir cokelat panas tersaji di atas meja, bersebelahan dengan laptop, tumpukan berkas-berkas dan peralatan kerja lainnya. Kepulan asap putih mengudara, meliuk dengan lihai menuju rongga hidung seseorang yang tengah menatap lekat turunnya salju pertama dari balik kaca besar yang menjadi dinding ruangan di lantai dua belas itu. Orang itu kemudian memejamkan mata, menghirup aroma harum dari minumannya yang terus menggodanya untuk beralih tempat. Dan meminum cokelat hangat yang tersimpan di belakangnya itu. Tapi tidak, ia belum mau beranjak dari tempatnya. Tangan orang itu masih disimpan di atas perut, helaan napas terembus tepat di depan kaca itu hingga menimbulkan embun yang mengendap. Membuat kaca men

  • Terpaksa Menikahi Musuh    68| Aku Sangat Merindukannya

    Flashback ..."Hei tunggu!" cegah Andres saat dia mendapati Ayana ingin menghindarinya lagi. Ayana berhenti dengan tangan terangkat seperti penjahat yang menyerah saat dikepung polisi. Andres berjalan mendekati Ayana, ia berdiri di hadapan gadis itu."Hm ... kamu menghindariku lagi?" dakwa Andres berlaga marah sambil melipat tangannya di atas perut."Ti-tidak, mungkin hanya perasaan Sunbae saja," jawab Ayana gelagapan dan menutup perkataannya dengan nyengir kuda. Andres menyelidik, ia menaruh curiga yang cukup besar pada dokter junior itu."Kamu pikir aku bodoh?""Tidak, kamu sangat pintar, Kak! Ups," jawab Ayana menyentak, refleks ia menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya."Ck, lihat wajahmu memerah!""Kamu malu?" goda Andres elegan."TIDAK!" bentak Ayana lantang kali ini kedua tangannyalah yang sudah membungkam mulut lo

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 67| Ibu yang Kejam

    Flashback "Kamu sayang pada Ibu?"Andres mengangguk pasti dengan senyum cerah. Seminggu setelah kepergian ayahnya, Andres meminta kakek Jo untuk membawanya ke rumah Gyana Tolimson. Semula kakek Jo melarang Andres dan bersikeras tidak mau memberitahu keberadaan ibu Andres. Tapi anak itu tak lelah membujuk kakek Jo hingga hati lembut kakek itu luluh dan menyetujui keinginan Andres. Dan di sinilah dia sekarang, berdiri di depan ibu kandungnya yang sudah sembilan tahun tidak ia lihat. Hari ini adalah hari ulang tahun Andres yang ke sembilan. Bertemu dengan ibunya menjadi kado terindah di tengah bayang-bayang kesedihan setelah Hendra pergi."Aku merindukanmu, Ibu. Aku sangat menyayangimu sama seperti aku menyayangi Ayah.""Kalau begitu kamu rela melakukan apapun untuk Ibu?"Andres mengangguk lagi dan ibunya pun tersenyum nanar. Wanita itu mengelus puncak kepala Andres lalu mencium kening

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 66| Bersaudara

    Tiga bulan kemudian ...Langkah cepat kedua kaki Willy membawa tubuh pria itu terhuyung tidak stabil saat berlari. Beberapa orang yang tertabrak olehnya mengeluh, akan tetapi Willy tidak menghiraukannya. Pria itu masih menggenggam sepucuk surat yang diberikan Ayana, saat pria itu mengunjunginya tadi. Gadis itu mengatakan sesuatu yang sulit diterima nalar. Sesuatu yang mustahil dan terdengar gila. Akhirnya pria itu tiba di konter informasi rumah sakit, ada sesuatu yang harus ia tanyakan di sini. Pria bernama Kevin membuatnya ingin tertawa terbahak-bahak dengan lelucon tidak masuk akal yang ia buat."Aku ingin mengetahui profil pendonor sumsum tulang belakang dari pasien Willy yang melakukan operasi beberapa waktu lalu," pinta Willy langsung tanpa basa-basi."Boleh tahu ini dengan tuan siapa?""Aku Willy, pasien yang menerima donor itu. Cepat carikan informasinya untukku!""Baiklah, mohon tunggu sebentar."Perawat itu pun meme

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 65| Surat Perpisahan

    TeruntukAyana Jasmine, istriku.(Ah, mungkin saat kamu membaca surat ini kamu telah resmi menjadi mantan istriku. Bagaimana, apa kamu sudah menandatangani surat perceraian kita?)Dada Ayana sesak, pertanyaan Andres kembali menggores satu garis luka dalam hatinya. Air mata itu mengalir ke samping pipi, posisi berbaring Ayana yang menyebabkannya.(Atau mungkin dugaanku salah? Jika seandainya surat ini sampai padamu, itu berarti sesuatu yang buruk sedang menimpamu. Dan aku harus menjadi orang pertama yang patut kau bunuh. Jika keadaan buruk itu tak kunjung usai. Ayana ... astaga aku bingung harus menulis apa. Aku tidak biasa melakukan hal menggelikansepertiini. Tapi aku akan tetap mencobanya. Baiklah, pertama aku akan jujur padamu. Aku melihatnya, melihat kejadian yang membuat dadaku tertusuk meski tidak mengeluarkan darah.Tapi rasanya sungguh perih.)(Saat kamu memeluk dan mencium Willy, aku menyaksikan

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 64| Surat Cerai

    Air mata Ayana tidak berhenti menetes sejak satu jam lalu sampai sekarang. Matanya menatap kosong pada selembar kertas yang tergeletak di atas meja ruang tamu. Kakek Jo berdiri dengan gusar sambil memegangi gagang telepon. Amarahnya selalu meledak saat operator memberi pemberitahuan bahwa nomor yang ia tuju sedang tidak aktif. Juno memeluk ibunya takut melihat kemarahan sang kakek buyut. Suara cegukan Yena yang sedang menangis terdengar begitu keras. Gadis itu menangis di samping Ayana sambil memeluk ibu tirinya erat.Berulang kali Yena meminta Ayana untuk tidak menangis. Menyuruh wanita cantik itu untuk bicara namun Ayana terus membisu bersama dengan linangan air mata. Hal itu membuat Yena sedih, gadis kecil itu turut merasakan luka ibu tirinya. Surat perceraian yang sudah ditanda tangani Andres terus melambai-lambai, menggoda Ayana untuk segera merobeknya menjadi serpihan-serpihan kecil. Lebih dari itu, hati Ayana menginterupsi untuk segera membakarnya hingga musnah.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status